6. Keputusan Sera

62.3K 2K 16
                                    

Sera berjalan tertatih menuju kamar mandi setelah mengenakan gaun tidurnya yang terlihat koyak karena Stevan. Hari ini Sera harus bekerja karena jika tidak, dia tidak bisa melunasi hutang ayahnya pada Stevan.

Sera membuka gaun tidurnya melemparnya pada keranjang yang tersedia disana lalu berjalan ke arah shower, menyalakan air shower yang hangat. Sebenarnya Sera ingin berendam tetapi ia tahu jika itu akan memakan waktu yang lama.

Ringisan kecil keluar dari bibir kemerahannya yang bergetar karena merasa perih di bagian punggung dan lehernya. Sera memejamkan matanya merasakan air hangat membasahi tubuhnya mengenai luka yang ada di tubuh Sera.

Mengingat kejadian semalam membuat Sera merasa ngilu pada dirinya sendiri yang terus digempur oleh Stevan sampai membuat Sera tertidur kelelahan. Sera benar-benar menjadi boneka seks pribadi Stevan. Pikir Sera miris.

Tetapi Sera seketika tersadar ia protes pun tak berhak, karena status Sera disini adalah boneka nya Stevan yang bebas dimainkan kapanpun dan dimanapun.

Setelah selesai Sera meraih kimono yang tersedia untuknya lalu berjalan ke arah wastafel untuk gosok gigi. Wajah Sera terlihat pucat mungkin karena kelelahan, matanya menyorot kelelahan membuat Sera merasa miris pada dirinya sendiri.

Sera berjalan keluar kamar mandi dengan langkah pelan, tatapan matanya tertuju menatap Stevan yang masih tertidur pulas di bawah selimut hitam yang tebal itu. Melihat Stevan yang tertidur tenang seperti itu membuat Sera selalu lupa jika Stevan telah melukai dirinya fisik maupun batin.

Sera menghembuskan nafasnya pelan lalu berjalan ke arah walk in closet, mimpi berumah tangga dengan Stevan sepertinya itu harus dihempas begitu kejam karena Sera berpikir itu tak mungkin terjadi.

Sera memilih pakaian yang terlihat sopan dengan turtle neck karena untuk menutupi luka di lehernya. Lalu dipadukan dengan coat karena Sera merasa tubuhnya terasa dingin.

Sera mengambil tas miliknya lalu saat ia akan keluar walk in closet, Sera terkejut saat melihat Stevan yang bersandar di ambang pintu walk in closet sembari menatapnya datar. Jantungnya berdebar cepat membuat Sera semakin gugup saat dipandang intens oleh Stevan.

Baru saja Sera akan berbicara tetapi Stevan sudah lebih dulu beranjak dari sana menuju kamar mandi. Sera mengerucutkan bibirnya, hatinya selalu merasa sakit saat perilaku Stevan yang dingin padanya seolah Sera tak ada disana.

Sera menghembuskan nafasnya pelan, entah apakah keputusannya ini salah atau benar membuat Sera pusing sendiri. Sera membuka lemari pakaian Stevan mengambil beberapa potong pakaian untuk Stevan lengkap dengan jas, dasi, dan jam tangan mahal yang berjejer rapi disana.

Sera menyimpan pakaian Stevan di atas ranjang, menatap pintu kamar mandi yang tertutup rapat dengan nanar. Bagaimanapun Sera memilih akan melayani Stevan dengan baik walaupun Stevan selalu kasar padanya, karena Sera berpikir mungkin suatu saat nanti Stevan akan bosan padanya dan Sera bisa kembali ke kehidupannya yang dulu.

Sera berjalan keluar kamar setelah memakai wedges yang tak terlalu tinggi, merapikan anak rambutnya sembari menuruni tangga mansion Stevan yang megah.

"Mari nona." Salah satu maid yang selalu setia menemaninya itu menghampiri Sera dan mengajaknya ke ruang makan.

Sera duduk di kursi yang ditarik oleh maid itu, menatap berbagai menu sarapan tersaji di meja makan pagi hari ini.

"Siapa namamu?" Tanya Sera pada maid yang selalu melayaninya itu.

"Sa-saya Karin nona." Jawab maid itu
terlihat menunduk takut.

Sera mengerutkan dahinya kenapa sepertinya Karin takut padanya? Apakah Sera menyeramkan? Pikir Sera heran padahal ia hanya menanyakan nama saja.

"Kamu tak..." Belum sempat Sera menyelesaikan perkataannya yang ingin menanyakan apakah Karin takut padanya, tetapi suara bariton dibelakangnya terdengar membuat Sera seketika mengatupkan bibirnya.

CRAZY STEV! [21+] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang