16 - MARVEL & SEMESTANYA

37 4 0
                                    

CHAPTER 16

Shena berdeham pelan, berusaha menenangkan dirinya di tengah rasa gugup yang mendera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shena berdeham pelan, berusaha menenangkan dirinya di tengah rasa gugup yang mendera. Hanya Marvel yang kini menemaninya di kamar rawat, setelah Jaefran dan anggota OSIS lainnya pamit. Raini juga sedang dalam perjalanan, terhalang urusan pekerjaan yang membuatnya harus kembali ke kantor lebih dulu.

"Kak Marvel, pulang aja. Aku ngga apa-apa kok," Shena berkata lirih, berusaha terdengar sopan.

Marvel mendongak dari ponselnya, alisnya berkerut. "Lo ngusir gue?"

"Ngga maksudnya begitu, kak. Tapi..." Shena memijat keningnya, merasa canggung dengan cara Marvel terus memperhatikannya. Tatapan itu membuatnya tak nyaman.

Marvel kembali menunduk ke ponselnya. "Gue nunggu tante Raini sampai sini, baru gue pulang."

Suasana hening melingkupi mereka setelah itu. Marvel sibuk dengan ponselnya, sementara Shena hanya memandang sekeliling kamar dengan perasaan canggung yang tak kunjung hilang.

"Gimana, Kak?" tanya Shena, mencoba memecah keheningan.

Marvel mengangkat wajahnya, tampak bingung. "Apa yang gimana?"

"Hari ini di sekolah gimana?" Shena bertanya dengan hati-hati.

Marvel mengangkat bahu, jawabannya datar. "Biasa aja."

"Oh." Shena menghela napas, merasa percakapan itu makin sulit. Berbicara dengan Marvel rasanya seperti mencoba mendaki gunung yang curam—meletihkan dan melelahkan hati. Setiap pertanyaan selalu berakhir dengan jawaban singkat.

Tiba-tiba, Marvel menoleh ke arahnya. "Lo sendiri gimana?"

Shena kaget melihat Marvel menatapnya, penuh perhatian. Cowok itu menyimpan ponselnya ke saku, lalu menopang dagu dengan tangan, tampak seperti anak kecil yang minta dibacakan cerita sebelum tidur.

"Ada cerita seru hari ini?" Marvel bertanya lagi, kali ini dengan nada yang lebih hangat.

Shena tersenyum kecil, merasa sedikit lega. "Saya tadi jalan-jalan sebentar di taman rumah sakit. Kata dokter, bagus buat ngurangin stres. Saya ngobrol sama beberapa pasien lain dan main sama anak-anak kecil yang lagi dirawat."

Dia berhenti, merasa ragu. "Tapi maaf ya, kak, kalau ceritanya nggak penting."

Marvel tersenyum tipis, ekspresi wajahnya jauh lebih lembut dari sebelumnya. "Nggak apa-apa. Cerita aja, seru kok."

"Seru banget!" Shena tersenyum lebih lebar. "Anak-anak kecil di sini ngingetin aku sama anak-anak di panti. Mereka hebat banget, selalu bisa bikin aku merasa harus lebih bersyukur."

Marvel mengusap pelan puncak kepala Shena, membuatnya terkejut. "It's okay," katanya lembut. "Kalau lo lupa bersyukur, gue akan selalu jadi pengingat."

Shena terdiam, hatinya tersentuh oleh kalimat sederhana Marvel, yang entah kenapa terasa begitu dalam. Bagaikan obat penenang yang meredakan kegelisahan hatinya.

"So, keep up the good work cause you're amazing just the way you are."

Kalimat Marvel berhasil membuat Shena terdiam takjub. Semacam obat penenang di kala hati Shena sedang gundah.

"Kak Marvel kalau jadi pacar, kayaknya tipe yang cuek tapi perhatian banget, ya," celetuk Shena tiba-tiba, setengah bercanda.

Marvel mengangkat alis. "Nggak juga."

"Yaudah, terserah," Shena tertawa kecil. "Eh, ngomong-ngomong, kakak mau minta apa lagi? Saya kan harus penuhi tujuh permintaan kakak."

Marvel tersenyum puas, mengingatkan Shena akan janji itu. "Permintaan ketiga gue sederhana."

Shena mengernyit. "Apa?"

"Love yourself," jawab Marvel serius, matanya menatap dalam ke arah Shena. "Cuma itu yang lo butuhin sekarang."

Shena tersenyum tipis, meski hatinya sedikit tersentuh. "Tenang aja, Kak Marvel. Saya udah mencintai diri sendiri kok."

Marvel menyipitkan matanya, menilai Shena. "Do you really love yourself?"

"Sure," jawab Shena mantap.

Marvel tersenyum, seolah puas. "Oke, kalau lo cinta sama diri lo, berarti kita sama-sama cinta orang yang sama."

Shena terdiam, kalimat Marvel mengalir dalam benaknya, membuatnya sedikit bingung.

***

"Lo kenapa diem aja?" Anya mengernyit heran, menatap Shena yang seolah tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Ghea ikut menimpali, "Atau lo nggak suka kita jenguk? Yaudah, kita pulang aja kalo gitu."

"Eh, ngga gitu!" Shena buru-buru menahan tangan kedua sahabatnya. "Gue tadi abis baca cerita di Wattpad terus kepikiran soal ucapan tokoh cowoknya."

"Dia ngomong apa emangnya?" tanya Anya penasaran.

"Dia bilang ke ceweknya, 'love yourself'. Tapi pas ceweknya bilang dia udah cinta sama dirinya, cowoknya malah jawab, 'berarti kita cinta orang yang sama.'

Shena menatap teman-temannya dengan mata sedikit bingung. "Menurut kalian, maksudnya apa ya?"

Ghea mendengus, berdecak sebal. "Cuma gitu doang lo sampe mikir kayak mau ujian CPNS? Itu jelas artinya cowok itu suka sama ceweknya!"

Anya mengangguk setuju. "Iya, maksudnya cowok itu cinta sama ceweknya, makanya mereka cinta orang yang sama."

Shena menghela napas, mencoba mencerna semuanya. Marvel suka sama gue? Ah, nggak mungkin. Cowok itu dikelilingi banyak cewek cantik, jadi kenapa harus dia?

"Ah, ngga mungkin," gumam Shena pada akhirnya. "Soalnya dia juga nggak pernah nunjukin kalau dia suka."

Anya tersenyum tipis. "Ngga nunjukin bukan berarti ngga suka, Shena. Kadang orang yang paling diem malah yang paling dalam perasaannya."

Ghea memotong dengan cepat. "By the way, judul Wattpad yang lo baca apa?"

Shena mengerutkan kening. "Apa ya... gue lupa. Soalnya tadi asal pencet di rekomendasi."

Anya melengos. "Yaudah, ngga usah dipikirin. Lo mending istirahat yang banyak, jangan kebanyakan main HP, ngedrakor, atau ngefangirl mulu!"

Shena tertawa kecil. "Anya nih kayak CCTV, ngamatin gue mulu!"

Tbc

Mervel & Semestanya (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang