35 - MARVEL & SEMESTANYA

25 4 0
                                    

CHAPTER 35

"Gue putus sama Kak Marvel," ucap Shena lirih, suaranya hampir tenggelam di tengah suasana kamar yang sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue putus sama Kak Marvel," ucap Shena lirih, suaranya hampir tenggelam di tengah suasana kamar yang sepi.

Makanan yang baru saja masuk ke mulut Anya langsung jatuh ke lantai, membuat gadis itu menatap Shena dengan mata terbelalak. Ghea, yang sebelumnya santai berbaring di kasur, langsung terduduk dan buru-buru mendekat. Kedua temannya bereaksi cepat, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengar.

"DEMI APA?! KOK BISA?!" seru Anya dan Ghea hampir bersamaan, tak menyembunyikan keterkejutan mereka.

"Kak Marvel selingkuh, ya?" Anya menatap Shena dengan penuh curiga. "Kalo bener iya, dia keterlaluan! Gue serius, dia pantas banget buat dilempar ke jurang!"

"Ngga mungkin selingkuh, lah!" Ghea segera membela. "Lo kan ngeliat sendiri seberapa bucin Kak Marvel ke Shena. Mana mungkin cowok kayak dia bisa selingkuh?"

Anya menoyor pundak Ghea dengan ringan. "Lo tau kan, cowok yang kelihatan bucin setengah mati tuh belum tentu setia. Banyak tuh yang kayak gitu."

"Masa iya sih?" Ghea menoleh ke arah Shena, memohon penjelasan lebih lanjut. "Beneran Kak Marvel selingkuh?"

Shena menggeleng pelan. "Bukan karena perselingkuhan kok," jawabnya dengan suara rendah. "Mungkin kita emang ngga cocok aja."

Tanpa berkata apa-apa lagi, Anya langsung merangkul Shena dengan erat, memberikan pelukan yang menenangkan. "Ngga apa-apa, Shen... nanti kita cari kebahagiaan lain buat lo," ucapnya sambil menepuk lembut punggung Shena, memberikan dukungan tanpa banyak kata.

Ghea menambahkan, suaranya lembut namun tegas, "It's okay if you wanna cry. Lo ngga bisa menahan takdir. Kalo udah terjadi, ya biarkan terjadi."

Shena menelan ludah, mencoba menahan air mata yang sudah mulai membasahi pelupuk matanya. "Gue belum siap kehilangan dia," bisiknya serak. "Gue belum siap hidup tanpa dia."

Anya semakin mengeratkan pelukannya, sementara Ghea menatap Shena dengan penuh empati. "People come and go, Shen. Itu seleksi alam, kita ngga bisa ngelawan."

Akhirnya, air mata yang sejak tadi Shena tahan pecah juga. Tangisannya terdengar lirih namun intens, seperti luapan perasaan yang selama ini terpendam. Sejak pertemuan terakhirnya dengan Marvel di rooftop, ia berusaha tegar, namun sekarang pertahanannya runtuh. Semua emosi yang ia simpan tumpah begitu saja, memenuhi ruangan dengan isak tangis yang tak terbendung.

Berjam-jam lamanya, Shena menangis di pelukan kedua sahabatnya. Matanya memerah dan membengkak, namun setelah tangisnya mereda, perasaan di dadanya sedikit lebih lega. Seperti beban berat yang akhirnya terangkat, meskipun hanya sedikit.

"Tenang aja, Shen," kata Anya dengan senyum tipis. "Gue masih punya banyak list cogan yang siap lo seleksi buat jadi pacar baru."

Shena tersenyum kecil meski matanya masih basah. "Iya"

"Semangat buat move on, ya!" tambah Ghea sambil menggenggam tangan Shena dengan erat. "Kalo lo butuh healing atau sekadar hangout, kita siap nemenin kapan aja."

"Makasih, kalian," ujar Shena tulus, meski suaranya masih terdengar lemah.

Anya mengelus rambut Shena dengan lembut, berusaha menenangkan sahabatnya. "Jangan stuck sama satu orang aja. Biarin waktu yang ngebantu lo buat move on. Ngga apa-apa kalo move on-nya lama, asal lo bisa terbiasa tanpa Kak Marvel." 

***

Di tempat lain, suasana jauh berbeda. Malven sedang mengadakan konser dadakan di ruang tamu rumahnya, memegang remote TV seolah itu adalah mikrofon, sambil mengerahkan seluruh tenaganya membawakan lagu Duka dari Last Child.

"HINGGA KU TAKKAN BISA... TUK TERBANG TINGGI LAGI..."

Marvel duduk di sofa, tatapan kosongnya tak berubah meski suara kakaknya memenuhi ruangan. Biasanya, Marvel akan dengan cepat mengeluh ketika Malven bernyanyi keras-keras seperti ini, tapi hari ini ia hanya duduk diam. Sesuatu yang cukup aneh bagi Melody, kakak tertua mereka, yang mengamati dari kejauhan.

"DAN MENCARI BINTANG YANG DAPAT MENGGANTIKANMU..." Malven melanjutkan, kali ini Marvel ikut berdiri di sampingnya, bernyanyi dengan nada yang seirama.

Melody mendelik tak percaya melihat kakaknya yang biasanya begitu tenang, sekarang ikut teriak-teriak bersama Malven. Tatapan Marvel yang kosong sejak pulang sekolah tadi semakin membuat Melody merasa ada yang tidak beres.

"SAMPAI KINI MASIH KU COBA... TUK TERJAGA DARI MIMPIKU... YANG BUATKU TAK SADAR BAHWA KAU BUKAN LAGI MILIKKU..."

Saking kesalnya, Melody akhirnya melangkah mendekat, sapu di tangannya sudah siap untuk dihentakkan ke arah kedua adiknya yang sedang asyik bernyanyi.

"BISA DIEM NGGA?! Lo berdua ganggu banget!" bentak Melody, dengan wajah penuh kegeraman.

Malven hanya tertawa kecil, menatap kakaknya dengan cengiran jahil. "Santai aja, Kak. Lo ngga pernah muda apa, sih?"

Melody mendesah, tangannya bertolak pinggang, lalu mengarahkan tatapannya pada Marvel. "Dan lo... kenapa ikut-ikutan Malven? Mau jadi duta galau juga?"

Marvel hanya mengangkat bahu. "Emang masalah?"

"Dosa apa ya gue dulu sampe dapet adik-adik kayak kalian..." Melody menggeleng, matanya beralih pada Malven. "Lo tahu ngga kenapa Marvel jadi kayak gini?"

Malven menggeleng, berusaha bersikap santai meski ia tahu ada sesuatu yang terjadi. "Dia lagi galau, Kak. Baru putus sama Shena."

"KOK BISA?!" Melody memekik kaget. "Shena tuh baik banget. Pasti lo nyakitin dia, kan? Ngaku!"

Marvel menatap Melody sekilas, matanya masih kosong. "Gue kelihatan sebercanda itu ya selama pacaran sama Shena?"

Melody terdiam sejenak, lalu menggeleng pelan. "Nggak juga, sih."

"Ya, kita udah putus. Ternyata emang ngga cocok," jawab Marvel dengan nada datar, meski jelas ada beban yang ia simpan.

Melody menghempaskan tubuhnya di sofa, menggeleng tak percaya. "Beneran putus? Kenapa sih harus putus? Gue aja ikut galau jadinya."

Marvel mengangguk perlahan, seolah menegaskan bahwa keputusan itu sudah final. Namun, tatapannya masih jauh, seperti memikirkan sesuatu yang tak ia ungkapkan.

Melody memandang Marvel dengan cemas. "Lo ngga baik-baik aja, kan? Gue bisa lihat dari mata lo, Vel."

Marvel menghela napas pelan, tidak menjawab secara langsung.

"Ngga, lo pasti nggak baik-baik aja! Hari ini gue bakal traktir lo, Vel. Pokoknya, kita harus seneng-seneng biar lo ngga terlalu sedih!" ujar Melody, mencoba menghibur dengan cara khasnya.

Tbc

Mervel & Semestanya (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang