27 - MARVEL & SEMESTANYA

28 5 0
                                    

CHAPTER 27

Ghea melirik sekeliling kantin dengan kening berkerut, matanya mencari sosok yang biasanya tak pernah absen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ghea melirik sekeliling kantin dengan kening berkerut, matanya mencari sosok yang biasanya tak pernah absen. "Tumben banget, gerombolan Kak Marvel nggak kelihatan di kantin?" tanyanya penasaran.

Biasanya, sebelum jam istirahat tiba, Marvel dan teman-temannya sudah nongkrong di kantin pojok, tempat favorit mereka. Tapi hari ini, tak ada satu pun dari mereka yang terlihat.

Anya mengangkat bahu santai. "Paling mereka sibuk ngerjain tugas yang belum kelar."

Ghea mendengus kecewa. "Yah, gagal dapet vitamin cowok ganteng deh hari ini."

Anya menyeringai dan menunjuk dengan dagunya ke arah meja lain. "Liatin Ardan aja tuh, visual 12 IPA 6."

Ghea mengernyit. "Ganteng sih, tapi males banget, dulu waktu SMP pernah satu kelas."

"Emang kenapa?" tanya Anya.

"Yah, gimana ya, mau seganteng Aliando juga kalau pernah sekelas dan tahu kelakuannya, jadi ilfeel."

Anya tertawa kecil. "Bener juga. Zayn di kelas kita juga gitu. Gue masih heran kok banyak cewek yang naksir, padahal kelakuannya kayak Abu Jahal."

"Ghea melirik Shena, tatapan sinisnya tak luput dari perhatian Anya. "Udah gitu, cinta mati banget lagi sama lo, Shen."

Shena, yang dari tadi hanya fokus melahap siomaynya, terdiam. "Hah? Siapa?"

Ghea membulatkan matanya. "Lo serius nanya siapa? Dari tadi lo nggak dengerin kita ngomong?"

Shena hanya mengunyah tenang. "Maksud gue, siapa yang cinta mati?"

"Zayn," jawab Anya sambil menatap Shena. "Zayn cinta mati sama lo. Ghea suka Zayn, tapi Zayn suka lo. Cinta segitiga klasik."

Oh," jawab Shena cuek, lalu kembali menyuap siomay ke mulutnya, seolah tak peduli.

Meski dulu pertemanan mereka sempat renggang karena masalah itu, kini semua baik-baik saja. Kecuali Zayn, yang masih sering mencari-cari kesempatan untuk mendekati Shena.

"Itu cerita lama," kata Ghea sambil meneguk minumannya. "Gue udah move-on. Lembar baru."

Anya mendecak, menggeleng prihatin. "Mulut lo bilang move-on, tapi hati lo gimana?"

Obrolan mereka terhenti sejenak, masing-masing tenggelam dalam makanannya. Suasana kantin tetap ramai, dengan beragam bisikan dan obrolan yang tak lepas dari kuping. Berita-berita kecil yang nantinya menyebar cepat dari mulut ke mulut.

"Eh, katanya pacar Marvel anak kelas 10, ya?"

"Wah, serius? Adik kelas yang mana?"

"Masih gosip sih, belum ada yang valid."

"Pokoknya kalau lebih jelek dari gue, siap-siap gue hujat habis-habisan!" ujar salah satu dari meja sebelah.

"Setuju!"

Shena meneguk ludah, resiko pacaran sama orang ganteng yang di kelilingi cewek cantik.

Shena menelan ludahnya. Pacaran sama cowok populer memang datang dengan risiko, terutama ketika banyak cewek cantik di sekitarnya. Ia tahu, rumor seperti ini bisa jadi masalah, tapi sebelum ia sempat merenung lebih jauh, tiba-tiba terdengar suara langkah keras.

Gubrak!

"Halo," suara itu disertai dengan uluran tangan. "Nama gue Gavin."

Shena menatap Gavin sejenak, lalu kembali menunduk ke makanannya tanpa menyentuh tangannya. "Shena," jawabnya seadanya, tak berniat memperpanjang interaksi.

Shena tahu betul siapa Gavin. Dia adalah rival abadi Marvel. Dan interaksi ini pasti ada tujuannya, sesuatu yang bisa memicu salah paham jika dilihat oleh Marvel.

Gavin menurunkan tangannya, tapi senyum smirk tetap terpampang di wajahnya. "Sorry atas perkenalan nggak ramahnya."

"Gue juga nggak niat kenalan," balas Shena santai, matanya masih tertuju pada makanannya.

"Oh ya?" Gavin menaikkan sebelah alisnya, makin tertarik. "Tapi gue mau kenal lo lebih dekat."

"Kalau mau deket, pake teleskop aja," Shena menyahut tanpa menoleh, masih berusaha untuk tidak terpancing.

Gavin tertawa pelan, tapi tidak berkata apa-apa, membuat Shena akhirnya mendongak. Tatapan matanya bertemu dengan tatapan Gavin yang penuh arti.

"Ngga heran Marvel pilih lo," katanya, masih dengan senyumannya yang misterius. "Dari sekian banyak cewek di sekelilingnya."

Shena mengangkat satu alis, balas dengan nada yang sama. "Terima kasih pujiannya."

"Tapi gue nggak lagi muji."

Shena tersenyum tipis. "Nggak apa-apa, biar gue anggap pujian."

Gavin menopang dagu dengan satu tangan, semakin tertarik. "Pacaran sama gue aja. Sama Marvel, lo cuma jadi salah satunya."

"Jelas dong gue jadi salah satunya karena yang satu-satunya di hidup dia hanya Tuhan"

Melihat respon Gavin membuat kedua alis Shena berkerut. Cowok itu seolah puas dengan jawaban Shena.

"Kalo di hidup gue, lo bisa jadi satu-satunya."

"Kalo ngomong jangan pas mulut lagi penuh"

"Tapi gue ngomong ngga sambil makan. Gimana bisa penuh?"

"Bukan penuh dengan makanan tapi penuh dengan kebohongan" seburat senyum tipis melengkung di bibir Shena "kalo mau jadi pacar gue lihat dulu saingannya siapa"

Gavin terlihat puas mendengar jawaban itu. Namun, sebelum dia bisa membalas, Shena berdiri dan menarik tangan teman-temannya. "Yuk, cabut. Nafsu makan gue hilang."

Ketika Shena dan teman-temannya pergi, Gavin masih menatap punggungnya hingga ia menghilang dari pandangan. "She's your girlfriend, Vel?" gumamnya pelan.

"Pantesan lo selalu nolak Alesya," lanjutnya sambil tersenyum tipis, "ternyata selera lo yang kayak Shena, ya? Not bad."

Tbc

Mervel & Semestanya (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang