Setelah kepulangan mereka dari Italia, Stevan kembali pada kesibukannya. Lalu Sera? Ia diberhentikan kerja oleh Stevan.
Sera menekuk kedua lututnya diatas ranjang, wajahnya terlihat murung karena masih kesal dengan Stevan. Sera bisa mati kebosanan jika hanya berdiam dirumah.
Stevan memang belum luluh padanya, dia masih kadang kasar dan dingin. Tetapi kini Sera sudah terbiasa, entah ada apa dengan dirinya membuat Sera menerima Stevan begitu saja.
Dua bulan menghabiskan waktu di Italia memang menciptakan banyak kenangan, tetapi Sera kesal karena ia tak bebas disana. Sedangkan Stevan sibuk bekerja, Sera pikir Stevan terlalu gila kerja.
Tokk..tokk..tokk
"Nona sarapan sudah siap." Panggil bibi Mety.
Sera beranjak dari ranjang, ia sudah mandi tetapi belum sarapan karena malas. Tetapi jika ia tak sarapan nanti bibi Mety yang jadi sasaran marah Stevan.
Sera membuka pintu kamarnya memperlihatkan bibi Mety yang tersenyum ramah padanya.
"Mari nona." Ajak bibi Mety membuat Sera mengikuti langkahnya.
Sera duduk di kursi meja makan, sudah ada beberapa pelayan disana yang setia mendampinginya.
Sera seketika mengerutkan dahinya, saat mencium aroma yang tak sedap baginya.
"Bibi kenapa sup ayamnya bau?" Tanya Sera sembari menutup hidungnya.
Bibi Mety mendekati Sera dengan cemas, ia mengendus sup ayamnya. Tidak bau, ini aroma khas sup ayam. Pikir bibi Mety heran.
"Ini tidak.."
"Sera ngga mau makan itu." Kata Sera menyela perkataan bibi Mety.
Mata Sera berkaca-kaca ia merasa mual setelah mencium aroma sup ayam itu.
"Nona ingin dibuatkan sesuatu?" Tanya bibi Mety cemas saat melihat Sera yang akan menangis.
Sera menggelengkan kepalanya pelan "Sera mau makan di kamar aja." Jawab Sera lalu beranjak dari sana, meninggalkan para pelayannya yang menatap dirinya cemas.
"Siapa yang memasak sup ini?" Tanya bibi Mety menatap para pelayan lainnya.
"Sa-saya." Jawab Karen menatap bibi Mety.
"Ta-tapi nona Sera sangat menyukai sup itu, bahkan pernah memuji saya." Kata Karen gugup takut kena marah kepala pelayannya.
Bibi Mety menghela nafas pelan, ia tak tahu harus marah atau bagaimana.
"Bawakan sarapan yang lain untuk nona Sera." Perintah bibi Mety membuat para pelayannya mengangguk patuh.
Di dalam kamar Sera terlihat sedang memegangi perutnya, Sera merasa tak nyaman karena perutnya terasa di aduk-aduk.
Rasa pening menyerangnya membuat Sera kembali merebahkan dirinya diatas ranjang, akhir-akhir ini ia memang merasa tubuhnya kurang sehat.
Suara ketukan pintu terdengar membuat Sera membuka matanya, menatap seorang pelayan yang memasuki kamarnya sembari membawa nampan berisi sarapan.
"Ini nona sarapannya." Kata Karen takut menatap Sera.
"Simpan di meja." Perintah Sera pelan membuat Karen mengangguk patuh.
"Nona baik-baik saja?" Tanya Karen cemas karena Sera terlihat sedikit pucat.
"Cuma pusing." Jawab Sera tersenyum pada Karen.
"Maaf nona jika aroma sup buatan saya membuat nona pusing." Kata Karen merasa bersalah.
Sera seketika ingat, jika yang selalu membuatkannya sup itu adalah Karen. Sera sangat menyukainya karena rasanya pas di lidahnya, tetapi sekarang Sera mencium aromanya saja sudah pusing.
![](https://img.wattpad.com/cover/291305318-288-k685885.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY STEV! [21+] END
عاطفيةWARNING : VULGAR, DARK ROMANCE, BDSM, DEWASA 21+ (TIDAK UNTUK ANAK DIBAWAH UMUR) Rasera Ryder hanya ingin hidup damai menikmati masa mudanya,berkencan, menikah, lalu mempunyai anak, membangun rumah tangga dengan suaminya kelak. Namun sangat disayang...