CHAPTER 6 : LARCH

979 150 123
                                    



Waktu terus bergerak di sekitar mereka sementara Jimin dan Seulgi tetap dalam posisinya.

Tangan Seulgi turun sedikit. Tapi ia langsung menegakkannya kembali, membidik lurus ke kepala Jimin. Ia mundur beberapa langkah.


"Aku akan menembakmu." Desis Seulgi penuh kebencian.

"Lakukan." Ucap Jimin tenang.


Seulgi hanya tinggal menarik pelatuk dan semuanya akan selesai. Kebenciannya selama ini, kemarahannya selama bertahun tahun, berada di ujung jarinya. Menunggu untuk digerakkan.


~Flashback

Seulgi membalik koper Jimin. Membuat semua pakaian disana berhamburan lagi dan Jimin hanya diam saja. Membiarkan Seulgi melampiaskan amarahnya.

Setelah amukan Seulgi mereda, Jimin mulai membereskan baju bajunya kembali. Memasukkannya ke dalam koper dan Seulgi murka lagi.

"PERLU KUBAKAR SEKALIAN BARANG ITU??" Seulgi mendorong Jimin, membuat Jimin terjengkang dan gadis itu langsung menduduki perut Jimin, memukul dadanya, "PERLU KUPATAHKAN TANGANMU??"

Hari hari bersama yang sudah mereka lalui terbayang lagi di benak Seulgi. Membuat ia terisak.

"Brengsek!" Seulgi menghantam dada Jimin dengan keras, "aku bagaimana??" Satu pukulan lagi, "aku bagaimana kalau kau tidak ada??" Pukulan lagi, "aku harus bagaimana??"

Sakit. Bukan karena pukulan Seulgi. Tapi hatinya. Melihat Seulgi seperti ini, benar benar menghancurkan Jimin.

Ia terlentang, dengan Seulgi diatasnya, memukuli dadanya dengan kepalan tangan mungilnya. Pukulan itu lama lama melamah. Dan sekarang hanya tinggal isakan.

Jimin merengkuh Seulgi, membuat gadis itu rebah di dadanya dan menangis tersedu sedu disana. Membasahi baju Jimin dengan air matanya.


Jimin berguling miring, membawa Seulgi disampingnya. Menjadikan lengannya bantalan untuk kepala Seulgi. Wajah mereka berhadapan.

"Jangan pergi." Bisik Seulgi.

Bagaimana mungkin Jimin akan tetap pergi jika Seulgi memohon seperti itu? Dengan mata yang penuh dengan air mata, menatapnya dengan penuh permohonan.

"Jebal, jebal."

Jimin tersenyum, mengusap ibu jarinya di pipi Seulgi, menghapus air mata disana.

"Ibu sudah pasti akan menghentikan niatnya mengenalkanku pada anak Hong itu dengan semua kehebohan ini." Seulgi menghela nafas, mberusaha mengontrol tangisnya.

"Tidak ada bedanya. Ada anak Menteri Oh dibelakangnya. Dan anak Pengusaha Lee di belakangnya lagi. Dan masih banyak lagi." Ucap Jimin pelan.

Mata Seulgi berlinangan air mata lagi . Adakah jalan keluar untuk ini?

"Aku hanya mau kau." Bisik Seulgi, melarikan telunjuknya di bibir Jimin.

"Aku milikmu. Sampai kapanpun." Jimin meraih tangan Seulgi, menempatkannya ke dadanya, "walaupun kita harus berpisah, aku milikmu. Tidak perlu khawatir. Kau hanya perlu menunggu dengan sabar."

Seulgi menggeleng, "aku bukan orang yang sabar." Seulgi menatap Jimin tepat di matanya, "bawa aku bersamamu."

Jimin tersenyum sedikit, "kau mau masuk militer juga?" Jimin menautkan jari jarinya dengan milik Seulgi, "apa tangan ini bisa memegang senjata? Tapi kau tidak perlu senjata. Pukulan hookmu saja bisa membuat Komandan pleton klenger."

FADEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang