CHAPTER 23 : BITTERSWEET

1.8K 135 121
                                    



A/N : 


Dor!!


Wkwkwkwk ....


Harusnya ini kupublish besok sekalian nebeng wifi kantor karena pantang bagiku untuk tidak memanfaatkan fasilitas kantor semaksimal mungkin. Nyehehehehe. 

Tapi karena tidak tahan menganggurkan chapter yang sudah siap (inilah kenapa aku tidak bisa double update dalam sehari, karena aku tidak pernah punya draft yang sudah selesai, semuanya dadakan kaya tahu bulat), so ... ini dia .... enjoy ...





*



Suara hujan yang menerpa jendela menjadi satu satunya suara di ruangan itu. Jimin menarik kembali gorden yang sebelumnya ia buka untuk melihat derasnya hujan. Kemudian ia berbalik dan melangkah menuju tempat tidurnya dimana Seulgi berbaring disitu dengan selimut menutupi sampai dadanya.

Jimin tersenyum, menunduk untuk mencium Seulgi dan dibalas wanita itu dengan senang hati.

"Jadi tadinya aku akan pergi bersama Jungkook?" Tanya Seulgi, mendengar beberapa saat lalu Jimin menelepon Jungkook untuk membatalkan rencananya.

"Begitulah."

"Lalu aku akan dibawa ke rumah nenek Cho?"

Jimin meringis, duduk di sisi tempat tidur, "aku sudah khawatir kau akan tidak akur dengan Miyeon."

Seulgi mencibir. Ia mengangkat tubuhnya untuk duduk menghadapi Jimin. Selimutnya melorot menampakkan dadanya dan dia tidak repot repot untuk menaikkannya kembali. Menikmati pandangan Jimin tertuju kesana tanpa berkedip.

"Kau selalu merencanakan semuanya. Tetapi rencanamu selalu berantakan."

Jimin menghela nafas, memaksa tatapannya naik keatas pada wajah Seulgi, "tetapi aku selalu punya Plan B dan plan C untuk rencana rencana gagal itu." Jimin mengulurkan tangan untuk mengelus sisi wajah Seulgi.

Seulgi memejamkan mata, menikmati sentuhan Jimin. Tangannya terulur untuk menarik Jimin mendekat, mencari bibirnya.

Tangan Jimin mengelus punggung Seulgi yang telanjang sementara bibirnya dan bibir Seulgi kembali bertemu untuk malam ini. Saling menggesek, saling membuka untuk satu sama lain.

Jimin merebahkan dirinya ke samping Seulgi, membawa Seulgi bersamanya, masuk ke dalam selimut yang sama. Kepala mereka saling berhadapan. Bertatapan. Tidak berkata kata, hanya saling menatap yang berarti lebih banyak daripada kata kata.

Telunjuk Seulgi menyusuri wajah Jimin dari mulai alis matanya, lalu turun ke hidungnya dan menyusuri tepi bibir Jimin. Bermain main di permukaan bibir bawah Jimin yang tebal.

"Apa yang menjadi rencanamu? Jika aku tidak menjadi Putri Mahkota?"

"Aku berencana di militer lima sampai tujuh tahun. Keluar tepat waktu sampai kau menyelesaikan kuliahmu. Mungkin saat itu kau sudah bekerja entah dimana. Tapi yang pasti bidangnya berkaitan dengan anak anak."

Seulgi tersenyum. Jimin adalah orang yang paling mengetahui dirinya. Terkadang bahkan melebihi dirinya sendiri, "lalu?"

"Aku akan memohon untuk membawamu pada Tuan. Mengatakan bahwa aku sanggup membahagiakanmu. Dia tidak usah khawatir dengan materi karena aku sanggup membelikanmu apa saja. Tujuh tahun, aku tidak pernah membelanjakan uangku."

FADEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang