Rio telah sampai di bandar udara Sidney, Australia, setelah mengambil koper, ia berjalan menuju ke bagian imigrasi yang sedikit memakan waktu, pagi itu, jam enam Rio mendarat dan baru keluar sekitar jam setengah tujuh, ia berjalan sambil menarik koper nya, dan melihat seseorang berdiri sambil membawa poster bertuliskan RIO
Sang pemilik nama pun langsung paham, ia lalu mendekati orang itu.
"Saya Rio" kata nya, pria itu langsung menurunkan poster nya.
"Saya Sungjae, asisten tuan Shin" jawab pria itu.
"Tuan Shin?" Bingung Rio.
"Ya, penanggung jawab anda selama di Sidney, mari tuan" Sungjae mengambil koper dari tangan Rio dan meminta pemuda itu untuk mengikuti nya.
Sungjae memasukan koper milik Rio di bagasi belakang mobil nya, lalu membuka kan pintu penumpang belakang untuk sang tamu.
"Terima kasih hyung" ucap Rio, Sungjae pun tersenyum ramah, ia lalu mengemudikan mobil nya menuju ke rumah sang majikan.
"Daebak" batin Rio tercengang melihat bangunan megah dengan beberapa mobil di garasi samping nya itu.
"Mari tuan muda" Sungjae kembali membuka kan pintu untuk Rio, dan membimbing nya masuk ke dalam bangunan yang lebih mirip istana itu.
"Sungjae sudah menjemput nya, sebentar lagi dia pasti sudah tiba" rupa nya sang pemilik rumah sedang berbicara lewat telpon, mendengar suara langkah kaki, Changmin pun memutar kursi yang ia duduki 180°
"Ah, dia sudah tiba rupa nya" lanjut Changmin"Dia sangat tampan dan masih muda rupa nya, pantas saja cucu ku. . ." Hoda Changmin pada seseorang diseberang sana, ia lalu terbahak dengan rengekan manja sang cucu yang malu karena sang kakek terus menggoda nya.
"Cucuku sudah merindukan mu kata nya, padahal kalian baru berpisah selama sepuluh jam" ucap Changmin pada Rio sambil menunjuk ponsel nya."HARABEOJI!" Teriak Rose kesal, ya, cucu yang dia maksud adalah Rose, sambungan telpon pun langsung diputus secara sepihak, karena Rose kesal dan malu, tawa Changmin pun pecah.
"Kamu Rio kan?"
"Ya tuan" Rio membungkuk hormat
"Rose meminta mu untuk segera mengaktifkan ponsel" kata Changmin lagi, Rio pun terkejut, sebab baru teringat, ia pun segera mengambil benda pipih itu dari dalam tas nya, untuk di nyalakan, suara tanda pesan masuk bersautan sampai beberapa detik tanpa henti, sampai membuat Changmin menggeleng lucu, dan Sungjae menahan senyum, sedangkan Rio panik dan malu serta gugup.
"Cucu ku seposesif itu, karena dia belum pernah mengenal namja" ucap Changmin, Rio pun langsung menatap sang tuan rumah dengan serius.
"Oh ya, kenalkan aku Shin Changmin, harabeoji nya Rose, dari pihak ibu" pria tua itu menyalami tangan Rio.
"S-saya Rio, tuan" balas nya sambil membungkuk hormat.
"Harabeoji" ralat Changmin, Rio menatap Sungjae seolah bertanya, dan yang ditatap mengangguk.
"Yaa harabeoji" Rio kembali membungkuk hormat, Changmin pun tersenyum ramah.
"Ayo kita sarapan" ajak nya, Rio oun mengikuti langkah sang tuan rumah, sedangkan Sungjae ke lantai atas membawa koper Rio ke kamar nya.
"Kamu terbiasa makan nasi atau roti?"
"Nasi harabeoji" jawab Rio, dimeja makan sudah terhidang aneka masakan untuk sarapan, yang mana semua dimasak oleh para asisten rumah tangga.
"Rose sudah menceritakan apa yang terjadi di Seoul, sejujur nya, harabeoji dulu juga tidak merestui pernikahan Yoong dan putri ku, Seohyun, karena keras kepala dan angkuh nya sifat Yoong" jelas Changmin.
"Oh ya, kamu akan berkuliah di University of Sidney, hari ini kamu istirahat dulu di rumah, besok Sungjae yang akan mengantar mu ke kampus"
"Ya harabeoji"
"Setelah sarapan, Martha akan mengantar mu ke kamar, harabeoji mau langsung ke kantor, jangan sungkan, anggap saja rumah sendiri, kamu bebas disini" imbuh Changmin
"Terima kasih harabeoji" balas Rio.
Selesai makan, Martha, asisten rumah tangga Changmin berdarah latin, tersenyum menatap Rio yang sudah selesai sarapan
"Mari tuan" ajak nya, Rio pun tersenyum, dan mengikuti langkah Martha ke lantai dua rumah itu.
"Kamar anda tuan muda"
"Terima kasih . . ." Rio bingung harus memanggil apa, dengan Sungjae dia bisa memanggil hyung karena mereka sama-sama orang Korea, tapi dengan orang asing, dia bingung.
"Martha, tuan tidak perlu sungkan, disini sudah biasa seperti itu" jelas nya.
"B-baiklah, Martha" Rio awal nya canggung.
"Saya permisi, jika tuan muda butuh sesuatu, panggil saya" pesan Martha, Rio mengangguk, ia menatap takjub interor kamar nya yang begitu megah dan mewah, berkali-kali lipat ukuran rumah nya.
Rio teringat akan ponsel nya yang kembali berdering, ia pun langsung mengangkat nya.
"Hallo"
"Oppa?"
"Ya nona?"
"Bagaimana? Oppa kerasan kan?"
"Jika aku minta pulang, apa bisa nona?"
"Tidak, coba lah untuk bertahan dulu disana oppa"
"Rasa nya terlalu berat tanpa nona disini" ucapan Rio membuat suasana menjadi hening.
"Aku takut tidak mampu nona" lurih Rio
"Oppa pasti bisa, aku yakin, aku percaya, oppa pasti bisa, oppa adalah pria hebat" Rose terus memberi nya kata-kata penyemangat, tapi Rio tak menjawab, hanya ada isakan lirih yang Rose dengar, sampai ia ikut menangis, tapi tak ingin Rio tahu.
"Aku akan menyusul oppa secepat nya, tunggu ya, kita bisa bertemu lagi nanti" bujuk Rose.
"Ya nona, terima kasih" balas Rio dengan suara serak nya, tak dipungkiri, jauh dari negara asal untuk pertama kali nya membuat Rio langsung diserang homesick, terlebih dia sendirian dan belum punya teman, meski tinggal di rumah mewah, jika bisa memilih, Rio tentu akan lebih senang tinggal di rumah mungil nya, di Korea Selatan.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
R.
FanfictionBukan hanya tentang cinta beda kasta, tapi juga ada hal lain yang membuat kisah cinta yang mereka jalani tidaklah mudah