Prolog

2.4K 133 10
                                    

selamat membaca<3

☠☠☠

31 Desember, 2005

Malam sebelum tahun baru ini, keluarga Uchiha berencana untuk berlibur ke kota Suna. Rencananya mereka akan berada di sana selama tiga hari.

Mengendarai mobil di tengah malam ini, Sasuke dapat merasakan dinginnya udara malam yang menusuk kulit—walau sudah memakai penghangat mobil dan mengenakan jaket tebal.

"Sarada sudah tidur?" tanya Sasuke melirik Sarada yang berada di pangkuan sang istri.

Sakura tersenyum kecil. "Sudah," jawabnya singkat. "Omong-omong, kita akan merayakan tahun baru di Suna saja?"

"Hn."

"Ini ... pertama kalinya kita merayakan tahun baru bersama, ya?"

Sasuke termenung sesaat. Benar, ini pertama kalinya keluarga mereka merayakan tahun baru bersama. Natal saja mereka tidak pernah merayakan bersama. Disibukkan oleh pekerjaan masing-masing membuat Sasuke dan Sakura sulit untuk merayakan Natal atau tahun baru bersama Sarada. Seperti Natal tahun lalu, Sarada hanya merayakannya bersama Sakura. Lalu saat tahun baru, Sarada hanya merayakannya dengan Sasuke.

Sasuke dan Sakura tahu jika Sarada merasa kesepian, apalagi Sarada masih kecil dan belum terlalu mengerti. Tapi ... mau bagaimana lagi, 'kan? Sasuke yang sebagai polisi, tentu harus selalu siap sedia. Sakura yang seorang dokter juga tidak kalah harus siap sedia. Apalagi mereka menjabat sebagai kepala polisi dan kepala dokter.

"Maaf, Sarada," batinnya. Ia tersenyum kecut.

TINNNN

Sakura menoleh cepat ke depan. Ada mobil yang melaju cepat ke arah mereka.

"Sasuke-kun, AWAS!"

Tersadar dari lamunannya, segera ia membanting stir ke kanan. Celakanya mobil yang mereka tumpangi malah masuk ke dalam jurang. Dan sialnya, remnya tiba-tiba tidak berfungsi.

"Pegangan!" tegas Sasuke.

Ia mencoba menghentikan mobil dengan rem tangan. Tetap tidak bisa. Bahkan kini mereka semakin jatuh jauh ke dalam.

"Apapun yang terjadi Sarada harus selamat. Aku berjanji!"

BRAK

Dan ... selesai.

Usahanya untuk menghentikan mobil sia-sia. Mobilnya menabrak pohon besar yang menjulang tinggi. Keadaan sekitar gelap. Udara dingin malam ini bercampur dengan asap yang keluar dari bemper mobil yang kini terbakar.

Mengabaikan kepalanya yang pusing, dengan pandangan yang sedikit kabur, cepat-cepat Sasuke membawa Sakura dan Sarada keluar dari mobil.

Sarada yang terbangun akibat guncangan hebat tadi kini menangis tanpa suara.

"P-papa...." rengeknya. Kacamata merah yang biasa bertengger di hidung mungilnya patah. "Kita ada di mana?"

Oh, Sarada. Asal kamu tahu, mereka ada di mana saja Sasuke tidak yakin bisa menjawabnya.

Sasuke mengeluarkan handpone dari saku jaket, lalu menelepon seseorang.

Teenage HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang