Bel istirahat pertama berbunyi. Beberapa murid memilih menghabiskan waktu dengan berdiam diri di kelas sementara yang lainnya memilih untuk keluar kelas.
Seperti halnya Mitsuki. Lelaki dengan mata membentuk bulan sabit ketika tersenyum itu memilih untuk menghabiskan waktu di luar kelas. Ia mengikuti langkah seorang gadis di sampingnya menuju kantin untuk merayakan sesuatu.
"Hei, Chocho," panggilnya.
Gadis di sampingnya menoleh sekilas padanya, lalu kembali memusatkan atensinya pada koridor menuju kantin yang penuh dengan siswa-siswi.
"Kau ingin merayakan apa?"
Chocho tersenyum sombong mendengar pertanyaan tersebut. Dirinya memang akan menceritakan sebuah cerita pada Mitsuki.
"Nanti akan aku ceritakan. Tapi sekarang aku butuh asupan kalori dulu. Mitsuki, ayo cepat! Sebelum bangku penuh," ucapnya. Ia melajukan tempo langkahnya.
Grep
Mitsuki mencekal lengan Chocho. Dia merubah raut wajahnya menjadi sedikit panik, lalu berkata, "Jangan terburu-buru. Kau bisa bergabung dengan kami."
'Kami' yang dimaksud adalah : Mitsuki, Boruto, Shikadai, dan Inojin. Mereka berempat memang selalu bersama semenjak SMP.
"Eh? Kupikir kau akan berdua saja denganku." Chocho menipiskan bibirnya. "Lagipula, jika memang aku boleh bergabung, aku tetap harus pisah meja. Ingat. Satu meja hanya berisi empat kursi."
"Bisa, kok. Tenang saja."
Chocho berdecak. Sifat Mitsuki yang pemaksa seperti ini baru ia lihat.
+++
Meski baru memasuki bel istirahat pertama, nyatanya keadaan di kantin benar-benar seperti pasar. Ramai. Penuh dengan para pembeli yang kelaparan atau para siswa yang membawa gitar menjadi pengamen yang turut andil membuat suasana riuh. Ada juga beberpa murid yang hanya numpang duduk untuk berbincang dengan yang lain tanpa membeli apapun.
Chocho dan Mitsuki mengedarkan pandangannya. Chocho mencari Sarada, sementara Mitsuki mencari teman-temannya.
Ketemu.
Mitsuki menatap Chocho yang masih memandang meja berisi tiga orang gadis berbeda warna rambut.
"Dia tidak ada di sini," ucap Chocho lemah. Ia mengerucutkan bibirnya seperti bebek.
Mitsuki ikut menatap ketiga gadis itu. "Sara?"
Chocho mengangguk.
"Kalau begitu, kau bagaimana? Mau bergabung dengan mereka atau denganku?" tanya Mitsuki memastikan.
Wajah Chocho yang semula sendu tiba-tiba berubah dengan dahinya yang mengernyit. Ia menunjuk meja yang diisi dua orang lelaki dari kelas yang sama dengannya.
"Kemana si rambut kuning?"
Mitsuki mengalihkan pandangannya pada meja yang ditempati teman-temannya. "Tenang saja. Boruto terkadang suka menghilang juga, seperti Sara."
Chocho tersentak mendengarnya. Bibir berlapis pelemban itu tertarik ke atas salah satu sudutnya. "Kau memperhatikan Sara, huh?"
Mitsuki menggeleng. Ia mengikuti langkah Chocho yang menuju meja Shikadai dan Inojin. "Harusnya kau tanyakan itu pada Boruto. Dia terkadang tertangkap basah tengah memandangi sahabatmu dengan mulut terbuka lebar," jelasnya. Ia terkekeh geli di akhir kalimat. Mengingat ketika ia beberapa kali melihat Boruto--yang tanpa sadar--tengah menatap ke arah Sarada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teenage Hurt
Fiksi Penggemar[BoruSara Fan Fiction] Banyak hal yang berubah. Boruto yang semula hangat menjadi dingin, Sarada yang semula cerah menjadi gelap, dan hidup yang semula lancar menjadi penuh hambatan. Sebenarnya apa yang Tuhan rencanakan? +++ ©original story by me (B...