Hantaman balok kayu itu membuat lutut Jimin tertekuk menghantam tanah dan ketika ia hendak bangkit, sepasang tangan memaksanya tetap dalam posisi itu. Berlutut di depan Menteri Kang.
Bisa saja dia melawan. Berkelit dan menghantam orang di belakangnya. Tapi nalurinya berbisik untuk tetap diam.
"Beginilah seharusnya Park Jimin berada." Ucap Menteri Kang dingin, "di gang sempit yang kotor. Berlutut." Tambahnya, "bukannya berada begitu dekat dengan Putri Mahkota. Menganggap bahwa kau berhak berada disana."
"Saya pengawalnya, saya berhak ada disana."
Hantaman lain di punggungnya merupakan sahutan dari ucapan Jimin barusan dan Jimin tidak mengeluarkan suara sedikitpun meski merasakan nyeri.
"Harusnya aku membiarkanmu mati malam itu." Ucap Menteri Kang, "harusnya kubiarkan saja kau tergeletak seperti sampah di tengah jalan."
Jimin mendongak, menatap mata Menteri Kang tanpa takut. Jimin tidak main main saat berkata pada Seulgi bahwa ia tidak bisa disingkirkan begitu saja. Waktu sudah menempanya dengan begitu kuat.
"Aku sudah berkata dengan sangat jelas, Jimin. Jaga batasanmu. Seulgi bukan seseorang yang bisa bersamamu bahkan sebelum ia menjadi Putri Mahkota!"
Jimin selalu tau batasan. Dia bertekad hanya akan menjadi seseoarang yang setia pada Seulgi, menjadi temannya, orang yang selalu ada untuknya. Tapi Seulgi yang mendobrak batasan itu untuk pertama kalinya. Mengatakan bahwa Jimin adalah orang terpenting dalam hidupnya. Dan pada akhirnya, Jimin menyerah akan dorongannya untuk membalas perasaan Seulgi. Karena ketika ia berkata bahwa tidak pantas bagi mereka untuk bersama, Seulgi menangis. Dan tangisan Seulgi adalah hal paling menyakitkan bagi Jimin.
"Apa kau memikirkan kesulitan yang akan dialami Seulgi karenamu?"
Tentu saja. Berkali kali. Tapi ketika memikirkan kesedihan yang juga akan Seulgi alami, Jimin memilih untuk menghadapi kesulitan bersama dibanding terpisah tapi merasakan kesedihan yang menyiksa.
"Saya akan melindungi Bin-Gung. Tidak akan terjadi hal buruk padanya." Ucap Jimin, "Seja mempercayai saya. Memilih saya untuk menjadi Pengawan Bin-Gung. Dan anda tau Seja bukan orang yang memutuskan sesuatu sembarangan."
"Ancaman paling berbahaya adalah dirimu sendiri." Sahut Menteri Kang, "tidak peduli pendapat Seja, aku akan berusaha menyingkirkanmu. Membunuhmu jika perlu. Toh kau adalah seseorang yang harusnya mati bertahun tahun yang lalu."
Tapi Jimin tidak mati. Dia tidak mati ketika Menteri Kang memukulinya dengan parah dan ia dibiarkan kelaparan. Karena Seulgi mendatanginya. Merawat luka lukanya dan memberinya makan. Seulgi menyelamatkan hidupnya lebih dari sekali.
"Jika saya mati, anda juga akan kehilangan Nona." Jimin menegakkan kakinya. Bangkit dengan perlahan. Orang dibelakangnya mengayunkan tangan lagi tapi tanpa menoleh, Jimin menangkap pergelangan tangan orang itu dan memeluntirnya, "jika anda ingin membunuh saya, pastikan Nona tidak tau itu perbuatan anda." Mata Jimin menatap tajam Menteri Kang, "tapi saya tidak akan mati. Saya tidak akan meninggalkan Nona lagi. Anda sendiri tau apa yang akan terjadi pada Nona jika saya mati."
Wajah Menteri Kang memerah menahan amarah.
Jimin memutar tubuhnya, menekan tangan penyerangnya di belakang punggungnya dengan kecepatan luar biasa dan penyerangnya menjerit ketika tulang bahunya bergeser.
"Sekertaris Jung, jangan memancingku di depan umum." Jimin melirik pada Jaehyun, "banyak saksi mata."
Jaehyun diam saja. Menyaksikan rekannya dilumpuhkan Jimin dengan mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
FADED
FanfictionKisah antara Putra Mahkota, Putri Mahkota, seorang Dokter, dan seorang Pengawal. Mereka terlibat cinta rumit yang terlarang. Rumit karena ... Tidak ada jalan untuk bersatu. Dan terlarang karena ... Taruhannya adalah nyawa.