Chocho hari ini nampak berbeda dengan model rambutnya. Jika biasanya diikat dua kini ia menggerainya dengan gelombang di bagian bawah. Lebih terlihat segar dibanding hari biasanya.
"Chocho terlihat cocok dengan model rambut itu," tutur Shikadai. Ia tidak berbohong. Chocho memang cocok dengan model rambutnya.
Kibasan rambut Chocho mengenai wajah Shikadai, gadis itu tersenyum bangga. "Terima kasih, terima kasih," ucapnya berulang-ulang.
"Mungkin jika diikat satu akan terlihat lebih bagus." Mitsuki datang bergabung. Ia berujar secara tiba-tiba.
Chocho menatap malas Mitsuki. "Kau tahu? Aku cocok dengan model rambut apapun," katanya penuh kepercayadirian.
Sarada di sebelahnya, yang sedari tadi hanya diam, tertawa dalam hati. Meski ia menampilkan wajah datar.
Dan begitulah.
Murid-murid kelas 1-B sedang berada di aula, menunggu instruksi ketua kelas yang masih berada di ruang guru bersama Inojin.
"KAWAKI!"
Teriakan bu Anko terdengar dari ujung lorong hingga ke setiap kelas. Bahkan beberapa kelas di lantai dua dan tiga juga ikut terkena guncangannya. Jika diperhatikan sekilas saja semua orang di sekolah tahu jika ia sedang marah, apalagi jika diperhatikan dengan seksama.
Kawaki, murid baru tersebut sudah membuat kekacauan dihari pertamanya sekolah. Diberi gelar "Tampan Namun Nakal" oleh banyak orang. Boleh dibilang Kawaki memiliki wajah yang tak kalah rupawan dari sekumpulan laki-laki yang dicap tampan oleh murid-murid perempuan.
Festival musim panas kali ini terasa tidak spesial bagi sebagian orang. Dan sebagian lagi merasa sangat menyenangkan. Festival di sekolah ini sangat menyenangkan, begitu pikir Kawaki yang beberapa menit lalu tidak sengaja merusak properti bunga yang Shikadai buat.
"Kawaki, kemari kau!" teriak bu Anko sekali lagi. Namun lelaki itu tetap berlari kecil menghindari segala benda yang dilempari bu Anko.
"Aku tidak sengaja," jelasnya.
Ia tidak sengaja merusak properti karena terlalu asik pada obrolannya bersama Inojin dan Sumire. Karena terlalu fokus ia sampai tidak sadar menabrak tembok yang ditempeli beberapa pita yang dibentuk sedemikian rupa menyerupai bunga, menjadi pipih. Akhirnya hanya menjadi pita yang layak dibuang.
Kawaki tersudut. Beberapa murid mengerubunginya sembari bertanya hal yang terjadi. Inojin bersama Sumire yang selangkah di belakangnya memasuki aula. Meninggalkan Kawaki yang dalam hati menjerit meminta tolong pada mereka.
"Tolong perhatikan!" perintah Inojin. Memusatkan semua atensi para murid pada ia dan Sumire.
Ditatap sedemikian rupa oleh banyak orang membuat Sumire sedikit gugup. Ia salah tingkah ketika Inojin mempersilahkannya untuk berbicara.
"I-itu …," ia menahan napas, "Pak Shino bilang kita akan melakukan potret kelas jam sepuluh lebih limabelas. Masih ada sepuluh menit lagi. Kalian bebas melakukan apa saja tapi diharapkan tidak pergi terlalu jauh," jelasnya.
"Berarti ingin tidur juga tidak apa-apa?" celetuk Shikadai tanpa sadar.
Sumire dan sebagian besar murid kelas tertawa.
"Kau begadang atau bagaimana, sih?" tanya Chocho yang berdiri di sebelahnya, mengangkat sebelah alis skeptis.
Mitsuki terkekeh dengan kedua mata yang tertutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teenage Hurt
Fanfiction[BoruSara Fan Fiction] Banyak hal yang berubah. Boruto yang semula hangat menjadi dingin, Sarada yang semula cerah menjadi gelap, dan hidup yang semula lancar menjadi penuh hambatan. Sebenarnya apa yang Tuhan rencanakan? +++ ©original story by me (B...