15. Balas Dendam

850 165 23
                                    

Yoong berlari ke arah Rio dengan cepat, dan pemuda itu tak menghindar, mengabaikan ucapan Rose yang sudah memperingatkan nya.


Bugh


Yoong melepaskan tinjuan nya ke rahang kanan Rio yang langsung terkapar, tak ada perlawanan saat pria dewasa itu menghajar Rio, ia sengaja hanya diam, karena selama ini Rio juga di hantui perasaan bersalah, karena menyebakan Ray meninggal, meski berkali-kali Rose sudah memberi nya pengertian.


"Oppa!"



"Daddy!" Teriak Seo mommy dan Rose, mereka histeris melihat adegan kekerasan di hadapan mereka


Sret


Yoong mengeluarkan sebilah pisau dari balik punggung nya, ia pun menyeringai, Seo mommy dan Rose pun semakin kalut, mereka takut untuk mendekat.


"Lakukan saja tuan, jika ini mampu membuat anda puas, bunuh saya bila memang dengan begitu akan membuat Ray tenang disana" lirih Rio tak berdaya, sambil berlutut lemas, dan Yoong mencengkram kuat kerah baju Rio dengan tangan kiri nya, dan tangan kanan nya memegang pisau.



"Dengan senang hati, nyawa harus di balas dengan nyawa" seringai Yoong tajam.


"Ray, daddy telah menepati janji dengan mengirim manusia brengsek ini ke neraka" gumam Yoong dengan senyum miring nya.


Bles


Rio terbelalak, menatap Rose yang berlari ke arah nya, saat Yoong menancapkan pisau lipat nya di perut kiri Rio, tatapan nya berubah sayu, dan cairan merah mulai merembes keluar, Rose terlambat, sang ayah sudah lebih dulu menusukan pisau nya, dan menghujam ke perut Rio.


"OPPAAAAAAAA. . ." Teriak nya histeris melihat kedua mata Rio mulai terpejam, dan. . .


Bruk



Pemuda itu terkapar di bawah kaki yoong, yang tersenyum puas.

"YOONG!" Seo mendorong tubuh suami nya, ia ikut panik, cemas, khawatir melihat pemuda yang belum sempat ia kenal itu bersimpah darah.


Yoong menatap anak dan istri nya dengan nyalang.


"Oppa. . . Oppa. . ." Rose mulai menangis hebat, ia mendekati Rio dan berusaha membangun kan pemuda itu dengan menepuk-nepuk pipi nya, tapi tak berhasil, mata Rio tak kunjung terbuka.


Set


Yoong menarik paksa tangan kanan sang putri dan tangan kiri istri nya, menyeret mereka pulang.

"Kamu jahat Yoong, kamu membunuh orang yang tidak bersalah" rancau Seo mommy dengan air mata yang membasahi pipi nya, Rose terus terisak menatap tubuh Rio yang tak berdaya diatas tanah.

Sesampai di rumah, Rose langsung berlari ke kamar nya, Seo mommy berusaha menghubungi ambulan untuk menolong Rio, ia tak tenang meninggalkan pemuda itu begitu saja, setidak nya, meski terlambat, mayat Rio tetap ada yang mengurusi.


Rose kembali menghampiri sang ayah, yang masih berdiri di ruang keluarga, sambil berkacak pinggang, raut wajah nya nampak puas, karena telah berhasil menghabisi Rio dengan tangan nya sendiri.


"Ray, kamu senangkan sekarang boy?" Batin nya.



Brak



Yoong menunduk menatap sesuatu yang terlempar tepat dibawah kaki nya, Seo mommy yang mendengar itu pun segera menyusul ke ruang tv, karena takut suami nya akan menghajar sang putri.

"Itu milik Ray, daddy!" Teriak Rose murka, sambil menangis hebat.


"Sepatu murah, tas lusuh, baju sederhana, skate board bekas, itu semua milik Ray, dan daddy tahu dari mana dia mendapatkan itu semua?!" Rose masih berteriak.



"Dari Rio, itu hanya sebagian dari barang Ray yang Rose minta, dan masih banyak lagi barang-barang sederhana yang Rio berikan pada Ray, untuk membahagiakan nya, Ray mungkin hidup serba terbatas, dan kekurangan bersama Rio, tapi aku yakin, dan aku percaya, di sisa hidup Ray bersama Rio, dia bahagia, dia bisa makan dengan nikmat, bebas berlarian kesana kemari, bermain air, dan memiliki teman, semua hal yang tidak bisa kita berikan pada nya selama ini, ia dapat dari Rio, pemuda yang baru saja daddy bunuh" teriak Rose histeris.


"Apa selama ini kita berusaha untuk membahagiakan Ray? Jawab nya tidak, kita semua tahu, Ray tidak akan bisa selamat, tapi apa yang kita berikan pada nya, di saat ia masih bersama kita? Tidak ada, justru segala keinginan dan harapan yang Ray mau malah ia dapatkan dari orang lain, kita terlalu memaksakan kehendak kita pada Ray agar ia sembuh, kita egois tak memikirkan kesenangan Ray, hanya menginginkan dia untuk terus berada di sisi kita, padahal dia merasakan kesakitan yang hebat setiap penyakit sialan itu mulai menyerang nya" Seo mommy ikut menangis hebat, mendengar kata-kata sang putri, dan mengingat sang putra, tubuh nya luruh diatas lantai sambil meraung, Yoong terdiam, ia menatap satu per satu barang yang berserakan di dekat nya, membayangkan Ray memakai nya, membuat Yoong makin sakit hati.



"Kita seharus nya berterima kasih pada Rio dan teman-teman nya, yang telah memberi kenangan manis pada Ray, sebelum Tuhan memanggil nya pulang" lirih Rose diakhir amukan nya, sebelum ia jatuh lunglai karena luapan emosi nya yang begitu hebat, membuat tubuh nya tak kuat dan rubuh, ia terisak kecil, mengkhawatirkan dan mencemaskan Rio, marah pada sang ayah, dan sedih mengingat Ray, Rose tak tahu, haruskah ia melapor pada polisi, atau tidak, dilema menyerang nya.

Seo mommy mengusap kasar air mata nya, ia lalu berdiri, dan menghampiri sang putri.


"Ayo kita ke kamar" ucap nya membantu Rose berdiri.


"Kita doakan Rio ne" hibur nya, mereka meninggalkan Yoong sendirian di ruang tv, yang masih membeku menatap barang-barang peninggalan sang putra.




#TBC

R.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang