Sera kembali berdecak pelan, karena membaca novel dengan tokoh antagonis yang menyebalkan. Hari ini Sera pulang kerja terlebih dahulu karena Stevan ada urusan dengan rekan kerjanya. Setelah mandi sore, Sera memilih membaca novel yang ada di rak buku kamar Stevan. Novel ini masih terbungkus plastik membuat Sera tahu jika ini masih baru.
Sera menutup novelnya, ia tak suka jika membaca novel dengan tokoh antagonisnya yang sungguh jahat dan tokoh utamanya selalu lemah.
Sera berjalan menuju rak buku, kembali menyimpan novel itu ke tempatnya semula. Sampai sebuah buku yang mencuri perhatiannya, membuat Sera penasaran.Sera berjinjit mencoba menggapai buku besar berwarna hitam itu yang berada di paling atas. Sera menghembuskan nafasnya pasrah, karena buku itu sulit dijangkau olehnya.
Tetapi Sera tak menyerah, karena rasa penasaran Sera yang besar. Sera akhirnya melompat-lompat mencapai buku itu, sampai tak sengaja ia menekan sesuatu membuat rak buku itu terbuka, dan tentu saja Sera terjatuh.
Sera meringis sakit merasakan lututnya yang perih, matanya menatap terkejut pada ruangan gelap yang ada di belakang rak buku itu.
Ruangan apa ini? Kenapa di kamar Stevan ada ruangan seperti ini?
Sera mencoba bangkit, matanya menatap takut pada ruangan gelap dan kosong itu. Apakah dirinya harus masuk? Bagaimana jika ini sama mengerikannya dengan ruangan merah milik Stevan?Sera mengedarkan pandangannya, aman tidak ada Stevan. Tetapi, Sera takut Stevan marah padanya karena Sera masuk ke dalam ruangan ini.
Aroma yang menguar dari ruangan ini membuat rasa penasaran Sera semakin tinggi, aroma apa ini?
Jantung Sera berdebar cepat, memikirkan apa yang ada di dalam ruangan ini.Tanpa sadar kakinya melangkah masuk, mengikuti arahan otaknya yang seperti meminta dirinya untuk masuk.
Rasa dingin menusuk kulitnya, ruangan ini benar-benar sangat gelap. Sera sudah berjalan terlalu jauh, menembus kegelapan ruangan ini yang tiada batas. Sampai ia seperti menabrak sesuatu, ini ujung ruangan. Pikir Sera.
Sera meraba dinding yang terasa dingin itu, seperti terbuat dari besi. Sera terkejut saat ia menekan sesuatu membuat dinding itu terbuka, ralat ini adalah pintu besi.
Sera masuk ke dalam ruangan yang serba hitam itu, cahaya lampu yang temaram dan berwarna merah darah membuat ruangan ini terlihat menyeramkan.
Tatapan Sera terjatuh pada sebuah lemari kaca, yang didalamnya terdapat beberapa tali atau seperti sabuk? Jantungnya semakin berdebar cepat, saat menyadari jika ada darah yang menempel di benda itu.
Sera memundurkan langkahnya, matanya kembali terjatuh pada lemari kaca pendek, yang didalamnya terdapat pisau-pisau kecil tetapi sudah berlumuran darah.
Sera mengedarkan pandangannya, ia baru menyadari jika ruangan ini penuh dengan benda-benda tajam yang sangat asing bagi Sera.
Nafasnya memburu, matanya terlihat memancarkan ketakutan. Pikirannya tertuju pada Stevan, jika Stevan adalah seorang…
Psychopath?
Sera memekik terkejut saat ada orang yang mendorongnya begitu keras sampai terjatuh ke lantai, Sera meringis kesakitan diatas lantai yang begitu dingin ini.
Menatap orang yang baru saja mendorongnya itu dengan tatapan terkejut dan ketakutan.
Stevan?Sejak kapan Stevan ada disini? Tangan Sera bergetar ketakutan, matanya menatap mata Stevan yang menatapnya begitu dingin.
Kali ini Stevan benar-benar berbeda, tatapannya begitu dingin tanpa belas kasihan membuat Sera tak yakin jika ini adalah Stevan.
Stevan berjalan mendekati Sera, membuat Sera tanpa sadar memundurkan tubuhnya dengan ketakutan. Ini kah Stevan yang sebenarnya?
Stevan menarik lengan Sera dengan kasar agar mendekat padanya membuat Sera menjerit kesakitan karena tubuhnya terseret.
"Rasa penasaran itu bisa membunuh sayang." Bisik Stevan dengan suaranya yang merendah begitu penuh penekanan.
"Sa-sakittt..." Sera terisak mencoba melepaskan cengkraman Stevan pada rambutnya.
Rasa perih dan sakit di kepalanya membuat Sera menangis, ditambah tubuhnya sudah bergetar ketakutan karena Stevan.
Bukannya melepaskan, Stevan semakin mencengkeram rambut Sera kuat, membuat kepala Sera mendongak menatap Stevan yang begitu dekat.
"Let's play." Kata Stevan penuh arti dengan tatapannya yang benar-benar seperti seorang psychopath.

KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY STEV! [21+] END
RomansaWARNING : VULGAR, DARK ROMANCE, BDSM, DEWASA 21+ (TIDAK UNTUK ANAK DIBAWAH UMUR) Rasera Ryder hanya ingin hidup damai menikmati masa mudanya,berkencan, menikah, lalu mempunyai anak, membangun rumah tangga dengan suaminya kelak. Namun sangat disayang...