CHAPTER 30 : BACHELOR'S BUTTON

974 131 113
                                    




Rose tersenyum dan menunduk pada Seulgi, lalu duduk di belakang mejanya, berhadapan dengan Seulgi.

"Terimakasih anda sudah menyempatkan diri kesini, Mama. Sebenarnya saya bisa memeriksa anda di Istana." Ucap dokter berambut pirang itu.

"Tidak. Aku senang bisa keluar istana." Sahut Seulgi, "aku tidak mempunyai kegiatan akhir akhir ini."

"Anda masih dalam pemulihan." Ucap Rose, "anda ... sendiri?" Tanyanya sambil melirik kursi sebelah Seulgi yang kosong.

Seulgi mengangkat alis, "Pengawalku ada di luar. Dia tidak perlu mendengar tentang hasil pemeriksaanku kan?"

"Benar. Baiklah, tidak apa apa, Mama." Jawab Rose canggung.

"Dan toh kau akan melaporkan hasilnya pada Seja. Jadi dia tidak perlu ada disini untukku." Lanjut Seulgi.

Rose mengangguk. Tapi bukan Seja yang dipikirkan Rose. Melainkan lelaki yang sama sekali tidak meninggalkan sisi tempat tidur Seulgi saat dia dirawat kemarin. Yang terlihat hampir gila saat menggendong Seulgi untuk dibawa padanya. Pengawalnya yang lain.

Rose menghela nafas. Berusaha tidak memikirkan itu. Putra Mahkota sudah menekankan dengan jelas kerahasiaan dalam pekerjaannya. Rose hanya fokus pada perawatan Seulgi, dan melapor pada Seokjin. Cukup begitu saja. Dan Jisoo juga sudah memberitahunya bahwa Rose tidak boleh, sama sekali tidak boleh, mengabaikan aturan dan larangan Putra Mahkota.


'Kau tidak akan menginginkan melihat dia marah.' Ucap Jisoo.


Tidak, Rose tidak mau.


Jadi dia mengklik beberapa perintah di layar komputernya, lalu menggeser layar itu untuk ditunjukkan pada Seulgi.

"Mama, anda bisa melihat ini? Perut anda bersih. Tidak ada jaringan yang tersisa. Pendarahan anda juga sudah berhenti. Ini bagus."

Wajah Seulgi datar saja melihat layar.

"Tapi masalahnya adalah pada ini." Rose mengklik tombol lain, menampilkan gambar lain, "tuba falopi kanan anda. Saya sudah menjelaskannya pada anda, bahwa ketika anda pendarahan, ada bakteri yang masuk dan mengakibatkan infeksi dan peradangan disini. Di leher tuba. Saya sudah memberi anti inflamasi, dan ketika pendarahan anda sudah dibersihkan, saya baru melihat bahwa itu sudah terjadi pembengkakan dan penyumbatan."

Rose menunjuk lorong tuba, "cairan berkumpul disini, mengakibatkan penyumbatan. Dan hari ini saya lihat, penyumbatan itu hampir sudah menutup akses dari ovarium ke rahim. Anda masih merasa nyeri di bagian panggul kan?"

Seulgi mengangguk.

"Ini disebut Hydrosalpinx." Rose menatap Seulgi, "Mama, anda bisa menjalani prosedur untuk membuka sumbatan itu. Tapi saya khawatir, sumbatan ini terlalu parah untuk hanya bisa dibersihkan."

"Harus dipotong kan?" Tanya Seulgi, "kau sudah bilang waktu itu."

"Ya, Mama. Karena infeksi bisa menjalar. Tuba anda yang kiri sudah menunjukkan tanda tanda peradangan juga. Apalagi kondisi anda sekarang rentan untuk infeksi. Belum lagi resiko yang ditimbulkan infeksi itu bisa sangat fatal. Jadi saya menyarankan anda untuk memotong tuba falopi yang tersumbat."

Seulgi mengangguk, wajahnya sedingin es, "aku tidak akan bisa punya anak."

"Masih bisa, Mama. Tapi memang sulit. Anda masih mempunyai satu tuba. Dan kondisinya memang kurang bagus, tapi masih bisa dirawat. Dan selalu ada opsi IVF atau bayi tabung. Anda dan ... Seja masih bisa melakukan proses itu." Rose tersenyum, "tapi mari kita fikirkan itu setelah kondisi anda pulih sepenuhnya."

FADEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang