Kasus perundungan yang dialami Sumire sudah menyebar hingga ke beberapa murid SMA Konoha. Banyak dari mereka yang kesal. Hinaan mereka layangkan ketika Delta, Eida dan Kirai mengambil barang mereka dan hendak pergi melalui gerbang depan.
Beberapa orang merasa prihatin dengan Sumire. Tapi beberapa lagi ada yang merasa wajar saja dengan tindakan Delta, karena mereka merasa bahwa Sumire memang target yang mudah.
Itu kejadian dua hari yang lalu. Chocho masih marah dengan Sarada dan Sumire yang menyembunyikan semua fakta darinya. Wasabi dan Namida mengerti alasan Sumire tidak memberitahu mereka, hanya Chocho yang masih merasa marah dan kesal.
Sudah dua hari juga Chocho tidak berbicara apalagi menatap Sarada dan Sumire. Ia jadi dekat dengan beberapa siswa dan siswi dari kelas lain. Bahkan ia bisa dibilang yang paling dekat dengan kumpulan siswa tampan seperti Boruto dibanding murid lain yang bersekolah di sana.
Pelajaran terakhir hari ini ditiadakan. Konohamaru sedang ada urusan mendesak sehingga jam kosong untuk pelajarannya. Chocho membuka bungkus keripik kentang yang baru. Duduk di antara Inojin dan Shikadai. Boruto dan Mitsuki berada di depannya. Posisinya jadi saling berhadapan.
"Hei, ada yang mau menemaniku jalan-jalan tidak?"
Ia memandang keempatnya dengan tatapan memohon. Namun Boruto cepat-cepat menolak dengan tegas, begitupun Shikadai.
Boruto alasannya karena ia tidak cukup dekat dengan Chocho, sehingga merasa masih menjadi 'orang lain'. Shikadai? Jangan ditanya. Ia malas jika harus menemani seseorang pergi, apalagi jika itu seorang perempuan.
"Inojin, Mitsuki, kalian bagaimana?"
Inojin menggeleng. Menolak dengan alasan harus pulang cepat sebelum dimarahi oleh Ibunya.
Harapan Chocho tinggal Mitsuki. Ia menatap dalam iris kuning Mitsuki, seolah meminta pertolongan disaat situasi darurat.
"Boleh," jawab Mitsuki. Ia tersenyum seperti biasa dengan matanya yang terpejam menyerupai bulan sabit.
"Benarkah? Kau yang terbaik." Chocho memberikan satu bungkus keripik kentang yang belum dibuka rasa telur asin pada Mitsuki yang diterima dengan senang hati.
"Kau ingin pergi kemana memangnya?" tanya Shikadai. Ia menguap singkat. Tugas dari bu Moegi terlalu banyak—sebenarnya Shikadai yang malas mengerjakannya—hingga ia harus bergadang untuk menyelesaikannya, karena dikumpulkan hari ini pada jam pelajaran pertama.
Chocho mendengus samar. "Seharusnya kau bertanya terlebih dahulu sebelum menolak," cibirnya. Ia menatap malas Shikadai yang malah tergeletak tak berdaya di lantai kelas yang dingin. "Aku ingin mengunjungi toko kelontong di dekat taman Sabuya. Bisa 'kan Mitsuki?"
"Tentu. Tidak mungkin aku membiarkan seorang gadis jalan-jalan sendirian. Bisa-bisa dia diculik."
"Astaga, Mitsuki ternyata benar-benar baik. Tidak seperti kalian," tunjuknya pada Boruto, Shikadai dan Inojin.
Boruto menggeram tertahan, ia malas meladeninya. "Pergi ke tempat dudukmu! Mengapa kau tiba-tiba sering mengusik kami?"
"Seharusnya kalian bersyukur diusik oleh gadis cantik sepertiku. Bukan seperti gadis-gadis menor yang menjadi penggemar kalian," ujar Chocho. Ia bangkit dari kursi yang ditempatinya. "Ya sudah aku kembali ke tempatku, ya ... "
Ia pergi. Mitsuki melambai ringan padanya.
Boruto berdecak. "Mengapa dia jadi sering ikut bersama kita, sih?"
"Katanya ia sedang marah dan kesal pada Sara," jawab Shikadai. Ia, Inojin dan Chocho cukup dekat sehingga terkadang menceritakan masalah masing-masing. Orang tua mereka juga ternyata sahabat baik sedari kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teenage Hurt
Fanfiction[BoruSara Fan Fiction] Banyak hal yang berubah. Boruto yang semula hangat menjadi dingin, Sarada yang semula cerah menjadi gelap, dan hidup yang semula lancar menjadi penuh hambatan. Sebenarnya apa yang Tuhan rencanakan? +++ ©original story by me (B...