36 - MARVEL & SEMESTANYA

27 4 0
                                    

CHAPTER 36

Setelah resmi putus dengan Marvel, hidup Shena tampak tak terlalu berbeda, setidaknya dari luar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah resmi putus dengan Marvel, hidup Shena tampak tak terlalu berbeda, setidaknya dari luar. Satu-satunya yang benar-benar berubah hanyalah kebiasaan berangkat dan pulang sekolah bersama. Tak ada lagi yang menunggu di depan ruang rapat, tak ada yang menemaninya melintasi lorong-lorong sekolah. Hari-hari terasa aneh saat ia melewati tempat-tempat yang dulu penuh tawa dan cerita bersama Marvel. Kini, tempat-tempat itu hanya meninggalkan perasaan kosong, seperti ada sesuatu yang hilang—sesuatu yang tak tergantikan.

Perasaan dejavu itu kerap muncul, tetapi Shena tahu, pada akhirnya semua ini hanya soal waktu. Ia akan terbiasa. Semua akan bisa karena terbiasa.

"Shena," suara yang memanggil namanya membuat Shena menoleh. Di belakangnya, Jaefran menghampiri dengan senyum berseri, seperti biasa.

"Iya, Kak?" Shena menjawab sambil memasang senyum tipis.

"Pulang sekolah jangan lupa rapat untuk acara pensi, ya?" kata Jaefran.

"Acara pensi?".

"Iya, pentas seni SMA Khalista. Lo lupa ya?"

Shena mengerutkan kening. "Kapan, Kak?"

Jaefran tersenyum kecil lalu menyentil pelan kening Shena. "Kebiasaan, deh. Pasti semalem lo ngga buka grup lagi, kan?"

Shena tersenyum canggung. "Maaf, Kak. Semalem capek, jadi tidurnya lebih cepat."

Padahal sebenarnya, Shena memutuskan tidur lebih awal hanya untuk menghindari air mata yang terus membayangi pikirannya. Ia terlalu lelah menangis, terlalu lelah merasa sakit.

"Ngga apa-apa," jawab Jaefran santai. "Jadi, pulang sekolah nanti kita rapatin lagi kapan tanggal yang pas buat pensi ini."

Shena mengangguk. "Oke, Kak."

Jaefran mengacungkan dua ibu jarinya kemudian berlalu pergi meninggalkan Shena. Tepat saat Shena mendongakan kepala, matanya di buat terpaku dengan pemandangan di hadapannya.

Jaefran mengacungkan kedua ibu jarinya lalu berbalik, meninggalkan Shena yang masih terpaku di tempatnya. Tepat ketika Shena mendongak, matanya tertumbuk pada pemandangan yang membuatnya tercekat. Marvel berjalan melewati koridor bersama seseorang. Gadis itu adalah Keysa, teman sekelas Marvel. Shena ingat pernah bertemu dengannya di depan kelas Marvel beberapa kali. Tetapi kini, ada sesuatu yang berbeda—Keysa merangkul tangan Marvel dengan begitu mesra. Apakah mereka sekarang pacaran?

Secepat itu?

"Pagi-pagi udah dikasih asupan visual jelek," terdengar suara di belakang Shena, mengagetkannya. Refleks, ia menoleh. Ternyata Ghea sudah berdiri di sampingnya, memperhatikan pemandangan yang sama. Marvel dan Keysa sudah tak terlihat lagi di ujung koridor.

"Jangan suka ngagetin dong! Kalo gue meninggal muda gara-gara serangan jantung gimana?" omel Shena, setengah bercanda.

Ghea terkekeh. "Sorry, sorry."

"Tumben sendirian? Biasanya sama Anya."

Belum selesai Shena bicara, Anya muncul dari balik tubuh Ghea dengan tangan terlipat di depan dada dan tatapan tajam. Wajahnya menunjukkan ekspresi yang siap meledak kapan saja.

"Sebentar lagi temen lo meledak, Shen," bisik Ghea.

Benar saja, Anya langsung melontarkan sumpah serapah begitu melihat Marvel menggandeng Keysa. "DIKIRA KEREN GITU ABIS PUTUS LANGSUNG GANDENG CEWEK LAIN?! GUE SUMPAHIN KESELANDUNG BATU!"

Anya menatap Shena tajam. "Lo yakin Kak Marvel nggak selingkuh waktu kalian pacaran?"

Shena menghela napas panjang. "Bukan karena selingkuh, Nya. Kita putus emang karena ngga cocok aja."

"Udah deh, jangan nutupin aib cowok brengsek itu. Jujur aja, dia selingkuh, kan?"

"Engga kok," kata Shena, berusaha tetap tenang meski hatinya terasa sakit. "Marvel ngga pernah selingkuh."

Anya masih tidak percaya, wajahnya menampakkan frustrasi. "Tapi masa iya setelah putus langsung sama cewek lain?"

"Dia punya hak, Nya. Sekarang kita udah nggak pacaran lagi." Kata-kata itu keluar dari mulut Shena, tapi hatinya masih tertusuk pedih. Kenyataannya, meski ia mencoba terlihat tegar, perasaan sakit itu tidak bisa begitu saja hilang.

Anya mendengus kesal. "Tapi ngga secepat itu juga, Shen!"

***

"Makan yang banyak, ya," ujar Ghea sambil menaruh bakso kecil kesukaannya ke dalam mangkuk Shena.

Shena tersenyum kecil. "Makasih, jadi terharu deh."

"Soalnya lo butuh banyak tenaga buat pura-pura move-on," Ghea menambahkan sambil tersenyum jahil.

Shena tersedak mendengar kata-kata Ghea, buru-buru meminum es teh di depannya. Meski disampaikan dengan nada bercanda, ucapan itu menyentuh bagian dari dirinya yang masih terluka.

"Gimana kalo hari ini kita have fun? Nonton bioskop atau belanja-belanja?" Ghea menawarkan.

Shena merengek pelan. "Aduh, nggak bisa. Pulang sekolah gue harus rapat. Gue nggak bisa ikut."

"Kesibukan lo mengalahin anggota DPR, tau nggak?" Anya menyindir sambil melahap makanan dengan kesal.

"Jangan marah dong."

"Males gue temenan sama lo," sahut Anya sambil mengerucutkan bibir.

Shena tertawa kecil. "Sebagai gantinya, gimana kalo weekend kita quality time?"

"Janji?" tanya Anya penuh semangat.

"Iya, Bu Anya."

Sebelum percakapan mereka berlanjut, tiba-tiba suara lain menginterupsi. "Babe, kita makan di sini ya?"

Mereka bertiga menoleh ke arah suara tersebut. Marvel dan Keysa sudah berdiri di depan meja mereka. Shena merasakan hatinya mencelos melihat pemandangan itu.

"Kalian udah selesai?" Keysa bertanya dengan nada yang terdengar polos, meski tangannya masih erat merangkul lengan Marvel. "Soalnya kita mau duduk di sini."

Marvel terlihat canggung, tetapi Keysa menariknya lebih dekat. "Aku maunya di sini, sayang," ucap Keysa manja.

Anya langsung berdecak kesal. "Maaf, Kak. Emang ngga lihat kita belum selesai makan?"

"Tapi makanan Shena udah habis," kata Keysa sambil menunjuk mangkuk kosong di depan Shena. "Eh? Shena mantan kamu, kan?"

Marvel tidak bereaksi, hanya menatap ke bawah seolah ingin menghindari situasi. Atmosfer canggung ini membuat semuanya terasa semakin sulit bagi Shena.

"Minggir deh," kata Marvel tiba-tiba sebelum Keysa bisa melanjutkan kalimatnya. "Cewek gue mau duduk di sini."

Hati Shena mencelos. Mendengar Marvel menyebut Keysa sebagai cewek gue membuat dadanya terasa semakin sesak. Ia mencoba untuk tetap tenang, tetapi rasanya seperti ditusuk.

"Kita udah selesai kok," ujar Shena akhirnya, menarik tangan teman-temannya untuk pergi dari kantin.

Saat mereka keluar, tekad Shena semakin bulat. Ia harus melupakan Marvel secepat mungkin. Tidak ada jalan lain untuk menyembuhkan luka ini.

Tbc

Mervel & Semestanya (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang