sok geura baca, ehe.
ඏඏඏ
Apa kalian pernah mengalami masa-masa sulit dikehidupan? Atau mungkin, kalian sedang mengalaminya? Orang bilang, "Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.", lalu bagaimana jika kita sudah berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan masa sulit itu, tapi tetap tidak membuahkan hasil? Sia-sia.
Terkadang Sarada tidak bisa berpikir jernih, logika dan hatinya saling bertolak belakang. Logikanya menyuruh untuk berhenti, dengan alasan tidak ada lagi harapan. Sedangkan hatinya menyuruh untuk tetap mencoba, karena ... pasti, pasti suatu saat nanti masa-masa sulit dan perjuangannya untuk melawan itu akan berubah menjadi masa yang ia dambakan.
Ia dilema. Hanya itu.
Ia pecundang yang sesungguhnya. Seperti, "Takut mati namun enggan hidup."
Tangan kirinya membawa ember, langkah lebarnya menuju toilet. Sesampainya di sana, ia langsung masuk dan mengunci pintu salah satu bilik WC. Kran air dibiarkan menyala. Tubuhnya bergetar, dan sialnya, ia lupa membawa obat-nya.
"Sial! Sial! Sial!"
Mari kita abaikan sejenak bisik-bisik para murid perempuan yang berada di luar bilik WC, karena Sarada butuh ketenangan saat ini dan toilet adalah salah satu tempat andalannya.
Tenggorokannya terasa kering, dan tangannya masih terkepal erat. Kedua mata hitamnya ia tutup rapat-rapat.
Mengabaikan ember yang sudah terisi penuh hingga airnya membasahi sepatu putihnya, Sarada tetap diam. Masih dengan posisi berdiri menghadap pintu, mengatur napas sejenak sebelum menutup kran dan keluar dari bilik WC.
Dua siswi yang sedari tadi menunggu antrean sembari menggosip tentang Sarada tiba-tiba tubuh keduanya menegak saat merasakan kilatan mata Sarada yang berubah tajam.
Masih dengan kilatan mata yang tajam, Sarada pergi dengan menghentak-hentakkan kakinya.
Dua siswi yang tadi menghembuskan napas yang entah sejak kapan mereka tahan.
"Kau tahu? Aku dengar ia mengalahkan Boruto-kun saat pelajaran olahraga," kata siswi berambut merah muda sebahu dengan pita besar di kedua sisi.
Lawan bicaranya mengangguk. Matanya menatap kepergian Sarada dengan tatapan tidak suka, lalu berdecak pelan. "Pasti itu hanya keberuntungan. Boruto-kun lebih hebat darinya. Ah, tunggu! Bagaimana jika kita membeli minuman untuk Boruto-kun? Kemarin ... kue buatanku ia tolak."
Kilatan mata keduanya berubah menjadi berbinar. "Setuju! Bagaimana jika sekalian foto bersama?"
"Tentu saja. Aku yakin kali ini Boruto-kun tidak akan menolak."
Keduanya loncat-loncat bak anak anjing yang kegirangan karena diajak jalan oleh sang majikan. Atau bak mahasiswa yang tugas skripsinya diterima oleh dosen tanpa harus mengulang.
+++
Suara hentakkan kaki terdengar oleh indra pendengarannya. Tanpa berbalik pun ia bisa menebak siapa gerangan yang datang.
"Sara! Kemana saja kau? Kau tahu? Aku sudah mencarimu ke seluruh penjuru sekolah ini, tapi tetap tidak menemukanmu. Saat bel pulang juga kau tidak kembali ke kelas, bahkan melewati pelajaran guru Konohamaru."
Suara nyaring itu sangat Sarada hapal, karena itu suara orang yang dekat dengannya, Chocho.
"Apa Sara-chan sudah makan siang? Jika belum bagaimana jika makan di rumahku saja? Atau mau membeli makan di supermarket?" tawar Sumire, ia tidak bisa menyembunyikan raut khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teenage Hurt
Fanfiction[BoruSara Fan Fiction] Banyak hal yang berubah. Boruto yang semula hangat menjadi dingin, Sarada yang semula cerah menjadi gelap, dan hidup yang semula lancar menjadi penuh hambatan. Sebenarnya apa yang Tuhan rencanakan? +++ ©original story by me (B...