Hai maaf kalau aku upnya nggak bisa rutin. Soalnya aku lagi aktif nulis didua aplikasi yaitu wattpad dan Novelme. Mohon bersabar😘
Apalagi diRL aku juga sibuk banget, maklum lagi proses tugas akhir. Mikir judul TA itu loh, susah banget.😔
Maaf sekalian cucol
Enjoy
__"Ibu diantar sekarang?" tanya Yeri, kebetulan ini sudah jam lima sore.
"Iya, kamu siap-siap dulu aja. Pertemuannya masih jam enam nanti kok," jawab sang Ibu santai.
Astaga Yeri ingin marah sebenarnya, ia menyia-nyiakan waktu 1 jam di rumah. Seharusnya ia masih bisa bermain dengan Mark dan Taeyong di Mall tadi. Ibu benar-benar keterlaluan, tetapi mau bagaimana lagi. Ia sudah terlanjur berjanji.
Melupakan tentang Ibunya, Yeri memutuskan untuk kembali ke kamar dan menyiapkan baju yang akan ia kenakan nanti. Gadis itu mulai membuka lemari pakaiannya mencari sebuah baju yang nyaman rapi dan juga modis tentu saja, sebagai fashion designer ia ingin fashionnya diapresiasi.
Untuk pakaian yang cocok dengan pertemuan non formal, Yeri akan mengenakan baju yang cukup feminim yaitu atasan putih rajut off-shoulder lengan panjang, dengan bawahan rok jeans selutut. Penampilan yang cukup rapi untuk acara makan malam dengan teman ibunya.
Karena acara berlangsung malam hari, Yeri sedikit mempertebal riasannya. Dengan pencahayaan matahari yang kurang, memakai make up tipis sama saja dengan muka pucat. Ia tidak ingin tampil menyedihkan seperti itu.
Persiapannya hanpir selesai tepat pukul enam kurang lima belas menit. Sepertinya ini saat yang tepat untuk bertanya lagi kepada Ibu. Gadis itu segera merapikan peralatan make up yang sempat berserakan. Lalu tidak lupa ia membawa sebuah tas selempang kecil untuk membawa ponsel dan dompetnya nanti.
Dengan anggun Yeri keluar kamar. Mencari sang Ibu yang sekarang entah dimana. Gadis itu mencoba mencari di seluruh area rumah. Bahkan sampai sudut dapur sudah ia cari, tetapi belum juga ketemu sang Ibu. Yeri malah bertemu sang ayah, yang kebetulan baru pulang dari olah raga rutin Tennis bersama bapak-bapak di komplek perumahannya.
"Yer, cantik banget kamu. Mau keluar ya?" goda Ayahnya.
"Ayah nih bisa aja. Iya, Yeri kan janji nemenin Ibu ketemu tante Yura," balas Yeri sedikit malu karena pujian sang Ayah.
"Oh, berarti sekarang sudah mau berangkat ya? Ibumu di mana kok belum siap?"
"Nggak tahu yah, Ibu tuh aku cariin nggak ketemu."
"Mungkin lagi di kamar, biasa dandannya lama."
"Kalau begitu ayah dong panggilin Ibu. Kan sekalian ke kamar, mandi juga bau tahu keringetnya."
"Dasar putri ayah nih bisa aja."
"Hehe, sabar dong yah. Kan sekalian, Yeri kejauhan kalau mau manggil."
"Iya, ini ayah mau ke kamar."
Dengan terpaksa Ayah Yeri berjalan gontai menuju kamar. Mencari istrinya demi sang anak yang sudah menunggu di dapur. Benar kata Yeri, sepertinya pria paruh baya itu butuh mandi. Karena keringatnya sudah menyebar keseluruh pakaiannya.
**
Yeri menyesal menyuruh sang ayah memanggil Ibu. Faktanya sampai sekarang ia menunggu selama sepuluh menit, Ibunya belum juga menampakkan batang hidungnya. Sampai kapan sang ibu keluar? Yeri sudah terlanjut bad mood ini.
Gadis itu modar-mandir di depan meja makan untuk mengurangi rasa sebalnya. Hampir saja Yeri menyerah dan kembali ke kamar, suara langkah kaki menggunakan hak tinggi terdengar begitu keras di telinganya. Ia yakin itu Ibu, saat menoleh ke sumber suara ia bisa nenemukan Ibunya menggunakan pakaian semi formal dan juga hak tinggi lima senti.
WOW ibunya sangat cantik. Tidak heran jika dirinya pun juga cantik.
Yeri menghampiri sang Ibu, dan menanyakan tentang keberangkatan mereka. "Kita berangkat sekarang bu?"
"Iya, ini ibu sudah siap. Kamu keluarin mobil dulu aja. Ibu tunggu di depan."
"Oke."
***
Yeri tidak tahu di mana tempat sang Ibu akan membawanya. Ia hanya mengikuti maps yang mengarahkan sebuah restoran mewah. Ibu yanh duduk di sampingnya juga hanya diam, sesekali menengok ponselnya, mungkin itu dari tante Yura.
"Ibu, ini bener tempatnya?" tanya Yeri begitu mobilnya mulai masuk ke sebuah restoran yang cukup besar. Jelas sekali, ini weekend dan tempat itu sungguh ramai.
"Benar, ayo buruan masuk," jawab Ibunya. Setelah Yeri menemukan tempat parkir, beliau langsung turun dari mobil dan memimpin jalan di depan Yeri.
Sebagai sopir, Yeri cukup kalang kabut ketika ibunya sudah berjalan di depannya. Ia sedikit berlari kecil mensejajari Ibunya.
"Bu, restoran ini ramai banget. Udah booking kan?"
"Udah dong, Yura juga sudah sampai. Ini Ibu yang telat."
"Salah sendiri tadi diundur-undur terus waktu aku ajak berangkat."
"Ya kan perjanjiannya jam 6, cuma emang Yura sampainya kecepetan."
"Ibu tuh contoh tante Yura."
"Kamu ini, udah diem aja," omel Ibu.
Akhirnya gadis itu hanya diam. Dalam hatinya ia sudah terbahak karena ibunya kalah debat dengannya.
Ini bukan pertama kalinya Yeri bertemu tante Yura bersama ibunya. Jadi ia pikir tidak masalah sesekali bergaul dengan Ibu-ibu. Palingan nanti juga ia hanya ikut makan, dan mendengarkan pqra orang tua itu mengobrol dengan topik yang tidak begitu Yeri pahami.
"Itu dia," tunjuk mama pada sebuah kursi untuk dua orang. Salah satu kursinya sudah terisi dengan Tante Yura.
Eh, kalau itu hanya muat dua orang, Yeri duduk terpisah dong. Tidak menyenangkan sekali harus sendirian. Akan sangat kelihatan sekali kalau dia jones.
"Selamat malam Jeng Yura," sapa Ibu begitu sudah sampai di meja yang ditempati tante Yura.
"Malam juga Jeng, ayo duduk."
"Malam tante," Yeri pun ikut menyapa.
"Hai Yeri, maaf ya kami pesan kursi untuk berdua. Kamu gabung aja sama dia supir tante," tunjuk Tante Yura pada kursi yang sedikit jauh dari sini. Di sana ia hanya bisa melihat punggung pria dengan pakaian serba hitam itu.
Yeri ingin menolak, tapi lebih baik sih daripad sendiri. Ia mungkin bisa memiliki teman mengobrol.
"Baiklah tante. Have fun ya, Yeri ke sana dulu."
"Iya nak, kamu pesan aja makanan. Nanti biar Ibu yang bayar billnya."
"Siap," Asik dia mendapat traktiran. Tumben sekali ibunya baik, mungkin karena ia sudah mau mengantar ke sini.
Yeri berjalan ke arah bangku yang sempat ditunjuk oleh tante Yura.
"Permisi?" ujar Yeri memastikan.
"Iya?" toleh pria berbaju serba hitam itu.
"Yeri?" / "Jungkook?" ucap mereka berbarengan dengan ekspesi kaget masing-masing.
"Ternyata kamu sopir yang di maksud tante Yura?" Yeri berujar jahil seraya mengambil tempat di depan Jungkook.
"Mama bilang gitu?" tanya lelaki itu penasaran. Bisa-bisanya sang mama menyebutnya sopir.
Yeri tertawa kecil, "Iya."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen [END]
FanfictionMenjadi Permaisuri di istana Jeon adalah impian setiap wanita di negeri ini. Tapi tidak dengan Yeri, impiannya adalah untuk bebas. Menjelajahi seluruh dunia, mengenal banyak orang. Menjadi Ratu Jeon hanyalah penghalang bagi kebebasannya. Jeon Jungko...