39 - MARVEL & SEMESTANYA

28 5 0
                                    

CHAPTER 39

"Saya menerima laporan mengenai kejadian pagi ini terkait foto tidak senonoh yang kamu lihat di mading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saya menerima laporan mengenai kejadian pagi ini terkait foto tidak senonoh yang kamu lihat di mading. Apa kamu bisa menjelaskan situasinya kepada saya? Saya ingin mendengar pernyataanmu," ucap Pak Zico, kepala sekolah SMA Khalista, dengan nada tegas yang menggema di ruangan itu.

Shena duduk di samping Jaefran, berhadapan langsung dengan Pak Zico. Meski tegang, kehadiran Jaefran memberi sedikit ketenangan. Daya tarik sahabatnya seakan menjadi perisai di hadapan situasi yang mengancam reputasinya.

"Saya ingin menegaskan bahwa foto itu bukan saya," suara Shena bergetar, tetapi ia berusaha keras untuk terdengar tegas. "Saya tidak tahu mengapa wajah saya bisa ada dalam foto tidak senonoh tersebut. Saya menyadari berbicara tanpa bukti adalah sebuah pembelaan yang bodoh, tetapi saya tetap mengatakan bahwa saya telah difitnah."

Pak Zico menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, ekspresinya menunjukkan kekecewaan yang mendalam. "Sangat disayangkan, karena kamu adalah murid beasiswa."

Kata-kata itu menghantam Shena seperti batu besar yang dijatuhkan dari ketinggian. Ia merasa seolah-olah semua harapannya terkubur di bawah tekanan yang tidak bisa ia atasi. Tidak ada yang dapat dipertahankan jika ia tidak bisa membuktikan kebenarannya.

"Maaf menyela, Pak. Saya juga ingin membantah bahwa orang di foto itu bukan wakil saya," Jaefran melangkah maju, berusaha melindungi Shena.

Pernyataan itu membuat dahi Pak Zico berkerut. "Apa kamu bisa memberikan bukti yang kuat? Bagaimana jika orang di foto itu memang Shena?"

Jaefran terdiam sejenak, menoleh kepada Shena yang memberinya isyarat untuk tetap diam. Dia tidak ingin sahabatnya terjerat lebih dalam dalam masalah yang sudah cukup rumit ini.

Tidak, jangan bertindak lebih. Shena tidak mengharapkan itu sekarang.

"Saya tidak bisa memberikan bukti, tapi setelah melalui banyak pengalaman bersama di organisasi, saya yakin bahwa wakil saya bukan orang yang seperti ada di foto itu," lanjut Jaefran dengan nada serius.

"Memang benar kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari penampilan luar. Oleh karena itu, saya juga tidak bisa menuduh bahwa foto tersebut adalah Shena," tambahnya, berusaha memberi keadilan.

"Saya butuh bukti, dan Shena tidak dapat membuktikannya. Maka dengan berat hati, saya harus mengatakan bahwa foto tersebut adalah Shena," Pak Zico bersuara dingin, seolah memutuskan nasib Shena dengan sebatang pena.

Ruang kepala sekolah terasa semakin mencekam, seakan semua mata yang ada di sekitar mereka menyorot tajam. Shena merasa tertekan oleh suasana yang penuh ketidakpastian.

"Saya keberatan dengan keputusan untuk mengeluarkan Shena dari sekolah," ucap Jaefran, suaranya penuh keberanian.

Shena melotot, terkejut oleh sikap Jaefran yang melangkah jauh dari dugaannya. "Saya siap menerima keputusan apapun dari pihak sekolah," katanya tegas, berusaha menunjukkan keberanian meskipun hatinya bergetar.

"Saya tetap keberatan," Pak Zico tersenyum sinis, seakan mencemooh keputusan mereka. "Kalo begitu, Jaefran, adakah penawaran yang bisa membuat saya menarik kembali surat DO untuk Shena?"

"Saya mengajukan waktu seminggu untuk membuktikan bahwa Shena tidak bersalah. Jika dalam jangka waktu itu tidak ada bukti, maka keputusan untuk mengeluarkannya adalah mutlak," kata Jaefran dengan penuh keyakinan.

"Pengajuan waktu selama seminggu saya tolak," balas Pak Zico, menatap tajam ke arah mereka berdua.

Jaefran menghela napas, dan Shena merasakan harapan mereka semakin suram. Perasaannya seperti tenggelam dalam lautan kegelapan.

"Seminggu adalah waktu yang terlalu lama untuk kasus besar seperti ini. Nama baik sekolah bisa tercoreng jika masalah ini menyebar," Pak Zico melanjutkan, bersikeras pada pendiriannya.

"Dua hari. Saya mengajukan waktu untuk membuktikan semuanya dalam dua hari," Jaefran berani menantang.

Pak Zico mengangguk, wajahnya menunjukkan rasa puas. "Saya akui kamu cukup berani dalam mengambil keputusan," katanya, lalu menatap Shena. "Bagaimana, Shena? Apa kamu keberatan dengan waktu dua hari ini?"

Shena memandang Jaefran yang tersenyum memberinya semangat. Di tengah semua ketidakpastian ini, dukungan teman-temannya menjadi cahaya harapan. Dia tahu, Jaefran telah berjuang keras untuknya.

Dengan keyakinan yang baru ditemukan, Shena mengangguk setuju. "Saya tidak keberatan dan akan memanfaatkan waktu itu dengan maksimal."

***

Lega sekali ketika akhirnya Shena bisa menghirup udara segar di luar ruang kepala sekolah. Satu jam yang menyesakkan akhirnya berujung pada keputusan yang memberinya sedikit harapan: dua hari untuk membuktikan dirinya tidak bersalah.

"Makasih, Kak. Maaf kalo saya ngerepotin Kak Jaefran," ucap Shena dengan nada tulus.

"Ini adalah tugas gue untuk membantu wakil gue” jawab Jaefran, ujung bibirnya terangkat membentuk senyuman. "Lo ngga sendiri, Shen."

Kalimat sederhana itu berhasil menenangkan Shena, memberi kekuatan baru di dalam hatinya. "Iya, Kak."

"Jangan khawatir, lo punya banyak orang hebat yang mendukungmu dari belakang."

"Kak Jaefran?" tanya Shena dengan rasa syukur.

"Bukan cuma gue, ada banyak lagi," jawab Jaefran, matanya berkilau.

"Senang rasanya bisa ngedengar banyak orang mendukung gue," balas Shena, merasa sedikit lebih ringan.

"Ngga apa-apa kalau dunia jahat sama lo, yang penting lo harus tetap baik pada diri sendiri, ya," Jaefran menepuk lembut puncak kepala Shena, menciptakan rasa aman yang selama ini ia cari.

Tbc

Mervel & Semestanya (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang