20 - MARVEL & SEMESTANYA

29 5 0
                                    

CHAPTER 20

Shena merebahkan diri di atas kasur empuknya, matanya menatap kosong ke langit-langit kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shena merebahkan diri di atas kasur empuknya, matanya menatap kosong ke langit-langit kamar. Pikiran berputar tak karuan sejak mendengar kata-kata Marvel di bioskop tadi. Kata-kata itu masih bergaung di telinganya.

"Jadi maksudnya gue bidadari?" Shena mendengus sambil memandangi pantulan dirinya di cermin. "Bidadari apaan ini bentuknya? Lebih mirip bidadari yang nyasar dan jatuh dari Monas, bukan dari langit."

Ia duduk di kursi belajar, menopang dagu sambil memainkan ujung rambutnya. "Kalau dibilang salting sih, ya iya, cuma gengsi aja. Soalnya yang muji kayak lagi menghina," gumamnya dengan nada kesal, mengingat wajah Marvel yang seolah mempermainkan perasaannya.

""Ah, Shena!" serunya sambil menepuk pelan kepalanya sendiri. "Sadar, dong! Jangan baper sama Kak Marvel!"

Tak ingin berlama-lama terbawa perasaan yang campur aduk, Shena beranjak, bersiap melakukan rutinitas malamnya—memakai skincare favorit.

Tiba-tiba, ponselnya yang tergeletak di meja bergetar.

Drttt-Drtttt

Layar menyala, menampilkan sebuah notifikasi yang langsung membuat jantung Shena berdetak kencang.

Kak Marvel
|hi

Mata Shena membelalak. Seakan tak percaya, dia bolak-balik memeriksa nama pengirimnya. Berkali-kali dilihatnya, takut salah. Tapi tetap saja, itu Marvel. Kak Marvel yang kirim pesan ke gue?!

"Balas, ngga ya?" gumamnya, jari-jarinya bergetar di atas layar ponsel. "Slow respon aja deh, biar kelihatan jual mahal sedikit."

Shena menunggu beberapa menit, sengaja sambil bersenandung kecil untuk menenangkan hatinya yang sudah melompat-lompat. Seperti ada sihir yang merasuk, tiba-tiba perasaannya membuncah senang. Layar ponselnya menyala lagi, menandakan pesan baru masuk.

Masih pesan dari Marvel membuat Shena sampai menutup mulut tidak bisa menahan teriakan refleknya.

Kak Marvel
|what time do u wake up

Shena langsung menutup mulut dengan tangan, hampir saja ia menjerit kegirangan. Tanpa berpikir panjang, ia segera mengetik balasan.

5:25|

Tapi setelah pesan terkirim, tak ada tanda-tanda Marvel membacanya. Pesannya bahkan belum dibaca. Shena terdiam, hatinya yang tadi berbunga-bunga tiba-tiba layu.

"Tau gitu, mending gue bales tahun depan aja!" gerutunya sambil merebahkan diri di kasur, berharap rasa kecewa itu segera menghilang.


***

Pagi hari, alarm Shena berbunyi nyaring, tapi seperti biasa, ia membiarkannya selama beberapa menit sebelum akhirnya dengan malas menekan tombol snooze. Namun begitu membuka mata dan melihat ponselnya, ia langsung terlompat dari kasur.

"ANJIR, KAK MARVEL NGEBALES!!" serunya panik, setengah sadar.


Kak Marvel
|hi

|what time do u wake up

5:25|

5:25 AM

|good morning

Shena terdiam, tak percaya. Dia mencubit lengannya sendiri untuk memastikan ini bukan mimpi. Dan saat rasa sakit merambat, ia tersadar.

"JIAKKHHHH!" teriaknya heboh. "SALTING BANGET, SAMPE PENGEN SALTOOOO!"

Namun segera ia menenangkan diri, menepuk pipinya pelan. "Eh, nggak boleh gini, Shena. Jangan baper! Konsisten!"


***

Selepas rapat OSIS yang panjang dan melelahkan, Shena menghela napas lega saat melangkah keluar ruangan. Hanya tinggal beberapa anggota OSIS inti yang masih tersisa untuk menyusun acara sekolah.

"Huaaaah—" Shena merentangkan tangannya, menikmati udara sore yang segar.

"Udah selesai?"

Suara berat yang familiar membuat Shena hampir memekik kaget. Ia menoleh dan mendapati Marvel duduk santai di samping ruang OSIS, wajahnya tetap datar.

"Kak Marvel belum pulang?" tanya Shena, mencoba bersikap biasa.


"Menurut lo?" jawab Marvel, menatapnya dengan tatapan yang sulit diterjemahkan.

"Pasti nunggu Kak Jaef ya? Mau gue panggilin Kak Jaef-nya?" tawar Shena, mencoba menawarkan solusi.

Marvel menggeleng pelan, melirik jam di pergelangan tangannya. "Nggak usah. Lo pulang jam berapa? Gue anter aja."

Shena menatapnya dengan bingung. "Ngga usah, Kak. Gabut banget nganterin saya pulang segala."

"Gabut?" Marvel mengernyitkan alisnya, membuat kerutan di dahinya terlihat jelas. "Gue tuh suka, bukan gabut."


Seolah tersengat listrik, Shena tiba-tiba membeku. Tubuhnya kaku, tak tahu harus berkata apa, mulutnya terkunci rapat.

"Lho, Vel? Tumben lo ke ruang OSIS?" suara Jaefran terdengar saat ia keluar dari ruangan, mengamati kedua sejoli itu.

"Kapan rapatnya selesai?" tanya Marvel ketus, tanpa basa-basi.

"Sebentar lagi," jawab Jaefran sambil melirik Shena.

"Gue mau ajak Shena pulang sekarang," Marvel berkata santai, tetapi ada ketegasan dalam nadanya.

Shena melotot kaget. "Kok saya? Ngga Kak, saya pulang kalau semua udah selesai."

"Izinin dia balik. Gue ajak bolos rapat juga ngga mungkin mau karena dia anak teladan" Marvel menyandarkan punggung di sandaran kursi "lo tau kan apa yang paling ngga gue suka?"

Jaefran menatap Marvel yang terlihat tenang, namun auranya menandakan bahwa ia tak main-main. Marvel paling benci penolakan, itu sudah Jaefran tahu sejak lama.

"Shen," Jaefran akhirnya menyerah, tersenyum kaku, "sekarang boleh pulang kok."

"Tapi rapatnya belum selesai," balas Shena bingung.

Jaefran melirik Marvel sejenak sebelum mengumumkan, "Oke, teman-teman, hari ini rapat selesai. Kita lanjut besok. Terima kasih buat kerja kerasnya."

Senyum kecil Jaefran tersungging saat dia memandang Shena. "Sekarang rapat udah selesai, jadi lo boleh pulang."

Tbc

Mervel & Semestanya (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang