35 | Kejadian Besar

664 58 12
                                    

Tidak ingin bersembunyi, namun bersembunyi menjadi pilihan paling tepat untuk sekarang. Setidaknya hingga Sarada menemukan dalang dari kecelakaan yang menimpa keluarganya beberapa tahun belakangan. Sampai saat itu tiba, ia harus tetap menjaga identitasnya serapat mungkin.

Gadis polos. Ia merasa apa yang ia lakukan sudah benar. Padahal ada beberapa kesalahan yang tanpa sengaja ia lakukan.

Seperti bercerita pada teman.

+++

Ditemani sekaleng soda, Chocho menatap lurus Sarada yang sibuk dengan handphone-nya. Gadis yang beberapa waktu lalu berumur 17 tahun itu meneguk sekali sebelum membuka layar handphone-nya juga.

Setelah selesai memeriksa kondisi Sarada dan memastikan bahwa dirinya baik-baik saja, Sumire pergi untuk mengurus beberapa urusan. Jadi hanya tersisa Sarada dan Chocho yang masih beristirahat di UKS, melupakan acara foto kelas dan kejadian beberapa menit sebelumnya.

Seperti kebanyakan anak muda jaman sekarang. Bukannya saling mengobrol dan sejenak melupakan dunia maya, keduanya malah berpura-pura tidak menyadari kehadiran yang lainnya dan tetap setia pada apa yang mereka lihat di internet. Hal tersebut berlangsung hingga 15 menit sebelum akhirnya Sarada bersuara.

"Berapa lama waktu yang diperlukan untuk menutup sebuah kasus?" tanyanya. Ia mengubah posisi duduk dengan menyilangkan kaki kanan ke kaki kiri. Ia mengetuk-ngetuk kepala menggunakan handphone.

Pertanyaan yang tak terduga. Chocho mengalihkan pandangannya kembali pada Sarada. "Entah. Memang kenapa?"

"Sepertinya sudah terlambat. Kasus itu pasti sudah ditutup, ya?"

Chocho tidak percaya ketika ia melihat raut wajah Sarada yang mendadak murung. Gadis kaku seperti Sarada sangat jarang menunjukan ekspresi wajah. Namun entah apa penyebabnya, akhir-akhir ini gadis itu terlihat lebih relaks dan dapat menunjukan ekspresi wajah secara terang-terangan.

"Oh, akhir-akhir ini kau lebih relaks, ya?" Chocho tertawa dan menenguk soda yang tersisa sedikit hingga habis. "Kau jauh terlihat seperti gadis normal dibanding beberapa tahun lalu."

Sembari melepas ikatan rambut, Sarada berdecak. "Ku ingatkan. Kita baru kenal selama 3 tahun."

"Tiga tahun 5 bulan," koreksi Chocho.

"Terserah."

Chocho tertawa melihat Sarada acuh tak acuh. Ia menggelengkan kepala melihat sahabatnya yang terus memperhatikan handphone. Dengan maksud bercanda, Chocho mengambil handphone Sarada dan mengangkatnya tinggi di udara.

"Hei, ambilah. Ayo."

"Chocho …" Sarada menahan napasnya. Gadis berkepribadian dingin itu tetap duduk di tempatnya tanpa ada niatan untuk merebut kembali barang miliknya. Seolah merelakan bila barangnya tidak akan kembali padanya.

Bukan masalah jika Chocho ingin bercanda. Masalahnya halaman web yang sedang ia lihat. Bisa gawat jika Chocho membacanya. Karena laman halaman berisi kasus kecelakaan tahun 2006 itu akan membuat temannya kebingungan.

Raut wajahnya cemberut, Chocho semakin lama bosan dengan sikap Sarada yang terus menerus terlihat tidak peduli dan mengabaikan hal-hal di sekelilingnya. Sesabar apapun manusia, akan ada waktunya ia bosan. Mungkin ini waktu untuk Chocho sedikit menjauhi Sarada jika reaksi gadis tersebut tetap sama.

"Kau tidak ingin mengambil handphone ini?" tanya Chocho setengah berbisik. Selama menjalin pertemanan dengan Sarada, selama itu pula ia merasa menjadi badut yang terabaikan. Reaksi Sarada yang terlalu datar terkadang membuat ia sakit hati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Teenage HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang