11 - MARVEL & SEMESTANYA

32 4 0
                                    

CHAPTER 11

Shena menatap Marvel lama, rasa canggung yang aneh menghantui setelah perdebatan kecil mereka di ruang UKS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shena menatap Marvel lama, rasa canggung yang aneh menghantui setelah perdebatan kecil mereka di ruang UKS. Marvel, seperti biasa, tetap keras kepala dan berhasil membuat Shena menyerah, membiarkannya mengantar pulang. Namun, meski mereka sudah sampai di depan rumah, Marvel masih duduk di atas motornya, helm di tangan, seolah menunggu sesuatu.

"Makasih, Kak, udah nganterin saya," ucap Shena akhirnya, mencoba memecah keheningan.

Marvel mengangguk, tapi tak bergerak. Dia masih duduk di sana, matanya menatap lurus ke arah pintu rumah Shena. "Nunggu lo masuk dulu baru gue pulang," jawabnya datar, suaranya tenang tapi terdengar seperti perintah.

Shena menggeleng pelan. "Ngga apa-apa, Kak Marvel pulang aja. Saya juga nunggu Kak Marvel pulang dulu baru masuk rumah."

Marvel menatapnya dengan alis terangkat, sedikit penasaran. "Rumah lo sepi? Nggak ada orang?"

Shena refleks menoleh ke arah rumahnya, memperhatikan garasi yang kosong dan tak ada tanda-tanda kehidupan di dalam. Situasi ini sudah sering terjadi; setiap kali orang tuanya bertengkar, mereka meninggalkan rumah untuk beberapa hari. "Iya, Kak. Ngga ada orang."

Marvel terdiam sejenak sebelum menawarkan, "Mau ke rumah gue? Ada tugas yang harus lo kerjain."

Shena menatap Marvel dengan ragu, ada ketegangan dalam suaranya. "Kerjain di tempat lain aja boleh nggak? Di mana aja, asal bukan di rumah Kak Marvel."

"Buku tugasnya ada di rumah gue. Daripada bolak-balik, sekalian aja di rumah."

***

Sesampainya di depan rumah Marvel, Shena merasa dadanya semakin sesak. Rumah itu megah, dengan taman yang terawat dan lampu-lampu terang, memberikan kesan mewah dan intimidatif. Rasa tidak nyaman merayap di dalam dirinya, membuatnya merasa kecil dan tak berarti.

"Anggap aja rumah gue," ucap Marvel sambil membuka pintu rumah dengan dorongan ringan.

"Dimana-mana bilang nya anggap aja rumah sendiri. Ini kan emang rumah kak Marvel!"

Marvel hanya mengangkat bahu. "Ya, makanya gue bilang gitu."

Shena memperhatikan setiap sudut rumah, tak bisa menahan diri untuk mengagumi interiornya yang elegan. Langkah kakinya terhenti sejenak ketika matanya tertuju pada sebuah figura besar yang menampilkan foto Marvel kecil. Di saat bersamaan, suara seorang wanita terdengar dari arah ruang tamu.

"Udah mulai berani bawa anak cewek ke rumah, ya?"

Shena membeku. Suaranya lembut, namun membawa otoritas yang membuat Shena gugup. Seorang wanita cantik, terlihat jauh lebih muda dari yang seharusnya, muncul di hadapan mereka.

"Namanya siapa?" Pertanyaan itu di tujukan untuk Shena

"Shena" jawab Shena, menunduk sopan.

Wanita itu tersenyum lebih lebar. "Mau minum apa, Shena?"

"Air putih aja, kak," jawab Shena gugup, masih merasa canggung di hadapan sosok yang dia pikir adalah kakak perempuan Marvel.

"Kak? Hahaha, banyak yang bilang kayak dua puluhan, sih. Padahal udah mau kepala lima, lho," candanya sambil tertawa kecil.

Shena membelalak kaget. "M-maaf, Tante. Saya kira Tante kakaknya Kak Marvel."

Wanita itu, yang ternyata adalah Lyodra—mamah Marvel—tertawa lagi. "Ngga apa-apa, Shen. Santai aja. Biasa kok orang salah tebak."

"Hehe, iya, Tante."

"Tapi air putih aja? Minimal jus, dong," lanjut Lyodra, tetap ramah.

Shena berpikir sejenak sebelum mengangguk pelan. "Kalau jus mangga ada, saya mau, Tante."

"Of course, sweetheart," sahut Lyodra, lalu menoleh pada Marvel yang masih duduk dengan malas di sofa. "Marvel, bikin jus buat Shena, dong. Masa harus mama yang bikin?"

Marvel mendesah panjang, jelas-jelas enggan, tapi bangkit juga dan menuju dapur. "Of course, sweety," ucapnya, meniru gaya bicara Lyodra dengan nada mengejek sebelum menghilang ke dapur.

Lyodra tersenyum kecil lalu kembali fokus pada Shena. "Marvel nggak pernah bawa cewek ke rumah, lho. Mama kaget."

Shena tersenyum kikuk. "Di sekolah, Kak Marvel punya julukan kutub utara, Tante. Jadi mungkin itu yang bikin dia jarang dekat sama cewek."

Lyodra mengerutkan dahi, penasaran. "Serius? Cuek banget, ya?"

"Kalau sama teman-temannya nggak kok, Tante. Mungkin cuma ke orang yang dia nggak kenal atau nggak terlalu dekat."

Lyodra tertawa kecil. "Anak mama memang gitu, sih. By the way, Shena anak ke berapa?"

"Saya anak tunggal, Tante."

"Wah, pasti enak, dong!"

Shena tersenyum tipis. "Lebih banyak nggak enaknya, Tante."

Obrolan mereka mengalir begitu saja. Lyodra sangat ramah, jauh lebih santai daripada Marvel yang selalu terasa serius dan menekan. Shena bahkan tak menyangka dia bisa merasa nyaman berbincang dengan mamah Marvel, mendengar cerita-cerita lucu tentang masa kecil Marvel—termasuk kisah bolos ke Singapura hanya untuk nonton pertandingan sepak bola.

Di tengah perbincangan mereka, bel rumah tiba-tiba berbunyi, disusul oleh suara laki-laki yang melengking, "Yuhuuu, Tante Lyo ku tersayang!"

Lyodra terkekeh. "Nah, itu dia salah satu yang ikut bolos ke Singapura bareng Marvel."

Shena menoleh ke sumber suara, melihat Jaefran berdiri di ruang tamu dengan senyum lebar. "H-halo, Kak," ucap Shena kaku.

Jaefran melambai ceria. "Halo juga, Shena"

Tbc

Mervel & Semestanya (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang