"Tidak!! Tidak!!" Seru Seulgi kalap, melihat Jimin terjatuh dan tidak bangkit lagi. Dia meraup bahu Jimin, mengguncangnya, "Jimin! Tidak!"
"Nona, sudah berakhir Nona, ayo kembali!"
Seulgi menoleh, matanya memerah menatap lelaki yang berdiri tiga meter darinya. Tangan Seulgi meraba kebelakang, menuju pistol di tangan Jimin dan meraihnya. Mengacungkannya.
"Anda tidak akan melakukannya, Nona." Ucap pria itu, menatap tangan Seulgi yang gemetar.
"Kau menembaknya." Desis Seulgi, "kau menembak kekasihku!"
Airmata yang mengalir dipipinya tidak mengurangi fokusnya membidik kepala lelaki itu. Seulgi siap untuk menekan pelatuk sebelum tiba tiba teringat saat ia menodongkan pistol pada Jimin lama berselang.
'Kesempatan untuk menembak akan lebih besar jika targetmu adalah dada. Bidang yang lebih besar. Kemungkinan meleset lebih kecil.'
Seulgi menurunkan bidikannya dan menarik pelatuk. Memejamkan mata ketika suara letusan terdengar. Ia merasa tangannya bergeser tersentak ketika meledakkan pistol. Menembak tidak semudah kelihatannya.
Seulgi membuka mata dan mendapati lelaki itu ambruk, tangannya memegangi dadanya yang berlubang. Seulgi meleset dari organ vital. Tapi tembakannya tetap memberi damage yang melumpuhkan bagi lawannya.
'Sementara jika kau menyasar kepala, kau gemetar dan bidikanmu akan kacau. Jika itu orang jahat, kau akan kehilangan kesempatan untuk melumpuhkan mereka.'
Seulgi menoleh kebelakang, pada Jimin yang masih memejamkan matanya. Isakan mengancam merobek Seulgi. Mengeratkan rahangnya, Seulgi kembali menghadapkan tubuhnya ke depan. Siap melumpuhkan penjaga lain yang masih berdiri dan terkejut melihat Seulgi menembak.
"Maju." Desis Seulgi, tangannya gemetar lagi, tapi ia yakin, "aku tidak ragu untuk menembakmu."
Penjaga itu menyipitkan mata dan melangkah maju. Dan Seulgi siap untuk menembak ketika tangan yang berlumuran darah mengambil alih pistolnya.
Seulgi menoleh, "Jimin." Bisiknya.
Park Jimin, wajahnya pucat pasi dibalik darah dan luka, dengan tenang menembak Penjaga yang tersisa, sebelah tangannya mendekap bahu Seulgi.
Tanpa menunggu lagi, setelah menembak Penjaga yang tersisa, Jimin mundur dan membuka pintu mobil. Hendak masuk.
Tapi Seulgi memutar, lepas dari rangkulan Jimin. Masuk lebih dahulu dan terus melewati bangku penumpang untuk duduk di belakang kemudi. Ia menoleh melihat Jimin, "Ayo masuk. Aku yang mengemudi."
Jimin masuk dan membanting pintu. Kemudian ia membungkuk dan melakukan sesuatu di bawah sehingga tidak lama kemudian, mesin mobil menyala meskipun mereka tidak punya kunci.
Seulgi langsung menekan gas dan memutar kemudi. Menoleh menatap Jimin yang menyandarkan tubuhnya dan memejamkan mata, Seulgi mengulurkan tangannya. Menekan kain yang Jimin gunakan untuk menekan lubang di perutnya.
Jimin membuka matanya, tangannya juga terulur untuk menghapus air mata di pipi Seulgi, "jangan khawatir. Aku baik baik saja." Bisiknya, tersenyum.
Seulgi balas tersenyum, "aku tidak khawatir. Aku bersamamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
FADED
FanficKisah antara Putra Mahkota, Putri Mahkota, seorang Dokter, dan seorang Pengawal. Mereka terlibat cinta rumit yang terlarang. Rumit karena ... Tidak ada jalan untuk bersatu. Dan terlarang karena ... Taruhannya adalah nyawa.