28 - MARVEL & SEMESTANYA

25 4 0
                                    

CHAPTER 28

Shena menatap kedua temannya dengan perasaan campur aduk setelah selesai bercerita tentang bagaimana ia dan Marvel bisa berpacaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shena menatap kedua temannya dengan perasaan campur aduk setelah selesai bercerita tentang bagaimana ia dan Marvel bisa berpacaran. Awalnya ia berniat menyimpan rahasia itu lebih lama, tapi kemunculan Gavin di kantin memaksa semuanya terbongkar. Kini, tidak ada lagi yang bisa ia sembunyikan.

Teman-teman Shena yang tadi menghujani dengan pertanyaan kini terdiam. Mereka tampak sibuk mencerna informasi yang baru saja dilontarkan.

"Kalian marah?" tanya Shena, suaranya terdengar ragu. Sudah sepuluh menit tidak ada satu pun dari mereka yang berbicara.

Ghea menghela napas panjang. "Shen, sebenarnya mau cerita atau nggak, itu hak lo. Kita cuma senang akhirnya lo nemu obat buat sembuhin luka hati lo."

Shena menggigit bibirnya, merasa bersalah. "Maaf, ya, gue baru cerita sekarang."

"It's okay, Shena,"balas Ghea lembut.

Namun, Shena melirik Anya yang masih diam. "Lo marah sama gue, ya, Yan?" tanyanya, khawatir.

Anya, yang biasanya ceria, tiba-tiba menggeram frustrasi. "GUE MARAH KARENA COGAN-COGAN UDAH BANYAK YANG SOLD OUT!!"

Shena tertawa pelan, lega karena alasan kemarahan Anya tidak seserius yang ia bayangkan. Ghea pun tak tahan ikut menimpali. "Kak Marvel jomblo juga belum tentu mau sama lo, Anya."

Ekspresi Anya langsung berubah datar. "Ghe, kenapa sih lo suka banget hancurin kebahagiaan temen?"

"Tugas gue, beb. Biar lo nggak tenggelam dalam ilusi sendiri," jawab Ghea sambil tersenyum kecil.

"Lagipula, lo halu sama Mark Lee juga, bedanya apa? Selain tembok agama yang tinggi, kalian juga kayak langit dan bumi."

"Unfriend," Ghea melipat kedua tangannya di depan dada dan membuang muka. "Aku nggak like Anya."

"I like me too," jawab Anya santai.

"I hate you," balas Ghea cepat.

"Hate me more, baby."

Ghea berdecak kesal, namun akhirnya kembali ke topik utama. "Oke, balik ke cerita lo. Terus, maksudnya Gavin tiba-tiba ngajak lo pacaran itu apa?"

Shena mengangkat bahu. "Gue juga ngga tau, Ghe. Kejadian itu bener-bener nggak masuk akal."

Ghea mengerutkan alis, tampak berpikir. "Nggak bisa dibiarkan nih. Berani banget Gavin ngajak lo pacaran terang-terangan kayak gitu. Kak Marvel pasti bakal marah banget kalau tau."

Shena hanya bisa mengangguk. Pikirannya masih sibuk mencerna keberanian Gavin di kantin tadi. Ada yang aneh. Gavin sepertinya tahu tentang hubungannya dengan Marvel, tapi tetap saja dia membuat langkah berani itu. Apakah dia sengaja memancing masalah?

"Gue yakin, berita soal ini udah nyampe ke Kak Marvel sekarang," Ghea melanjutkan.

Anya juga mengangguk setuju. "Tau sendiri deh, netizen SMA Khalista kalau soal gosip mah cepet banget."

Tiba-tiba, suara teriakan keras memecah obrolan mereka. "ADA YANG BERANTEM DI LAPANGAN!!" seru seorang siswa.

Suasana kantin langsung berubah kacau. Seperti segerombolan bajak laut menemukan harta karun, murid-murid berhamburan menuju lapangan, berusaha melihat aksi yang sedang berlangsung. Shena, Ghea, dan Anya ikut terseret dalam kerumunan, dan apa yang mereka lihat di tengah lapangan membuat jantung Shena berhenti sejenak.

Marvel sedang menyeret Gavin dengan menarik kerah seragamnya, wajah penuh amarah.

"SIALAN!" Gavin berusaha melepaskan cengkeraman tangan Marvel, tapi terlambat.

Bughhh!

Marvel melayangkan pukulan keras ke wajah Gavin. Gavin yang tak mau kalah langsung membalas dengan pukulan yang sama kerasnya, lalu membanting Marvel hingga tubuhnya menghantam lapangan.

Shena menahan napas saat melihat darah segar mengalir dari hidung Marvel, tapi itu tak menghentikan amarahnya.

Bughhh!

Kali ini pukulan Marvel mendarat di perut Gavin. Serangan bertubi-tubi dari Marvel membuat sudut bibir Gavin berdarah. Napas Shena terasa tercekat.

"Lo belain Shena sampai segininya?" tanya Gavin dengan suara yang terengah-engah.

Marvel menggeleng sambil mendekatkan wajahnya ke Gavin. "Gue nggak belain Shena. Gue balas dendam karena lo yang bikin Alesya meninggal."

Wajah Gavin memucat, tapi ia tetap membalas. "Bukan gue pelakunya!"

"Tapi lo dalangnya!"

Bughhh! 

Gavin terbatuk, darah keluar dari mulutnya. Tubuhnya mulai melemah, tapi tatapannya tetap menusuk. "Kalau lo cinta sama Shena, kenapa masih ungkit tentang Alesya? Lo masih nyari Alesya di diri Shena, kan?"

"Ck. Lo salah besar," Marvel mendekatkan wajahnya ke Gavin, menatapnya tajam. "Gue ngelakuin ini karena gue nggak mau kehilangan orang yang gue sayang lagi."

Gavin terkekeh meski kesakitan. "Hati-hati, Vel. Musuh paling suka memanfaatkan kelemahan. Jangan sampai Shena jadi kelemahan terbesar lo."

Bughhh!

Sekali lagi, Gavin jatuh kalah di hadapan Marvel. Kali ini, Marvel menghujani Gavin dengan pukulan tanpa ampun.

"Jangan sebut nama cewek gue dengan mulut kotor lo," Marvel mendesis penuh kemarahan.

Gavin, yang sudah terbaring lemah, berusaha mencengkram tangan Marvel, mencoba berbicara. "Gue bukan pembunuh. Gue juga korban."

"Brengsek!" Marvel hendak melayangkan pukulan terakhirnya ketika suara lantang terdengar.

"MARVEL!!" Pak Budi dan Pak Edi, guru BK, segera menahan tangan Marvel yang sudah siap menghantam lagi. Keduanya menarik tubuh Marvel menjauh dari Gavin yang kini tak berdaya.

"KAMU MAU JADI JAGOAN? IKUT BAPAK KE RUANG BK!" teriak Pak Edi sambil menarik Marvel menjauh dari lapangan.

Marvel berjalan mengikuti guru itu, meninggalkan Gavin yang terbaring lemah. Saat melewati kerumunan, matanya bertemu dengan mata Shena. Tatapan Shena yang campur aduk—kaget, takut, dan kecewa—terasa lebih menyakitkan daripada luka fisik yang ia derita. Dengan cepat, Marvel memutuskan kontak mata itu dan terus melangkah, seolah menolak kenyataan yang ia hadapi.

***

Shena membuka ponselnya dengan gemas setelah menerima pesan dari Marvel.

Kak Marvel
|lo plg duluan aja udh gue
|pesenin ojek online

Shena mengerang kesal, membaca pesan singkat itu..

Kak Marvel dmn?|

|kantin

Tbc

Mervel & Semestanya (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang