09 | Gadis Penuh Misteri

627 74 1
                                    

silahkan baca, ha ha ha.

ඏඏඏ

"Ah, lama sekali," keluh Chocho saat melihat antrian yang begitu panjang. "Cacing di perutku mulai berbunyi."

"Sabarlah, Chocho-chan, sebentar lagi giliran kita." Dengan seulas senyum yang ia berikan, Sumire mencoba menenangkan.

"Tapi aku sudah benar-benar lapar."

"Jangan mengeluh," ucap Sarada yang berada di sebelahnya.

Setiap bel istirahat ke-dua berbunyi, Chocho selalu menarik lengan Sarada dan teman perempuannya yang lain untuk segera menuju kantin. Jika tidak cepat, ya ... seperti ini, pasti akan penuh.

Menu makan siang hari ini adalah onigiri, sayur lobak, telur gulung, yoghurt, dan salad buah. Tapi tenang, kalian tidak perlu membayar untuk makan siang itu. Karena sudah termasuk ke dalam uang bayaran sekolah. Jadi hanya tinggal menikmati. Tapi ... lain ceritanya jika sudah kehabisan, siapa cepat dia dapat.

Chocho mengerucutkan bibirnya. "Bagaimana jika kita tidak kebagian?"

"Ya ... mau bagaimana lagi? Kita beli makanan lain saja," usul Wasabi di belakang Sarada.

"Benar. Aku lihat beberapa kedai makanan masih tersedia banyak, jika mau kita beli makanan saja, Chocho-chan," timpal Namida.

Tatapan Chocho menjadi tajam. "Ah, gadis sexy sepertiku masa tidak mendapat makan siang?"

"Silahkan maju!" seru salah satu petugas kantin yang bertugas untuk membagi menu makanan pada para murid.

Orang yang berbaris di depan Chocho sudah pergi, dan kini gilirannya.

"Asik, giliranku." Chocho tersenyum lebar sembari membawa mampannya untuk diisi makanan. "Tolong beri aku banyak telur gulung, Bibi."

Bibi penjaga makan siang ini menggelengkan kepalanya. "Jika kau mengambil banyak, nanti yang lain tidak akan kebagian. Satu orang hanya mendapat dua."

Sarada yang berada di antrean sebelah Chocho berdecak. "Bibi punyaku tolong untuk Chocho saja."

Sarada yang kini berada di sebelahnya, memberi jatah telur gulungnya untuk Chocho.

"Wah.... Terima kasih, Sara."

Meski nyatanya Chocho berterima kasih, tapi ia tidak sepenuhnya merasa senang. Justru ia sedikit tidak enak pada Sarada.

Brak

Pranggg

Seisi kantin yang semula ricuh kini hening. Tatapan semua orang mengarah pada gadis bersurai hitam dan lelaki bersurai hijau.

Tadi, seorang lelaki berambut hijau—yang diketahui sebagai kakak kelas satu tingkat diatasnya—itu tidak sengaja menabrak Sarada dari samping yang sudah membawa makanannya.

"K-kau tidak apa-apa, Sara-chan?" tanya Sumire sembari mengelap noda di kemeja putih yang dikenakan Sarada. Teman-temannya yang lain juga ikut membantu untuk membersihkan makanan yang jatuh ke lantai.

Sarada menatap kakak kelas di hadapannya dengan pandangan datar.

"A-ah, maaf," ucapnya. Setelah itu ia pergi bersama dua orang temannya. Dilihat dari aksinya, sepertinya orang tersebut tidak merasa bersalah sedikitpun. Dua orang temannya yang berada di sampingnya memberi kode lewat mata untuk segera pergi dari sana. Atau bahasa payahnya, kabur.

Sarada menjauhkan tangan Sumire dari lengannya. Mengejar kakak kelas kurang ajar tersebut dengan sorot mata dingin nan menusuk.

Grep

Teenage HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang