selamat membaca<3
ඏඏඏ
Boruto menghembuskan napas pelan. Dirinya mulai tenang setelah menghirup udara segar.
Aneh. Biasanya Boruto tidak akan senang untuk membantu orang lain—setelah sekian lama. Apakah akhirnya ia bisa kembali seperti semula? Maksudnya, menjadi Boruto yang sebenarnya.
Merasa diperhatikan seseorang. Boruto melirik ke bawah—tiang listrik. Tidak ada siapa-siapa.
Ia mengedikkan bahu.
"Mungkin hanya perasaan."
"Sebentar lagi bel masuk. Aku kembali sekarang saja, deh."
Setelah menuruni tangga dan berjalan beberapa meter hingga akhirnya ia sampai di depan kelas.
Di sana, Shikadai, Inojin dan Mitsuki yang sedang bersenda gurau sembari memakan daifuku isi kacang merah, kini atensi mereka tertuju padanya. Shikadai melambaikan tangan, Inojin membuka bungkus daifuku yang baru, sementara Mitsuki hanya tersenyum—seperti biasa.
Boruto mendengus. "Tidak ada untukku, huh?"
"Tenang, masih banyak kok," ucap Inojin sembari menyodorkan satu bungkus daifuku isi strawberi padanya. "Lagipula kau yang terlalu lama."
"Sepertinya kau benar-benar memberikan perban itu kepada Sarada, ya, Boruto," ucap Mitsuki.
Shikadai tersenyum miring. "Tumben. Ada apa nih?" ucapnya sembari memasukkan satu buah daifuku ke dalam mulut.
Wajah Boruto tetap datar. Ia berdecak pelan.
"Sarada menitip untuk sampaikan terima kasih untukmu."
Alis Boruto terangkat sebelah. "Menitip terima kasih?"
"Iya."
Mereka terdiam sejenak. Lalu Boruto terkekeh dengan wajah datar. Seram. Membuat para sahabatnya saling memandang horor ke arahnya.
"Gadis rambut hitam panjang itu menitip 'terima kasih'? Untukku?" Boruto lagi-lagi terkekeh, namun kini lebih keras.
"B-Boruto! K-kau kerasukan a-arwah apa, hah?!" Shikadai sedikit memundurkan tubuhnya. Menatap horor Boruto yang kini balik menatapnya.
Wajah datar Boruto terasa mengintimidasi, Shikadai bahkan menelan ludahnya kasar.
"Waktu aku memberikannya kain perban di rooftop, dia tidak mengatakan terima kasih, tuh."
"Mungkin dia lupa. Karena itu dia menitip untuk mengatakan 'terima kasih' untukmu," ucap Mitsuki tenang. Mengabaikan kilat mata Boruto yang berubah menjadi merah.
Boruto tidak merespon. Justru ia malah menyipitkan mata, menatap bangku yang biasa menjadi langganan tempat duduk Sarada.
"Kosong. Gadis aneh itu kemana?" batinnya bertanya.
Inojin yang peka, lantas memberi tahu bahwa Sarada dan Chocho sedang pergi ke kantin. Ah, tepatnya Chocho yang memaksa Sarada untuk ikut ke kantin.
Boruto hanya diam tidak menjawab, dengan pikiran yang melayang entah kemana.
+++
Brum
Motor Boruto melesat cepat. Ia ingin cepat-cepat pulang. Ayahnya akan pulang dan tidur di rumah hari ini. Artinya ... ini saat yang tepat untuk menagih janji dan mengiterogasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teenage Hurt
Fanfiction[BoruSara Fan Fiction] Banyak hal yang berubah. Boruto yang semula hangat menjadi dingin, Sarada yang semula cerah menjadi gelap, dan hidup yang semula lancar menjadi penuh hambatan. Sebenarnya apa yang Tuhan rencanakan? +++ ©original story by me (B...