Sera menatap nanar mobil yang ditumpangi Stevan meninggalkan pekarangan rumah, Stevan kembali menjadi dingin membuat Sera sedih.
Sera mengelus perutnya yang mulai membuncit, apakah Stevan membenci anaknya? Pikir Sera sedih.
"Kalian bertengkar?" Tanya Sergio membuat Sera menoleh.
"Tidak." Jawab Sera pelan.
Sergio tak tahu apa yang terjadi dengan Stevan, ia rasa Stevan sudah berubah tetapi sepertinya belum sepenuhnya."Ayo ke taman, kau harus menjemur diri." Ajak Sergio membuat Sera mengikuti langkahnya.
Rasa canggung sudah terkikis sedikit demi sedikit, Sera sudah merasa terbiasa dengan adanya Sergio.
Walaupun Sergio menyeramkan tetapi jika bersama Sera ia seperti seorang ayah pada putrinya.Sera duduk di kursi taman, sedangkan Sergio sedang menatap hamparan bunga yang begitu luas.
"Bagaimana pemeriksaan kemarin, cucuku sehat?" Tanya Sergio menatap Sera yang menunduk.
Sera menatap Sergio lalu tersenyum "Iya sehat dan mereka kembar." Jawab Sera.
Sergio seketika terdiam saat mendengar kata kembar. Ia kini paham kenapa Stevan kembali menjadi dingin pada Sera.
"Bagaimana reaksi Stevan?" Tanya Sergio membuat Sera menatapnya bingung.
"Maksud ayah?" Tanya Sera bingung.
Sergio menghela nafas pelan"Bukankah reaksi Stevan berbeda saat mengetahui anak yang kau kandung itu kembar?" Tanya Sergio.
Sera seketika terdiam, pikirannya melayang pada hari kemarin. Kenapa ia baru sadar tentang ini? Sera masih tak paham kenapa Stevan bereaksi seperti itu saat mengetahui anaknya kembar?
"Tapi kenapa?" Tanya Sera terlihat sedih menatap Sergio penasaran.
Sergio mengeluarkan dompetnya, mengambil sebuah foto lama yang selalu ia simpan di dalam dompetnya.Sergio memberikan foto itu pada Sera. Sera menatap foto lama yang terlihat hampir pudar, menatap bayi kembar yang ada di dalam foto itu.
"Istriku meninggal saat melahirkan Stevan dan kembarannya." Kata Sergio membuat Sera menatapnya terkejut.
Sera tak tahu tentang ini, ibu Stevan meninggal saat Stevan baru lahir lalu ia juga tak tahu jika Stevan memiliki kembaran.
"Stevani, adik Stevan dia meninggal saat berusia dua hari karena gagal jantung." Kata Sergio membuat Sera kembali menatap foto itu.
Pantas saja di dalam foto itu terlihat berbeda, satu bayi dikelilingi bunga mawar. Apakah ia Stevani yang sudah meninggal?
"Stevan tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu, aku mendidiknya terlalu keras membuat Stevan menjadi seperti itu." Kata Sergio dengan senyum mirisnya.
"Kau sudah paham kenapa Stevan bereaksi seperti itu saat mengetahui anaknya kembar?" Tanya Sergio.
Ya, Sera paham. Stevan takut kejadian masa lalu terulang lagi di masa sekarang.
"Tapi bukan berarti masa lalu itu akan dialami Sera." Kata Sera dengan matanya yang memanas.
Sergio tersenyum "Aku percaya peristiwa masa lalu tak mungkin terulang." Kata Sergio penuh keyakinan.
"Kau hanya perlu meyakinkan Stevan jika semuanya akan baik-baik saja." Kata Sergio.
Mata Sera memanas, ia harus bisa meyakinkan Stevan jika semuanya akan baik-baik saja. Sera tak mau jika Stevan terus terjebak dalam masa lalu itu yang begitu kelam.
**
Sera seketika terbangun dari tidurnya saat merasa ranjangnya bergerak. Membalikkan tubuhnya menatap Stevan yang duduk bersandar di kepala ranjang.
"Kak Stev kapan pulang?" Tanya Sera dengan suara seraknya mencoba bangun dari tidurnya.
"Tadi." Jawab Stevan tanpa menatap Sera.
Sera menghela nafas pelan, Stevan begitu gila kerja padahal baru pulang tetapi sekarang terlihat sedang bergelut dengan ipadnya.
Sera menyandarkan dirinya di dada bidang Stevan, Stevan tak menolak tetapi ia juga tak menyimpan ipadnya."Stop." Sera merebut ipad Stevan kesal, ia sudah berani melakukan hal itu karena Stevan tak akan marah padanya. Mungkin marah tetapi Stevan tahan demi Sera.
"Kerjanya cukup di kantor, di rumah buat istirahat." Kata Sera sembari memeluk lengan berotot Stevan manja.
Stevan tak menjawab, ia menghirup aroma harum dari rambut Sera. Amarahnya terkendali semenjak ia mulai menerima kehamilan Sera, tetapi Stevan masih tak terima jika anaknya kembar.
Sera menyingkap gaun tidurnya sendiri, memperlihatkan perutnya yang membuncit.
Sera meletakkan telapak tangan besar Stevan di atas perutnya. Ia ingin Stevan merasakan kehadiran mereka, dan Sera ingin Stevan menerima mereka apa adanya.
"This is your daddy." Gumam Sera yang masih bisa di dengar Stevan.
Jantung Stevan berdebar cepat, entah ada apa dirinya. Ia seperti merasakan ada kehidupan di dalam sana."Hello dad, we're fine here." Gumam Sera lagi.
Cukup lama Stevan terdiam, tetapi sesaat kemudian Stevan mengelus perut Sera dengan sendirinya membuat Sera seketika tersenyum.
Stevan memejamkan matanya, ia merasakan jika anaknya sedang tumbuh dengan baik di dalam perut Sera.Kini Stevan kembali berharap pada Tuhan, agar selalu memberi kesehatan pada Sera dan kedua calon anaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY STEV! [21+] END
Любовные романыWARNING : VULGAR, DARK ROMANCE, BDSM, DEWASA 21+ (TIDAK UNTUK ANAK DIBAWAH UMUR) Rasera Ryder hanya ingin hidup damai menikmati masa mudanya,berkencan, menikah, lalu mempunyai anak, membangun rumah tangga dengan suaminya kelak. Namun sangat disayang...