13 | Kasus yang Sama

482 61 2
                                    

berjalan bersama,
melewati jalan yang sama,
namun berbeda tujuan.

selamat membaca, sayang.

ඏඏඏ

Boruto mengatur napasnya akibat berlari dari kantin hingga rooftop. Bukan tanpa alasan. Ia berlari untuk mencari keberadaan gadis yang menurutnya aneh namun dapat menarik perhatiannya. Gadis yang membuatnya mengernyit ketika pertama kali melihatnya di sekolah. Gadis dingin yang memiliki segudang sorot mata yang menyuruhnya untuk mengembalikan kain perban yang teman gadis itu titipkan. Gadis yang menanyainya saat di rooftop kala ia sedang menenangkan diri. Gadis yang membuat ia kembali—walau hanya sedikit—setelah berbincang singkat dengannya waktu malam hari. Mungkin Boruto menyebutnya 'aneh', tapi dalam hatinya ia menyebut 'unik'.

Ia menyapu segala sudut rooftop mencari keberadaan Sarada. Ia sama sekali tidak melihat gadis itu di kantin. Ia pikir gadis itu ada di mari, namun ternyata dugaannya meleset.

Ia menghela napas panjang. Menyenderkan tubuhnya pada pagar pembatas.

Ia akui, ia tertarik dengan gadis itu. Namun bukan berarti ia ... menyukainya, kan?

Ting

Boruto mengambil handphone dari saku celana, mengecek notifikasi yang masuk. Ia bergeming sesaat, lalu memasukkan handphone-nya kembali ke dalam saku celana.

Itu adalah notifikasi pesan yang masuk dari Himawari. Himawari bilang ada yang ingin ia bicarakan sepulang sekolah nanti.

Boruto menalar, kira-kira hal apa yang ingin adiknya bicarakan, ya?

+++

Ini sudah waktunya semua murid untuk pulang. Beberapa ada yang menetap karena kegiatan klub dan lain sebagainya.

Boruto menatap belakang Sarada dari belakang. Jarak mereka hanya terpaut kurang lebih satu meter. Entah mengapa, rasanya Ia ingin menyapanya. Namun jika sudah ia sapa, apa hal selanjutnya yang harus ia lakukan?

Boruto menggeleng. Ia berjalan ke arah parkiran, sementara Sarada yang berjalan di depannya bersama Chocho menuju halte bus. Mereka berpisah, karena berbeda tujuan.


Saat Boruto memakai helm, ia teringat pesan dari Himawari, segera ia menyalakan motor dan melesat pulang.

Brum

+++

"Aku pulang." Boruto membuka pintu utama, dan disambut oleh beberapa pelayan yang sedang membersihkan lemari berisi buku-buku—yang sengaja diletakkan di ruangan utama untuk tamu yang berkunjung.

Himawari yang berada di kamarnya—lantai dua—mendengar suara Boruto dan langkah kaki yang sedang menaiki tangga. Cepat-cepat ia menghapus sisa air matanya dan keluar kamar untuk menemui kakaknya.

"Kakak!"

"Kenapa?"

Himawari mengikuti langkah Boruto hingga ke depan pintu kamar lelaki tersebut.

Himawari mengembungkan pipinya. "Aku ingin bercerita," rengeknya.

Boruto menoleh padanya, menunggu Himawari melanjutkan kalimatnya. Saat ia ingin menutup pintu sebab ia akan mengganti pakaiannya, Himawari menahannya.

Teenage HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang