18 - MARVEL & SEMESTANYA

28 4 0
                                    

CHAPTER 18

"Shit!” umpat Marvel, kesal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Shit!” umpat Marvel, kesal. Pertemuan dengan Keysa pagi ini benar-benar mengacaukan suasana hatinya, ditambah lagi Shena yang membela Keysa membuatnya semakin marah.

Kepala Marvel berdenyut, mengingat bahwa ia sekelas dengan Keysa. Sebelum sampai di depan pintu kelas, ia memutuskan untuk berbalik dan pergi ke kantin saja.

"Good morning, Marvel Varexa Danendra!" sapa Haexal dengan senyum mencurigakan, dikelilingi teman-temannya yang lain.

Marvel membanting tasnya di atas meja kantin dan menyandarkan tubuh di kursi dengan sikap malas.

"Rokok?” tawar Alles, mengulurkan sebatang rokok ke arahnya.

Marvel menggeleng. "Ngga dulu."

"Tumben, biasanya lo paling depan kalo urusan rokok," Alles menatapnya heran.

"Rokok lo murah soalnya," jawab Marvel dengan nada acuh.

Chandra menepuk dada Alles seolah memberinya semangat hidup. "Sabar ya, Al. Mulut temen lo kan emang nggak ada akhlak."

"Sakit banget hati gue," keluh Alles sambil memegangi dadanya. "Apa perlu gue laporin ke Komnas HAM, ya?"

"Mereka juga nggak bakal peduli," Chandra menyahut.

"Yaudah deh, apalah daya, hayati cuma rempahan rengginang di kaleng biskuit Khong Guan," Alles merespons dengan nada dramatis.

"Udahan dulu dramanya, gue punya breaking news nih! Tadi pagi ada yang berangkat bareng si Cemiwiw tuh!" seru Haexal, memberikan high five kepada Joeblue.

"Akhinya ada yang memulai pergibahan ini juga," ucap Haexal sambil menyeringai.

"Katanya sih nggak tertarik, tapi diem-diem udah ambil start. Hari ini masih berangkat bareng, besok jalan bareng!" sambung Joeblue.

"Cielahhh," riuh suara teman-teman.

"Apa gue bilang! Pasti dari awal Marvel udah tertarik sama Shena, secara kebetulan Shena juga bikin kesalahan yang menguntungkan Marvel," Haexal menambahkan.

Ghani mengangguk setuju. "Semacam ada udang di balik batu gitu, ya?"

"That's right!" seru Haexal, bersemangat. "Diam seperti cupu, bergerak mengincar adik kelas."

"HAHAHA," semua tertawa terbahak-bahak.

"Kalian udah bosen sekolah di sini, ya?" tanya Marvel dingin, membuat suasana langsung membeku.

Semua langsung mengatupkan bibir rapat-rapat, terpaksa menghentikan obrolan seru tersebut. Marvel biasanya hanya diam jika teman-temannya menyinggungnya.

"Hai guys, kok masih pada di kantin?" Jaefran yang baru datang membawa kertas. "Ini hasil ulangan harian fisika kemarin."

"Lima menit lagi bel pelajaran pertama, cepetan masuk kelas. Soalnya guru kimia selalu on time," tambah Jaefran.

"Sabar dong, Pak Ketua," sahut Joeblue. "Kita juga butuh refreshing sebelum menyambut pelajaran kimia."

"Btw, nilai fisika gue kok jelek banget, ya? Kayak visi misi ketua OSIS sekolah kita," Chandra menyindir.

Jaefran tertawa mendengar sindiran itu, lalu memperlihatkan hasil ulangan fisikanya. "Masa gue dapet nilai 52?"

"Segitu udah bagus kok," Jaefran berkata sambil menatap Marvel yang masih diam memperhatikan kertas ulangannya. "Kalau lo dapet berapa, Vel?"

"Kecil," jawab Marvel singkat.

"Ya berapa?" Haexal mendesak.

"96,” Marvel menyahut dengan nada santai.

"Wah, ngajak baku hantam!" Haexal melinting lengan seragamnya, menggebrak meja dengan suara keras. "Nilai 96 masih lo bilang kecil, Vel?"

"Apa kabar dengan nilai gue yang dapet 40? Lebih kecil nilai gue, ya bangsat!" Haexal merespons dengan kesal.

"Di-zoom aja nilai lo biar gede," ujar Marvel, lalu beranjak pergi meninggalkan kantin.

"Punya temen gini banget, ya?" Haexal beralih menatap Jaefran. "Nilai lo berapa, Jae?"

"Kecil kok," jawab Jaefran.

"Berapa?"

"100," ucap Jaefran santai.

Haexal menghela napas, "Ini salah satu bukti kuat kalau kalian berdua saudara. Sifat kalian sama-sama minus soalnya."

***

Sementara itu, Shena berjalan bersama Ghea dan Anya menuju parkiran. Ketiga sahabat itu sepakat untuk menonton bioskop setelah pulang sekolah. Shena meringis pelan melihat Marvel sudah duduk manis di atas motornya. Mungkin dia menunggu Shena pulang atau justru ada hal lain?

Marvel mengernyit, menatap Shena yang melewatinya tanpa menggubris.

"Apa gue nggak terlihat di mata lo?" tanyanya, berusaha menarik perhatian.

Shena tetap berjalan santai bersama teman-temannya menuju mobil merah milik Anya.

"Mau kemana?” Marvel segera menahan tangan Shena saat dia hendak membuka pintu mobil.

"Kemana aja!" jawab Shena, berusaha menghindar.

"Pulang bareng gue," Marvel mendesak.

"Ngga bisa, saya ada urusan."

"Penting?" tanyanya, matanya penuh ketegasan.

Shena menatap teman-temannya yang tampak kebingungan. "Y-ya, ngga penting banget sih. Tolong lepasin tangan saya, dong!"

"Ngga akan gue lepas sebelum lo kasih tahu mau pergi kemana," tegas Marvel.

Helaan napas kasar keluar dari bibir pink alami Shena. "Saya mau nonton bioskop, kak."

"Sama cowok?"

"Ngga, cewek semua."

"Oke," Marvel akhirnya melepas genggaman tangannya, berjalan kembali ke motornya, dan pergi meninggalkan parkiran sekolah.

Ini yang nggak jelas siapa, sih? Shena membatin dalam hati, merasa bingung dengan sikap Marvel.

Tbc

Mervel & Semestanya (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang