"Kamu terlalu bahagia Kim Yeri, lihat saja sebentar lagi kebahagiaanmu akan aku hancurkan." Guman seorang wanita dibalik kemudi mobilnya. Dia Jung Eunha, mengamati kegiatan Yeri dan menghitung langkah untuk menghancurkannya.
Sebuah rencana besar sudah Eunha persiapkan, wanita itu tidak boleh bahagia. Jungkook adalah miliknya, milik Eunha seorang. Apapun akan ia lakukan kepada pengganggu kecil yang berpotensi menjauhkan Jungkook darinya.
***
"Selamat siang Nona Kim Yeri. Bagaimana kabar Anda?" Suara merdu milik seseorang mengganggu fokus Yeri. Wajah ramah Jung Eunha memenuhi pandangan Yeri.
"Jung Eunha?"
Yeri bertanya-tanya, ada urusan apa Eunha mencarinya. Tiba-tiba Yeri bersikap defensif, mengingat Eunha pasti punya niat buruk padanya.
"Ah, tidak perlu tegang begitu Yeri, bisakah kita mengobrol sebentar? Aku pikir kita harus meluruskan masalah yang pernah terjadi diantara kita."
Eunha, wanita licik itu pasti punya suatu rencana. Wajah Eunha sangat terbaca oleh Yeri, terlihat jelas senyum mengejek seakan Yeri adalah sampah yang perlu disingkirkan. Yeri berusaha bersikap positif, toh sekarang ia sedang di tempat ramai. Wanita seperti Eunha pasti tidak akan berbuat macam-macam.
Mereka sedang berada di sebuah kafe, tempat Yeri makan siang. Letaknya tidak jauh dari butik milik Yeri, hanya berjarak 5 bangunan dari butiknya.
Yeri menghela nafas berat, kali ini ia akan ikut permainan Eunha, ia bukan wanita lemah. Eunha hanyalah setitik semut bagi Yeri, yang jelas ia akan bersikap innocent untuk mengecoh lawannya. Licik dibalas Licik.
"Baiklah, silakan duduk kalau begitu." Yeri mempersilahkan Eunha untuk duduk berhadapan dengannya.
"Ehem, baiklah aku tidak akan basa-basi. Jauhi Jeon Jungkook, aku sangat benci melihatmu menggoda Jungkook. Dia milikku, dan selamanya akan seperti itu." Wajah Eunha terlihat santai, namun senyuman itu, senyuman licik yang selalu saja membuat Yeri sedikit terganggu tetap setia tersemat di bibir Eunha. Oke, sekarang Yeri tahu apa yang akan ia hadapi.
Seorang wanita psikopat, dengan obsesi terhadap Jeon Jungkook.
"Tunggu Eunha, kau bilang aku menggoda Jungkook? Apa matamu itu buta? Aku tidak pernah menggoda Jungkook." Dengan penuh penekanan, ia perjelas lagi, bahwa Yeri sekalipun tidak pernah menggoda Jungkook.
"Wanita jalang tidak akan pernah merasa kalau ia sedang menggoda. Itu adalah sifat alami jalang. Dan kau lah jalang itu. Aku muak melihat wajahmu, sekali lagi aku lihat kau dengan Jungkook ku buat wajahmu itu hancur." Ancaman Eunha membuat tubuh Yeri merinding. Namun demi harga diri, ia akan balas Eunha. Berani-beraninya menyebut Yeri jalang. Apa Eunha tidak pernah berkaca, padahal yang lebih pantas disebut jalang adalah Eunha sendiri. Kalau tidak sedang di tempat umum, sudah pasti Eunha babak belur ditangannya.
"Maaf Eunha aku bukan kaca, kau menyebut dirimu sendiri jalang. Huh, wanita gila. Aku tidak bisa menjauh dari Jungkook, ia sudah mengontrak kerjasama denganku. Dan kau cuma sekertaris, memang bisa apa hah?" Ujar Yeri sarkastik.
"Kau meremehkanku Yeri, lihat apa yang bisa kulakukan padamu. Bahkan dengan sekali tunjuk aku bisa menghancurkan dirimu. Camkan itu Yeri."
Eunha mengakhiri pertemuan itu dengan ancaman. Yeri tidak takut, ia punya teman, dan keluarga yang akan berada di pihaknya.
***
"Sialan!" Umpat Eunha. Ia sudah kembali ke kantor. Mengingat pertemuan dengan Kim Yeri tadi membuatnya marah. Berani-beraninya Yeri meremehkan seorang Jung Eunha.
Belum, rencana besarnya tidak akan ia gunakan dahulu. Kalau sampai Yeri kelewat batas dengan Jungkook, sudah bisa dipastikan Yeri akan habis ditangannya.
"Eunha, keruangan ku sekarang." Ujar Jungkook pada Eunha melalui sambungan telpon di ruangan Eunha.
Tanpa menjawab, Eunha memasuki ruangan Jungkook. Jungkook terlihat lesu, wajahnya menyiratkan gurat lelah. Ada apa dengan Jungkook? Eunha bertanya-tanya.
"Ibuku sakit." Sekali lagi Jungkook berujar dengan lemah. Mendengarnya membuat Eunha prihatin, dengan raut sedih ia memeluk Jungkook.
Jungkook yang tidak siap menerima pelukan itu hampir saja akan mendorong Eunha. Untung saja sebelum itu terjadi Eunha berujar turut prihatin, dan berharap kesembuhan Tante Yura.
Sebenarnya Eunha sedikit senang, anggap saja Eunha gila karena senang ibu dari orang yang ia cintai sakit. Ada alasan tersendiri bagi Eunha untuk senang. Selama ini ia berusaha mengambil hari Tante Yura, namun entah kenapa ibu dari Jeon Jungkook itu tetap membencinya. Bahkan sampai berujar tidak akan pernah merestui hubungan Jungkook dan Eunha jika itu terjadi. Akibat kebencian Tante Yura pada Eunha, hampir seluruh keluarga besar Jungkook turut ikut membencinya.
Kalau Tante Yura meninggal lebih cepat, bukankah banyak peluang untuk Eunha memiliki Jungkook seutuhnya.Pelukan itu terasa lama, sehingga Jungkook berusaha melepaskan diri terlebih dahulu. Karena fokus Jungkook adalah Ibunya sekarang, ia ingin meminta batuan pada Eunha.
"Hari ini ada rapat dengan Inso's Group. Bisakah kau mewakiliku dalam rapat?, Ibuku memintaku datang kerumah sakit sekarang." Pinta Jungkook pada Eunha, satu jam yang lalu Ibunya menelpon menyuruhnya untuk datang kerumah sakit. Sudah pasti Jungkook lebih memilih untuk memenuhi permintaan ibunya dari pada urusan kantor. Dunia bisa dicari, tapi kalau berbakti pada ibu hanya sekali. Apalagi Ibunya sedang sakit, tidak tega rasanya kalau menolak.
"Tentu saja bisa, aku adalah sekretarismu. Sudah kewajiban ku untuk membantu."
"Baiklah, aku akan berangkat sekarang. Terimakasih Eunha, kau memang sahabat terbaikku."
Ya, Eunha harus cukup bersyukur cuma dianggap sahabat oleh orang yang ia cintai. Sekuat apapun usahanya, Jungkook seakan tidak pernah menggapnya lebih dari sahabat. Namun Eunha tidak tinggal diam, bukankan batu lama-lama akan terkikis jika ditetesi air terus menerus.
Rumah Sakit
Jungkook sedikit terkejut, Ibu dan Ayahnya terlihat sangat rapi dengan baju formal mereka. Meskipun ditangan Ibunya masih terpasang infus. Dalam rangka apa orang tuanya berpenampilan seperti itu di rumah sakit.
"Ayah, Ibu. Kalian mau kemana? Kok terlihat sangat rapi." Ujar Jungkook sambil mengambil tempat duduk disamping sang Ibu.
"Eum, Ibu akan menjelaskan sesuatu padamu nak. Kamu tahu kan Ibumu ini sakit-sakitan, bahkan Ibu merasa kalau umur ibu tinggal sebentar." Yura menjeda sebentar penjelasannya.
"Sayang, jangan bicara seperti itu. Kamu akan hidup sampai Jungkook punya anak cucu, kita kan bersama sampai mati." Ujar Ayah Jungkook pada istrinya. Yura diam, tidak merespon suaminya. Tentu saja ia ingin hidup sampai tua renta, melihat Jungkook punya anak cucu.
"Jungkook, Ibu mau lihat kamu bahagia. Ada yang mengurus kamu. Ibu mau kamu menikah dengan seorang wanita yang Ibu pilih. Kamu percaya pada Ibu kan? Ibu punya pilihan terbaik untuk kamu. Kamu percaya kan?"
Jungkook terdiam mendengar penjelasan Ibunya. Menikah, bahkan sampai sekarang tidak pernah ada di otaknya. Ia masih muda, namun entah kenapa penjelasan Ibunya membuatnya sedikit cemas.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen [END]
FanfictionMenjadi Permaisuri di istana Jeon adalah impian setiap wanita di negeri ini. Tapi tidak dengan Yeri, impiannya adalah untuk bebas. Menjelajahi seluruh dunia, mengenal banyak orang. Menjadi Ratu Jeon hanyalah penghalang bagi kebebasannya. Jeon Jungko...