Stevan menyelimuti tubuh telanjang Sera, beranjak dari ranjang setelah memakai boxernya.
Sial kenapa sekarang ia lapar sekali. Umpat Stevan dalam hati.
Stevan sudah makan malam dengan Sera, tapi sekarang entah kenapa ia tiba-tiba lapar dan menginginkan sesuatu.
Stevan menuruni anak tangga rumahnya, berjalan menuju dapur yang terlihat sepi karena ini sudah larut malam dan pasti para pelayannya sudah tidur.
Stevan membuka kulkas, menatap berbagai macam makanan disana. Ia tiba-tiba ingin ramen dan nugget goreng.
Stevan mengambil ramen dan nugget dari dalam kulkas, menyimpannya di atas pantry. Menatap dua bahan masakan itu bingung, Stevan tak tahu bagaimana cara masaknya.
Handphonenya tertinggal diatas, jadi dia tak bisa melihat tutorial cara memasak.
Baru saja Stevan akan memanggil pelayannya, tetapi suara orang yang memanggilnya membuat Stevan menoleh.
"Kak Stev?" Panggil Sera dengan suara seraknya khas bangun tidur, berjalan menghampiri Stevan dengan gaun tidurnya yang tipis jatuh anggun di tubuh moleknya.
"Kenapa bangun?" Tanya Stevan terlihat kaku.
Sera tak menjawab, ia memeluk tubuh Stevan yang shirtless. Tadi Sera tiba-tiba terbangun karena mengalami mimpi buruk.
"Mimpi buruk." Jawab Sera pelan.
"Mau mie?" Tanya Stevan menatap Sera yang memejamkan matanya.
Sera menggelengkan kepalanya pelan, lalu membuka matanya menatap sebungkus ramen dan nugget siap goreng.
"Kak Stev mau makan?" Tanya Sera heran karena tak biasanya Stevan makan jam segini.
"Hmm." Jawab Stevan.
"Aku masakin ya." Kata Sera sembari melepaskan pelukannya.
Stevan menahan tangan Sera yang akan mengambil ramen."Nggapapa, kak Stev duduk aja." Kata Sera dengan senyum manisnya.
Stevan terdiam, ia tak lagi menahan tangan Sera. Memperhatikan Sera yang mulai memasak dengan cekatan.
Sera memasak ramen sembari menggoreng nugget, melakukan dua pekerjaan sekaligus agar cepat. Tetapi, Sera tak terlihat jika ia kerepotan.
Tak lama kemudian, Sera menyajikan hasil makanannya lalu menghidangkannya di hadapan Stevan.
Sera duduk di sebelah Stevan, matanya terasa ngantuk tetapi Sera tak mau tidur sendiri.
"Mau?" Tanya Stevan menatap Sera.
Sera menggelengkan kepalanya pelan"Ngga." Jawab Sera karena ia memang tak berselera.
Stevan mulai memakan makanannya dengan lahap. Terdiam sesaat memikirkan kenapa ramen ini sangat enak? Heran Stevan.
Sera merebahkan kepalanya di sebelah Stevan, ia tak kuat lagi karena matanya benar-benar berat.
Tak butuh waktu lama Stevan menghabiskan makanannya, setelah selesai ia menyimpan alat makannya di bak cuci piring. Mengambil segelas air mineral lalu meneguknya.
Menatap Sera yang tertidur pulas di atas pantry. Stevan menggendong Sera ala bridal style dengan pelan karena takut Sera terbangun.
Membawanya ke kamarnya di lantai dua, Stevan tak sadar jika perlakuannya pada Sera kini mulai membaik dan manis.
Ada apa dengan Stevan, apakah ia memang sudah menerima Sera sepenuhnya?**
Sera duduk di meja makan dengan Sergio ayah Stevan, sedangkan Stevan masih mandi karena baru bangun.
"Kau masih sering mual?" Tanya Sergio pada Sera.
"Sedikit." Jawab Sera jujur dengan senyum manisnya.
Sergio mengangguk paham, melihat Sera membuat Sergio ingat pada almarhumah istrinya.
Sergio dan Sera sudah mulai sarapan terlebih dahulu. Tak lama kemudian Stevan sudah turun dengan pakaiannya yang sudah rapi.
Duduk disebelah Sera, lalu seketika mengerutkan dahinya heran. Mencium aroma bau yang tak sedap, Stevan menatap tak suka pada nasi goreng yang terlihat masih mengepul di atas meja.
"Buang nasi gorengnya." Perintah Stevan menatap pelayannya tajam.
Sera seketika menoleh menatap Stevan heran "Kenapa?" Tanya Sera heran.
"Bau." Jawab Stevan membuat Sera mengerutkan dahinya bingung.
Sedangkan Sergio, ia menatap Stevan remeh sepertinya Stevan ketularan hormon sensitif wanita hamil.
"Terus kak Stev mau makan apa?" Tanya Sera bingung.
Stevan menatap berbagai macam makanan di atas meja makan, tak ada yang membuatnya berselera.
"Bubur ayam." Jawab Stevan membuat pelayan disana segera membuatkan bubur ayam instan untuk Stevan.
Sera terdiam, ia pikir bukannya Stevan membenci bubur?
Sergio seketika tertawa membuat Stevan menatapnya kesal."Bukankah kau membenci bubur?" Ejek Sergio membuat Stevan mendengus.
Jika bukan ayahnya, pasti akan Stevan tendang keluar rumah detik ini juga.
Sera mengulum senyumnya, entah kenapa akhir-akhir ini Stevan aneh. Sering ingin makan ini itu secara tiba-tiba, membenci aroma yang sangat tajam, dan menyukai masakan yang sebelumnya ia benci.
**
Saat jam makan siang, Sera tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan Stevan. Sera heran kenapa Stevan pulang secepat ini?
Stevan terlihat kurang sehat, ia terus muntah membuat Sera panik.
Stevan itu jarang sakit, membuat Sera panik jika tiba-tiba Stevan terlihat kurang sehat seperti ini."Kak?" Panggil Sera pada Stevan yang memejamkan mata di pangkuannya.
"Hmm." Jawab Stevan tanpa membuka matanya.
"Aku telepon dokter ya." Kata Sera membuat Stevan meremas lengannya. Artinya Stevan tak menyukai perkataan Sera.
Sera terdiam, meletakkan telapak tangannya di dahi Stevan. Tidak panas, tetapi kenapa Stevan terlihat kurang sehat.
"Kak Stev salah makan?" Tanya Sera lagi, ia benar-benar cemas.
Stevan tak menjawab, ia benar-benar merasa lelah. Tadi di kantor saat meeting, Stevan tiba-tiba mual karena mencium aroma parfum yang sangat tajam.
Mual nya berlangsung lama sampai Stevan meninggalkan ruang rapat membuat semua orang merasa heran.
Stevan terus muntah, entah ada apa dengan perutnya. Perutnya terasa diaduk-aduk, mengingatkan Stevan pada Sera yang sering muntah di pagi hari.Akhirnya Stevan memilih pulang, membatalkan semua jadwalnya yang padat.
Diperjalanan, Stevan ingin cepat bertemu Sera. Tetapi saat melewati penjual rujak buah, Stevan menginginkannya.
Stevan meminta tangan kanannya untuk membelikannya itu, ia hanya makan rujaknya setengah. Sampai di rumah, Stevan kembali mencium parfum pelayannya yang membuatnya kembali mual.
Stevan juga merasa heran pada dirinya sendiri, ada apa dengannya?
Sera mengelus alis tebal Stevan, ia pikir apakah Stevan ketularan hormon kehamilan dirinya?
Sera tersenyum geli, ia mengelus rahang tegas Stevan. Stevan terlihat menderita membuat Sera merasa kasihan tetapi merasa geli sekaligus.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY STEV! [21+] END
RomanceWARNING : VULGAR, DARK ROMANCE, BDSM, DEWASA 21+ (TIDAK UNTUK ANAK DIBAWAH UMUR) Rasera Ryder hanya ingin hidup damai menikmati masa mudanya,berkencan, menikah, lalu mempunyai anak, membangun rumah tangga dengan suaminya kelak. Namun sangat disayang...