Rio duduk diparkiran kampus, menunggu Sungjae yang sedang menemui rektor tempat Rio akan mulai menimba ilmu, tiba-tiba seorang pria tinggi kurus menghampiri nya.
"Hallo, mahasiswa baru?" Sapa pria itu, Rio yang sedang duduk pun mendongak menatap nya.
"Y-ya" jawab Rio gugup, ia lalu berdiri agar tak terkesan sombong.
"Aku Lucas, mahasiswa semester dua" pria itu mengulurkan tangan kanan nya.
"Aku Lee Mario, panggil saja Rio" balas nya.
"Senang berkenalan dengan mu, semoga kita bisa menjadi teman" Lucas menepuk lengan Rio yang tersenyum paksa, karena masih merasa asing.
"Tuan muda, ayo kita pulang" Sungjae yang sudah selesai dengan urusan nya pun mengajak Rio pulang.
"Ya hyung"
"Aku pulang dulu" pamit Rio pada Lucas yang tercengang melihat Sungjae.
Tiba di rumah, Rio langsung ke kamar, dia melirik jam dinding yang menunjuk di angka dua belas, seolah mendapatkan firasat, Rio pun mengirim pesan pada Rose.
To Nona Rose:
NonaFrom Nona Rose:
Ya oppaTo Nona Rose:
Apa aku boleh menghubungi mu?From Nona Rose:
Boleh, tapi aku sedang tak bisa bicara, aku mengalami radang tenggorakan oppa, tidak masalah kan?To Nona Rose:
Ya nona, biar aku saja yang berceritaKriiingg. . .
Ponsel Rose pun berdering, ia langsung menjawab nya.
"Halo nona"
"Hm"
"Hari ini aku ke kampus dengan Sungjae hyung, kampus nya besar sekali nona, aku juga sudah melihat kelas ku, apalagi kantin nya" Rio mulai berceloteh, dan Rose hanya diam mendengarkan nya saja, karena tak ingin Rio tahu jika ia sedang menangis karena pertengkaran orang tua nya tadi, dan peebedaan waktu antara Korea dan Sidne adalah dua jam lebih cepat di Sidney.
"Aku juga sudah mendapatkan teman baru nona, nama nya Lucas, tapi dia sudah semester dua, hyung bilang mulai besok aku harus ke kampus sendiri" lanjut Rio lagi, ia bercerita panjang lebar, dan Rose hanya sebagai pendengar saja, sampai akhir nya Rio berhenti berbicara untuk sesaat, untuk menarik nafas panjang.
"Nona, aku tidak tahu kenapa, rasanya hari ini aku harus menghubungi mu, dan meski aku tak bisa mendengar suara nona, tapi aku senang telah berbagi cerita dengan orang yang ku anggap paling istimewa" tutup Rio yang membuat Rose semakin menangis karena rindu, tapi dia sadar, tidak bisa mengatakan itu pada Rio, sebab di Australia pun pemuda itu juga sedang berjuang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, Rose takut, jika kata-katanya nanti malah akan membuat Rio jadi tidak kerasan karena merasakan hal yang sama dengan nya.
"Aku tutup telpon nya nona, sampai jumpa lagi, jangan bosan untuk mendengar cerita ku dilaik waktu" pamit Rio, sambungan telpon pun di tutup dan tangis Rose semakin pecah.
Di Australia, Rio sudah berganti baju sore itu, ia turun ke bawah untuk menonton tv, dan menunggu jam makan malam tiba.
"Tuan muda mau makan apa?" Tanya Martha
"Apa saja yang Martha masak, aku pasti akan memakan nya" jawab Rio.
"Baiklah kalau begitu" Martha pun kembali ke dapur bersama beberapa pegawai lain nya, untuk mulai menyiapkan hidangan bagi Rio.
Changmin yang baru pulang dari kantor pun memasuki ruang tengah dan melihat meja makan sudah penuh dengan hidangan yang baru saja matang, ia menoleh ke ruang keluarga dan melihat Rio sedang berbicara dengan Martha, mendengar suara langkah kaki, Rio pun menoleh.
"Harabeoji" sambut nya dengan senyum merekah, senyum yang menular pada sang tuan besar.
Rio pun menghampiri Changmin.
"Ayo kita makan bersama harabeoji" ajak Rio
"Tidak, harabeoji sudah makan" tolak Changmin
"Lalu siapa yang menemani Rio makan?" Changmin menatap nya beberapa saat, lalu . . .
"Baiklah" ia menyerah, dan ikut Rio makan malam, padahal dia sudah makan dengan klien nya tadi.
"Bagaimana dengan kampus?" Tanya Changmin
"Rio sudah kesana harabeoji, kesan pertama Rio suka"
"Sudah punya teman?"
"Kenalan ada, satu, Lucas nama nya" kedua nya makan sambil mengobrol, tanpa Changmin sadari, ia menikmati nya, sampai menghabiskan makanan dipiring nya karena saking asyik nya mendengar dan bercerita dengan Rio, hal yang sudah puluhan tahun tidak ia lakukan semenjak putri satu-satu nya, Seohyun, diboyong Yoong ke Korea Selatan, dan kebiasaan ini terus berlanjut sampai beberapa hari ke depan, hingga suatu hari, Changmin lupa untuk memberitahu Rio jika ia akan pulang malam.
Setiba di rumah, ia terkejut melihat makanan di meja makan masih utuh, Changmin berjalan menuju ke ruang tv dan melihat Rio tertidur pulas, mungkin karena menunggu nya terlalu lama, rasa bersalah pun meliputi hati Changmin.
"Tuan besar mau saya membangunkan tuan muda?" Tanya Sungjae.
"Tidak, jangan, mungkin dia juga lelah setelah dari kampus" tolak Changmin.
"Martha" panggil nya pada sang kepala asisten rumah tangga
"Ya tuan besar"
"Ambilkan dia selimut dan bantal" perintah Changmin.
"Baik tuan"
Changmin menatap wajah polos Rio yang tertidur pulas.
"Belum genap seminggu kamu disini, tapi rasa nya aku seperti punya cucu yang lain selain Rose" batin Changmin, ia seperti nya mulai menyayangi Rio, seperti kata Ray dulu, Ia adalah sosok yang mudah di cintai.
Dan pagi nya, Rio bersiap ke kampus sambil menelpon Rose.
"Nona, maafkan aku, sudah tiga hari tidak menghubungi mu, aku sudah mulai aktif di kampus nona"
"Ya oppa, aku mengerti, oppa baik-baik saja kan?"
"Baik, aku menyibukan diri di kampus agar aku tidak kepikiran tentang rumah, nona"
"Bagus, oppa harus bisa, aku selalu mendukung apa pun yang oppa lakukan selama itu adalah hal yang positif"
Meski berjauhan, tapi Rio selalu rajin memberi kabar pada Rose meski tidak setiap hari, terlebih, Rio bisa tahu apakah perasaan Rose sedang baik-baik saja atau tidak, ini yang membuat gadis itu bersemangat untuk menjalani hari nya, melihat situasi di rumah nya yang tak banyak mengalami perubahan.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
R.
FanfictionBukan hanya tentang cinta beda kasta, tapi juga ada hal lain yang membuat kisah cinta yang mereka jalani tidaklah mudah