38 - MARVEL & SEMESTANYA

30 3 0
                                    

CHAPTER 38

Pagi itu, udara segar menyelimuti sekolah, dan senyuman penuh harapan menghiasi wajah Shena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu, udara segar menyelimuti sekolah, dan senyuman penuh harapan menghiasi wajah Shena. Dia melangkah dengan semangat, merasa mood-nya cerah dan siap menghadapi tantangan hari itu. Namun, deru bisik-bisik penuh desas-desus dari keramaian di depan mading mengalihkan perhatiannya sejenak. Meski rasa ingin tahunya terbakar, ia memutuskan untuk tidak terjebak dalam kerumunan itu dan melanjutkan langkahnya.

"Eh, ternyata dia beneran jalang, ya?"

"Berani banget! Jangan-jangan udah dicelup sana-sini," sahut yang lain, tawanya kencang dan penuh ejekan.

"Pergaulannya bebas banget! Ngga salah waktu itu dia dilabrak Trisya."

"Wakil ketua OSIS, tapi kelakuannya kayak wakil ketua pekerja seks komersil. Mendingan jadi duta bok*p!"

"Turunin jabatan deh, masa wakil ketua OSIS malah bikin video ngga senonoh seperti itu?"

"Ngga seru nih kalo ngga ada vidionya!"

Percakapan itu seperti peluru yang menembus telinga Shena, membuat jantungnya berdegup kencang. Ia berusaha menerobos kerumunan yang terus membesar, hatinya menduga ada sesuatu yang sangat tidak beres—sesuatu yang membuat para siswa itu melontarkan kata-kata kejam terhadapnya.

Apa yang sebenarnya terjadi?

"Permisi, kak! Permisi!" Shena berusaha mendekat, suaranya tenggelam dalam keramaian. Ketika akhirnya tiba di depan mading, matanya membelalak, tak percaya dengan apa yang dia lihat. Foto dirinya terpampang jelas, membuat jantungnya berdebar semakin cepat. Tidak mungkin ini terjadi.

Bagaimana mungkin foto Shena, tanpa sehelai kain pun, bisa ada di majalah dinding sekolah? Dalam gambar itu, dia terlihat berada di atas seorang cowok yang berbaring di atas kasur, sambil memandang ke arah kamera dengan senyuman. Sialnya, wajah cowok itu tertutup tangan, membuat Shena tak bisa mengenali siapa dia.

"It's you, b*tch?" seru seorang siswi di samping Shena, suara penuh sindiran. "Atas tertutup, tapi bawah buka warung. Masih ada aja manusia sok suci kayak lo?"

"Tidak, itu bukan saya," Shena menjawab, suaranya bergetar.

"Mau ngelak gimana? Muka lo udah terpampang jelas di foto!" sahut yang lain, makin menekan.

"Tapi itu bukan sa—" Kalimat Shena terhenti, ketika matanya bertemu dengan sosok yang berdiri tidak jauh darinya. Marvel. Tatapan tajamnya menandakan bahwa dia sudah melihat semuanya. Rasa kecewa dalam tatapan itu seperti pedang yang menghunus jantung Shena.

Shena tidak mau melihat tatapan itu lebih lama lagi. Dia tidak ingin Marvel menganggapnya sama seperti yang diucapkan oleh murid-murid lain. Rasa sakit yang mengalir di hatinya sulit untuk ditahan.

Bagaimana ini? Shena merasa ketakutan.

"Shena!!" Ghea dan Anya berlari menghampiri, dengan cepat menariknya keluar dari kerumunan yang semakin mendesak.

"Ayo pergi dari sini!" seru Ghea. "Jangan hiraukan mereka, Shena!"

Kata-kata Anya berhasil menyadarkan Shena, membawanya kembali ke kesadarannya. Yang terpenting sekarang adalah dirinya sendiri, bukan pendapat orang lain tentangnya.

"Itu bukan gue," kata Shena dengan suara tercekat saat mereka bertiga sampai di rooftop. Anya memeluknya erat, memberikan rasa aman di tengah ketidakpastian.

"Tanpa perlu lo jelasin juga, kita percaya itu bukan lo!" Anya meyakinkan, meski keraguan melanda.

"Tapi mereka semua nggak percaya... bahkan..." Suaranya terhenti, berat. Bahkan kak Marvel pun mungkin mulai meragukannya.

"Yang penting, masih ada kita yang percaya sama lo," kata Ghea, menepuk bahu Shena dengan lembut.

Shena merasakan harapannya mulai pudar, pikirannya kalang kabut membayangkan siapa yang di balik fitnah ini. Siapa pelaku jahat yang ingin menghancurkan reputasinya?

"Untuk saat ini, mau mengelak foto itu bukan lo bakal susah diterima semua murid, karena opini mereka udah terlanjur negatif tentang lo," Ghea melanjutkan. "Kita harus selidiki dan usut kasus ini sampai tuntas. Ini nggak akan berjalan mulus. Apalagi kalau udah sampai ke telinga kepala sekolah, lo bisa dikeluarin."

"Jangan khawatir, lo punya kita. Sekalipun keputusan kepala sekolah udah final untuk ngeluarin lo, kita tetap akan berjuang buat bersihin nama lo," Anya menambahkan, mengelus pucuk kepala Shena dengan kasih sayang.

"Sekarang jangan pikirin omongan orang lain lagi. Fokus aja nyari benang merah dari semua ini."

Setengah hidup Shena terasa kembali, seperti beban berat yang mulai terangkat. Dia tidak sendirian; ada teman-temannya yang akan selalu mendukungnya.

Ghea tiba-tiba memperhatikan layar ponselnya. "Gue udah sempat foto pagi-pagi tadi. Awalnya gue kaget, tapi gue tetap percaya orang yang di foto itu bukan lo."

"Sekalipun itu lo, ya gue nggak masalah. Itu nggak merugikan siapapun juga. Tapi yang jadi masalah adalah pendapat orang-orang yang tabu dengan hal-hal berbau seks kayak gini," tambah Ghea, menekankan.

Anya mengangguk setuju. "Dari lekukan wajah cowoknya, gue ngerasa nggak asing, kayak pernah ketemu di suatu tempat."

"Coba inget-inget lagi, Nya," Shena mendorong.

"Gila lo! Kalo gue menduga-duga terus, dugaan gue bisa salah, kan jatohnya fitnah," jawab Anya, tampak frustasi.

"Yah, it's okay kalau untuk memastikan. Siapa tahu beneran..." Ghea mencoba meredakan suasana.

"Husshhh." Shena menatap lekat foto tersebut, hatinya bergejolak. Betapa kejamnya orang yang memfitnahnya seperti ini. "Kita coba cari bukti lewat foto-foto di sini aja."

Tiba-tiba, suara pengumuman dari meja piket sekolah menggema, memecah kebisingan di rooftop. "PANGGILAN KEPADA SHENA CHALISYA KELAS 10 IPA 3, DI TUNGGU KEHADIRANNYA DI RUANG KEPALA SEKOLAH SEKARANG JUGA."

Tbc

Mervel & Semestanya (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang