44 - MARVEL & SEMESTANYA

27 5 0
                                    

CHAPTER 44

Tawa Anya dan Kenzi terdengar begitu lepas, seolah dunia hanya milik mereka berdua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tawa Anya dan Kenzi terdengar begitu lepas, seolah dunia hanya milik mereka berdua. "Hahaha!" tawa mereka bersamaan, begitu akrab dan intim.

"Aku rekam lagi ya, biar nanti kalau aku kangen, bisa nonton video kita ini," ujar Anya sembari memainkan ponselnya, sorot matanya penuh niat mesra.

Kenzi, tanpa menunggu lama, meraih Anya lebih dekat dan menanamkan kecupan lembut di lehernya. "Kenapa harus direkam? Kamu tinggal bilang, kita bisa ulang kapan aja tanpa perlu semua ini," bisiknya, suaranya rendah, hampir menggodanya.

Anya tertawa kecil, "Ya, buat kenang-kenangan, siapa tahu."

Kenzi tersenyum, sedikit mengejek tapi tak keberatan. "Asal jatah buat aku tetap lancar, terserah kamu."

Tak lama setelah itu, video pun dipotong, sengaja hanya menampilkan obrolan yang mereka lakukan—bagian dari keintiman yang mungkin ingin mereka simpan. Namun, dampaknya begitu besar bagi Shena, yang harus menahan malu di depan seluruh murid dan guru saat potongan video ini muncul di layar besar, menampilkan Anya tanpa busana bersama Kenzi. Mereka berada di tempat yang sama, dengan postur tubuh yang tak salah lagi, dan pencahayaan yang terlalu nyata untuk disangkal.

Shena menatap layar itu, wajahnya pucat. Itu bukan sekadar rumor atau foto, ini adalah bukti nyata. Foto yang sebelumnya beredar ternyata berasal dari video ini—video yang meruntuhkan martabat Anya, dan seolah-olah menempatkan Shena di tengah skandal itu.

Marvel muncul di podium dengan senyum penuh kepuasan, seakan ia baru saja memenangkan pertarungan. "Gimana, Anya? Apakah ini cukup menghibur diri lo?" tanyanya dengan nada sinis.

Seluruh perhatian langsung tertuju pada Anya, yang duduk tertegun di sebelah Shena. Wajah Anya memucat, panik, dan dia langsung menggenggam tangan Shena erat-erat. "Shen, sumpah, bukan gue yang ngelakuin ini! Lo percaya kan? Itu bukan ulah gue!" suara Anya bergetar, namun jelas terdengar putus asa.

Shena menatapnya dingin. "Awalnya gue percaya, Anya. Tapi setelah lihat video ini, apa masih pantas gue percaya?"

Anya menggoyangkan kepala, wajahnya diliputi kecemasan. "Shena, tolong dengerin gue dulu. Gue bisa jelasin ini semua!"

Namun dunia terasa berhenti berputar bagi Shena. Detik demi detik seakan melambat, dan perasaan terkhianati begitu kuat mencengkeram hatinya. Anya, sahabat baiknya, seseorang yang selalu ada untuknya, kini terbukti terlibat dalam skandal yang begitu keji.

"ITU EMANG VIDEO GUE, TAPI BUKAN GUE YANG NGEDIT FOTO SHENA!" teriak Anya, mencoba memberi pembelaan diri. Suaranya terdengar kacau, penuh ketakutan.

Jaefran berdiri dari tempat duduknya, bertepuk tangan dengan santai, namun sinis. "Drama yang bagus, Anya. Tapi kita semua tahu lo yang nyebarin foto editan Shena. Lo dateng ke ruang TU, mencoba hapus bukti. Keren, ya?" ujarnya, menggelitik amarah Anya lebih dalam.

"Dan lo pikir kita ngga tahu semua ini?" sahut Haexal dengan nada mengejek. "Lo pikir Marvel bakal diem aja liat cewek yang dia sayang dijatuhin kayak gitu?"

Anya semakin terpojok, sementara tatapan penuh kebencian dari murid-murid lain semakin tajam mengarah padanya. Marvel hanya berdiri di podium, senyum kecil terulas di wajahnya. "Gimana kalau gue tunjukin video lainnya? Biar lebih jelas?"

"KALIAN SEMUA FITNAH!" jerit Anya, matanya berkaca-kaca. Dia kembali menatap Shena, memohon dengan desperasi. "Shen, ini cuma jebakan mereka! Lo harus percaya gue!"

Namun Shena menatapnya kosong, penuh kekecewaan. "Anya, stop. Jangan bikin gue makin benci sama lo."

Hati Shena hancur berkeping-keping. Bukan hanya karena video itu, tapi karena pengkhianatan dari seseorang yang ia anggap sahabat sejati. Anya, yang selalu ada di sampingnya, kini menjadi musuh dalam selimut.

Tiba-tiba, Ghea melangkah maju dan menampar wajah Anya keras. "Tutup mulut lo!" serunya marah. "Lo sadar nggak seberapa rusak mental Shena gara-gara lo?!"

Anya hanya tersenyum masam, seolah tamparan itu tidak berarti apa-apa. "Iya, gue yang ngedit foto Shena dan nyebarin di mading sekolah," ucapnya dengan dingin. "Karena gue benci liat dia selalu dapet perhatian. Seolah dia aja yang pantas diperhatiin."

Shena terdiam, terlalu hancur untuk bereaksi. Anya melanjutkan dengan nada sinis. "Lo nggak tau seberapa muaknya gue pura-pura peduli sama lo selama ini, Shena. Dengan tubuh lo yang penyakitan itu, lo bikin gue terlihat seperti orang baik. Gue udah cukup pura-pura. Gue lega akhirnya lo benci gue."

Keysa, yang sejak tadi diam, melangkah mendekat dan menampar Anya sekali lagi. Suara tamparan itu menggema di udara. "Ini dari Marvel," ujarnya tegas. "Dia nggak bakal ngehajar perempuan, jadi gue yang bakal lakukan itu buat dia."

Semua orang terdiam, terkejut melihat keberanian Keysa. Namun Shena, dengan sisa tenaga yang ada, mengangkat tangan, menahan Keysa. "Cukup kak, saya mau maafin dia," ucapnya pelan namun penuh kepedihan.

Shena merasa seluruh dunia runtuh di sekelilingnya. Hatinya hancur, tapi ia tahu, tidak ada gunanya terus terjebak dalam kebencian.

Tbc

Mervel & Semestanya (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang