33. Mimpi Buruk

34.8K 1.8K 18
                                    

"Aahhh ahhh.."

Seorang perempuan cantik sedang disetubuhi Stevan dengan kasar, tangannya menggantung di kedua tiang yang berada di kedua sisi tubuhnya.

Kakinya melingkar di pinggang Stevan, merasakan tusukan Stevan yang menggila di organ intimnya.

Wajah perempuan itu begitu cantik, ia berciuman panas dengan Stevan.
Suara penyatuan mereka terdengar begitu keras, dan terlihat jelas sekali raut kenikmatan di wajah Stevan.

Stevan menekan tubuhnya, menyemburkan benihnya ke dalam organ intim wanita cantik itu.

Stevan melepas borgol yang ada di kedua tangan wanitanya, memangku wanitanya menuju ranjang.

Mereka kembali berciuman panas, dan Stevan sedang menjamah tubuh wanita itu dengan penuh nafsu.

Kembali menggenjot wanita itu dengan nikmat, tak memperdulikan suara dering telepon yang berasal dari Sera.

"Angkat teleponmu Stev." Kata wanita cantik itu sembari menatap Stevan yang tengah menggagahinya.

"Tidak, aku tidak membenci wanita bodoh itu." Kekeh Stevan membuat wanita yang ada di bawahnya juga ikut tertawa.

Mereka menertawakan Sera bersamaan yang sedang menunggu kabar dari Stevan. Begitu miris sekali hidup Sera yang kini tengah dikhianati Stevan.

Sera seketika membuka matanya terkejut, nafasnya terdengar memburu, dan jantungnya berdebar begitu cepat.

Sera bangun dari tidurnya, menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang dengan bantal sebagai penyangganya.

Pipinya terasa basah membuat Sera tahu jika ia menangis di alam bawah sadarnya. Hatinya berdenyut sakit mengingat mimpi itu.

Sera menatap jam dinding pukul dua pagi, dan terlihat Stevan belum pulang dari tadi sore.
Mimpi itu terasa nyata dan membekas dipikirannya. Apakah Stevan sungguh bermain wanita lain dibelakangnya?

Sera seketika menangis, mengingat betapa mirisnya hidupnya. Sudah dijadikan budak seks, dihamili, lalu sekarang dikhianati?

"Ayahh.." Isak tangis Sera terdengar pilu membuat siapapun yang mendengarnya merasa iba.

Sampai suara pintu kamarnya terbuka membuat Sera menoleh. Melihat Stevan yang berjalan sempoyongan, bau alkohol sampai ke indera penciumannya.

Sera menatap Stevan nanar yang tersenyum smirk padanya, berjalan mendekatinya lalu seketika ambruk di atas ranjang.

Sera beranjak dari ranjang, mengambil jas Stevan yang tergeletak di atas lantai. Sampai ia tak sengaja menjatuhkan ponsel Stevan dari saku jas pria itu.

Sera mengambil ponsel Stevan, lalu seketika ada pesan masuk. Sera membuka pesan itu, membacanya dengan teliti.

0xxxxxx
Thanks for tonight Stev! Kamu sangat memuaskan. Aku ada disini jika kamu membutuhkan pelampiasan hasrat lagi.

Tanpa sadar Sera seketika menjatuhkan ponsel Stevan. Jangan bilang mimpi buruknya berakhir kenyataan?

Sera menatap Stevan yang terbaring di atas ranjang, air matanya meluruh tanpa dibendung lagi. Stevan sungguh bermain wanita dibelakangnya?
Sera menjatuhkan jas Stevan yang ia pegang, berjalan keluar kamar dengan isak tangis yang terdengar pilu.

Sera menuruni anak tangga rumah ini, mencoba menghentikan tangisannya tetapi sulit.

Sampai ia melihat Sergio yang berada di ujung tangga, sedang menatap Sera dengan senyum mirisnya.

Apakah ayah Stevan sudah tahu tentang ini?

Sergio segera menarik Sera ke dalam pelukannya. Sera terisak dipelukan Sergio, sampai tubuhnya bergetar karena menangis.

"Jangan menangisi bajingan itu." Kata Sergio mencoba menenangkan Sera.
Sorot matanya terlihat marah, Sergio marah pada Stevan. Bajingan itu sudah menyakiti Sera kesayangannya.

**

Stevan membuka matanya pelan, merasa berat di kepalanya yang lumayan sudah hilang. Mengedarkan pandangannya mencari sosok wanita yang sedang hamil anaknya.

Dimana Sera? Biasanya Sera akan selalu ada di sisi Stevan jika ia bangun tidur.

Stevan bangun dari tidurnya, beranjak dari ranjang saat merasakan firasat yang buruk.

Bau alkohol sangat menyengat di tubuhnya. Sial, seharusnya semalam ia tak minum dengan temannya disini.

Stevan mengambil ponselnya di saku jas miliknya yang tergeletak di atas dinginnya lantai. Mencoba mencari Sera lewat ponselnya.

GPS ponsel Sera menunjukkan jika Sera ada disini, Stevan mengedarkan pandangannya lalu tatapannya terjatuh di ponsel milik Sera yang ada di atas nakas.

Stevan segera membuka aplikasi CCTV di kamarnya, melihat CCTV tadi malam saat ia pulang.

Stevan melihat jika Sera bangun tidur seketika tiba-tiba menangis. Apakah wanita itu mimpi buruk? Entah kenapa ada rasa cemas dihatinya.

Sampai CCTV menunjukkan ia memasuki kamar, tak lama kemudian Sera memegang ponselnya yang ada di saku jas.

Saat melihat Sera tiba-tiba menangis membuat Stevan segera keluar dari aplikasi dan mencari tahu apa yang dilihat Sera.

Stevan melihat aplikasi pesan yang ada sebuah pesan dari nomor tak dikenal. Membaca pesan itu lalu seketika raut wajah Stevan terlihat marah.

Siapa yang berani-beraninya mengirim pesan ini padanya? Stevan jadi berpikir penyebab Sera menangis adalah ini.

Stevan segera keluar dari kamar, mencari Sera dengan raut wajahnya yang datar tetapi pancaran matanya terlihat sekali cemas.

"Dimana Sera?" Tanya Stevan pada kepala maid yang sedang menyiapkan sarapan.

"Nona Sera dibawa tuan Sergio semalam, saya tidak tahu mereka akan kemana." Jawab kepala maid itu membuat Stevan seketika terlihat murka.

Stevan pergi dari sana, dengan raut wajahnya yang benar-benar marah. Seharusnya ayahnya tidak ikut campur urusannya.

"BEN CARI SERA!" Perintah Stevan terlihat murka membuat Ben mengangguk patuh. Tak ayal pria itu terlihat ketakutan dengan Stevan.
Stevan mengepalkan tangannya, berani sekali Sera meninggalkan dirinya sendiri? Stevan tersenyum sinis, ia tak akan membiarkan Sera hidup bebas tanpa dirinya

CRAZY STEV! [21+] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang