Rio berjalan menuju dapur, yang merangkap ruang tv dan ruang makan, karena rumah itu sangat kecil, dan sederhana, jadi hanya ruang tamu dan kamar yang terpisah, lain nya terhubung menjadi satu, dengan mengusap kasar air matanya, Rose mengikuti Rio tanpa disuruh.
Deg
Tepat di karpet depan tv, nampak baju-baju seukuran tubuh Ray berserakan dilantai, lengkap dengan atribut nya seperi topi, rompi, jaket, kaos kaki, syal dan kaos tangan, dari penampakan nya Rose tahu, barang-barang itu berharga murah, tapi bukan itu yang membuat nya terharu, yang membuatnya bernilai adalah siapa yang memakai dan membelikan nya, Ray yang terbiasa memakai barang serba mewah dan mahal, yang dibelikan oleh mommy nya, pasti sangat senang dengan baju-baju sederhana yang dia sendiri ikut memilihnya ketika membeli.
Rose tanpa ragu duduk dibawah, mengambil dan mengamati satu per satu baju milik mendiang dongsaeng nya itu, dan mencium aroma nya dalam-dalam, lagi air mata Rose menetes mengingat Ray.
"Ini, minumlah" Rio menyodorkan segelas air putih pada Rose, yang kembali menangis, gadis itu meraih nya, dan meneguk isi nya sampai habis.
"Aku hanya punya air putih" ujar Rio yang kemudian duduk depan Rose.
"Dan maaf aku tak mengenali mu waktu itu, nama ku Lee Mario" lanjut nya.
"Tak mengapa, aku mengerti, perasaan kita sama-sama sedang kacau saat itu, jadi kita hanya terfokus pada Ray" balas Rose, meletakan salah satu kaos milik Ray dipangkuan nya, sambil terus menatap dan memainkan jari nya diatas baju milik sang dongsaeng.
"Aku masih belum tega untuk mengemasi dan menyimpan nya, karena hati ini masih belum percaya jika dia telah tiada" tutur Rio sedih.
"Kadang aku berpikir bahwa dia hanya sedang ke mini market untuk membeli roti tawar, dan ketika aku sadar dan kembali pada kenyataan itu membuatku rasanya ingin menangis" Rio menarik nafas dalam-dalam.
"Huft. . . Anak itu berhasil membuatku jadi secengeng ini" Rio membalikan tubuh nya, menyembunyikan air matanya dari Rose yang wajahnya memancarkan keseriusan tapi juga kesedihan dalam mendengar setiap kata yang meluncur dari mulut Rio.
"Boleh aku tahu, bagaimana awal nya, sampai Ray bisa tinggal dengan mu?" Selidik Rose penasaran.
"Aku tak akan pernah lupa dengan hari itu, senyum polos nya, semua masih terekam jelas dalam ingatan ku" cerita Rio sambil menerawang membayangkan senyuman Ray kala itu.
"Awal nya, dia akan pergi setiap jam makan siang, kadang jika sedang sepi, kami akan bermain bola bersama, dan beberapa hari kemudian, dia tidak pergi sampai cars wash tutup"
"Dan ketika aku bertanya, dimana dan siapa orang tua nya? Dia hanya menggeleng, jadi ya ku pikir dia hanyalah anak jalanan"
"Lalu kami sepakat untuk menampung nya di basecamp, dan Ray mau saja, meski dia harus tinggal disana sendirian, tapi nyata nya aku tak tega, malam itu juga, aku menjemput nya, dan mengajak nya untuk tinggal disini bersama ku" lanjut Rio.
"Apa dia merepotkan mu?" Tanya Rose
"Tidak, dia anak yang penurut, bahkan sepotong telur gulung saja mampu membuatnya tersenyum sepanjang hari" puji Rio yang memang seperti itulah kenyataan nya, karena Ray belum pernah memakan telur gulung.
"Dia bagaikan dongsaeng kami, tawanya selalu menular pada kami, andai dari awal aku tahu dia sakit, aku pasti akan melakukan apa pun demi kesembuhan nya, maafkan aku, maafkan aku yang mungkin telah menjadi penyebab dia meninggal" sesal Rio diiringi isakan kecil penuh penyesalan.
"Aku siap kapan pun tuan besar ingin mengambil nyawaku sebagai ganti nya" lanjut nya lagi.
"Tidak tidak, tolong jangan katakan itu, aku tahu cerita yang sebenarnya itu seperti apa, Ray sudah menceritakan nya, dan aku kesini, karena aku juga ingin merasakan pengalaman Ray di akhir sisa hidup nya" pinta Rose
"Kamu bersedia mengabulkan nya, untuk ku kan oppa?" Melas Rose, Rio meliriknya dengan tatapan serius nya.
Tapi justru tatapan penuh harap yang di dapat Rio dari gadis yang tiba-tiba bertamu ke rumah nya pagi itu.Dan siapa yang tahan jika sudah begini, Rio yang memang dari awal sudah jatuh pada pesona Rose pun akhirnya mengabulkan permintaan sang gadis, untuk kembali melakukan napak tilas, apa saja yang sudah di lalui Ray, selama tinggal bersama Rio.
"Besok pagi, datanglah kesini lagi, biasanya, dia terbangun jam 6 pagi" jawab Rio, Rose mengangguk.
"Apa aku boleh menyimpan baju ini?" Tanya Rose menunjukan kaos berwarna biru milik Ray.
"Boleh" jawab Rio mengangguk.
"Terima kasih, aku pamit pulang, dan sampai jumpa besok" pamit Rose.
"Nona" panggil Rio.
"Ya?" Rose menghentikan langkah nya diambang pintu.
"Boleh aku menyimpan nomor ponsel mu?" Tanya Rio canggung, dia penasaran tapi juga sungkan.
"Tentu, mana ponsel mu" jawab Rose meminta ponsel sang pemuda, dan menyimpan nomor ponsel nya disana.
"Gumawo" lirih Rio salah tingkah ketika Rose sudah memasuki mobil nya, dia terlalu malu untuk mengatakan nya langsung di hadapan Rose.
Dan tak ada yang tahu, apakah misi Rose untuk mengumpulkan bukti, guna meluluhkan sang ayah akan berhasil, semua akan di mulai besok pagi, saat Rose datang tepat jam enam pagi di rumah Rio.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
R.
FanfictionBukan hanya tentang cinta beda kasta, tapi juga ada hal lain yang membuat kisah cinta yang mereka jalani tidaklah mudah