Kisah antara Putra Mahkota, Putri Mahkota, seorang Dokter, dan seorang Pengawal. Mereka terlibat cinta rumit yang terlarang.
Rumit karena ... Tidak ada jalan untuk bersatu.
Dan terlarang karena ... Taruhannya adalah nyawa.
Jimin mengetuk pintu dua kali sebelum memutar handel dan masuk ke dalam kamar. Dan wanita yang baru mengenakan bra nya itu menjerit ketika Jimin masuk.
"Benar benar tidak sopan!" Hardik wanita itu, buru buru menyambar gaunnya yang tergeletak di lantai.
Mendapati tubuh molek seorang wanita yang nyaris telanjang, Jimin hanya melirik sedikit sebelum mengembalikan tatapannya pada sosok di atas kasur, "Jeonha, sudah waktunya kembali."
Seokjin membuka matanya dan menatap Jimin. Ia menguap, "baiklah." Gerutunya sambil turun dari tempat tidur, telanjang. Dengan sigap Jimin menyambar selimut dan membentangkannya untuk menutupi Seokjin sebelum pria itu masuk ke dalam kamar mandi.
Jimin menoleh pada wanita itu yang sudah memakai gaunnya, "silahkan keluar, Agasshi."
"Aku belum memperbaiki riasanku." Wanita itu hendak mengeluarkan bedak dari tasnya tetapi tangan Jimin mencengkeram pergelangan tangannya.
"Baik! Baik!" Teriak wanita itu, mengibaskan tangan Jimin, "tidak usah menyeretku!" Hardiknya, "aku lebih suka Agen yang dulu. Kau tidak tau sopan santun dan tukang ikut campur!"
Jimin tidak bereaksi bahkan ketika tangan wanita yang bercat merah itu mengelus dadanya, "tapi kau tampan. Mau bermain di belakang Yang Mulia?"
Jimin menepis tangan wanita itu, "silahkan pergi, Agasshi. Agen diluar akan menyelesaikan sisanya."
"Baik baik! Seperti biasa kan? Tidak boleh mengumbar hal ini, tidak boleh berbicara apa apa, mengambil kembali ponselku, digeledah lagi, menandatangani perjanjian dengan ancaman pistol di kepalaku, bla...bla...bla. Prosedur." Decihnya.
Jimin mengangkat alis, "kami tidak mengancam dengan pistol." Dia menyeringai, "dan aku juga lebih suka wanita sebelum kau. Tidak cerewet dan lebih suka bicara dengan mulut bawahnya."
Wanita itu mengumpat dan meludah di dekat kaki Jimin tetapi Jimin hanya tertawa pelan.
Wanita itu menghela nafas, berusaha menenangkan diri, "bagaimanapun, aku yang sudah menghangatkan ranjang Putra Mahkotamu kali ini. Jadi berterimakasihlah padaku!"
"Kurasa selembar cek sudah menunjukkan bahwa ... ah ...kami menghargai jasamu." Ucap Jimin, menatap wanita itu merendahkan, "sekarang, silahkan anda pergi. Saya sudah meminta sebanyak tiga kali, selebihnya saya tidak akan menjamin akan meminta anda dengan baik baik."
Wanita itu menggerutu, tapi lalu menenteng sepatunya dengan tangan kiri. Ia melewati Jimin dan tiba tiba bergerak untuk mencondongkan wajahnya pada Jimin.
Untungnya, respon Jimin sudah terlatih. Tangannya bergerak lebih cepat dari helaan nafas, mendorong wajah wanita itu menjauh dari wajahnya dan si wanita tertawa terbahak bahak, terlihat lebih puas. Melangkah pergi sambil terkekeh.
"Fuck!" Umpat Jimin. Mendapati noda lipstik di telapak tangannya. Dia segera mengambil tissue untuk membersihkannya. Tidak cukup, ia mencuci tangannya di wastafel dekat kamar mandi. Jijik sekali dengan bekas wanita di tubuhnya.
Karena ia tidak suka disentuh wanita manapun. Hanya satu wanita yang boleh menyentuhnya, tidak yang lain. Hanya satu wanita itu.
*
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.