29

470 63 7
                                    

Hari senin tiba, entah kenapa Yeri lebih bersemangat hari ini. Ia berangkat dari rumah orang tuanya menuju butik miliknya dengan senyuman lebar yang tak luntur. Bahkan sang ayah sampai bertanya-tanya.

"Habis menang lotre ya, kelihatannya bahagia sekali," tegur sang ayah ketika mereka berada di meja makan.

Yeri sedikit tersedak mendengar perkataan ayahnya, sejak kapan ia bermain lotre. Yeri bahkan tidak tahu bagaimana cara kerjanya, "Yeri nggak main lotre ya. Masa aku nggak boleh bahagia sih. Ini juga karena Yeri senang banget bisa kumpul sama ayah sama ibu," Yeri beralasan.

"Iya ayah kan cuma bercanda," balas Ayah Kim.

Setelah sarapan Yeri langsung berpamitan kepada orang tuanya. Juga ia mungkin akan tinggal di apartemennya lagi. Rasanya berat meninggalkan rumah, namun pekerjaanya membutuhkan dirinya turun tangan langsung. Ia tidak enak jika terus merepotkan Sera dan Tzuyu untuk menjaga Cafe dan butiknya.

Gadis itu mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, dipagi hari yang cerah ini ia tidak ingin menyia-nyiakan untuk melihat pemandangan yang dilewatinya. Meskipun perjalanan cukup panjang, tak terasa ia sudah sampai saja di butik. Ini masih jam tujuh pagi, sepertinya ia akan merekap pemasukan dan mengontrol beberapa barang seraya menunggu hingga pegawainya mulai datang.

Yeri suka saat-saat seperti ini, ia seperti nostalgia di mana semua hal ia kerjakan sediri. Membuka toko, memajang manequin, membersihkan beberapa ruangan. Dulu ia begitu semangat setiap hari. Yeri besyukur sejak langkah pertamanya, kedua orang tuanya mendukungnya dengan suka cita. Tanpa mereka mungkin Yeri masih merangkak sekarang.

Ia tidak mau munafik, meskipun ia merintis dari nol. Namun, selanjutnya ia menerima bantuan dari koneksi orang tuanya. Yang paling penting ia harus selalu inovatif dan menomor satukan kualitas, meski di awal memiliki koneksi kalau tidak memuaskan customer pasti akan mudah jatuh.

Sejak awal Yeri memang konsisten hanya memakai bahan kualitas tinggi. Maaf sebelumnya, target pasar Yeri memang para kalangan menengah atas. Sehingga patokan harga desain milik Yeri selalu tinggi.

Daripada itu, lebih baik ia mulai fokus merekap keuangannya. Semenjak akan membuka butik baru, Yeri harus mulai kembali fokus dengan administrasi butik utamanya. Tzuyu akan ia berikan job untuk mengelola cabang. Pada akhirnya Yeri tidak bisa banyak meminta bantuan lagi.

"Selamat pagi," sebuah sapaan riang ia peroleh ketika Tzuyu muncul di ruangannya.

"Pagi," balas Yeri tak kalah ceria.

"Tumben jam segini udah di butik?" tanya Tzuyu. Pasalnya atasannya itu biasa datang saat para karyawan sudah berkumpul. Tapi kini, masih pagi pintu belakang sudah terbuka, dan Tzuyu melihat mobil Yeri terparkir di luar.

"Nanti ada rapat sama JK's Group, jadi aku mau cek-cek dulu sebelum ditinggal."

"Oh," Tzuyu mengangguk. Tapi, ia baru sadar kalau Yeri bilang JK's Grup. Tzuyu tak ingin melewatkan kesempatam untuk melihat langsung CEO perusahaan itu, ia akan bertanya kepada Yeri apakah ia boleh ikut.

"Aku nanti boleh ikut  nggak Yer?"

"Hem? Gak usah, kamu jaga butik aja. Cuma sebentar aja kok."

"O-oke, padahal pengen ketemu CEOnya," gumam Tzuyu, namun masih cukup terdengar ditelinga Yeri.

"Kamu masih ngefans sama Jeon Jungkook?"

"Masih lah, sampai sekarang juga semua wanita masih suka sama Jungkook."

"Ya ampun," gumam Yeri tak habis pikir.

Bukankah ini berarti ia banyak pesaing? Belum berjuang saja Yeri rasanya ingin menyerah.

Tetapi ada satu hal yang Yeri baru kepikiran. Padahal waktu awal bertemu Jungkook, Yeri benar-benar merasa biasa saja. Bahkan ia selalu salty setiap ada wanita yang memuji Jungkook. Dulu pikirnya itu merupakan hal aneh, Jungkook hanyalah manusia biasa sepertinya.

Namun, makin kesini Yeri baru tahu bagaimana pesona lelaki itu. Dan ia jatuh kedalamnya. Jika Jungkook tidak memiliki perasaan yang sama dengannya bukankah akan sia-sia?

To Be Continue

Readers, sadar gak sih ini cerita udah dari 2018. Itu aku masih SMA lo pas buatnya. Udah jarang update, ceritanya juga aneh. Huhu, terharu sih cerita ini masih banyak yang baca dan suka. Makasih supportnya.

Tapi dilain sisi, aku udah mentok idenya. Queen udah ide lama, dan aku udah lupa dulu mau ending kayak gimana. Terlalu lama juga ini cerita dianggurin.


Queen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang