Chapter 1

6K 730 97
                                    

Billkin Putthipong, si tampan bermata bulan sabit memulai semester barunya dengan menyusuri jalanan kampus sembari sapa kanan-kiri penuh ceria. Tipikal ia yang memang selalu jadi happy virus dimanapun berada.

"Pagi, manis."

"Sat, ntar sore gue basket jangan lupa nonton ya!!!"

"DVD gue masih di lu kan Bro? Balikin kali ah."

Selalu ada sapa tiap melihat riak mahasiswa yang dikenalnya.

Langkah enteng dengan sedikit lompatan miliknya berangsur memelan ketika siluet pemuda manis dengan jaket tebal berjalan tak jauh di depannya sambil terus menunduk, seolah menghindar dari kanan-kirinya. Billkin mengenalnya. Namanya Nanon, Nanon Korapat. Teman satu kelasnya dulu semasa di bangku SMA.

Awalnya Billkin berniat menyapa. Sedikit obrolan pagi formalitas mungkin bagus bagi mereka yang sudah mengenal lama. Namun sayang, langkah Nanon begitu cepat. Hampir seperti berlari menghindari sekitar meski masih dalam keadaan menunduk dalam.

Dia kenapa? Takut? Tapi takut apa? -pikiran Billkin tak mampu diajak ke hal rumit

Sedang berkutat dengan pikiran sendiri, keras deru suara mesin motor melaju di tengah jalanan, membelah para mahasiswa yang langsung menepi karena kaget dengan kecepatan yang diperlihatkan. Billkin menoleh. Menelisik si pengendara motor besar hitam metalic yang mengenakan helm full face-nya.

"Ohm Pawat?" Gumannya.

"Ohm????" Panggil Billkin saat motor itu semakin dekat ke arahnya.

Tapi..

Sreeeet

"Anjing!!! Sarapan gue woiii!!!!" Keras Billkin saat si pengendara menyambar paper bag berisi burger di tangannya.





....





Billkin ternyata tak salah kira. Motor hitam yang baru saja bikin rusuh di pagi tenang kampus tersebut kini telah terparkir apik di tempat parkir kampus. Si pengendara yang masih di atas tunggangannya melepas helm, menampakkan raut santai milik Ohm Pawat, si berandal kampus yang tak perlu ditanyakan tajinya.

"Hah... hah.. Ohm Pawat!!! Berhenti kamu!!! Hahh.."

Gerakan Ohm yang telah turun dari motor dan sedang memperbaiki tatanan rambutnya di kaca spion terhenti karena suara derap langkah cepat dan nafas ngos-ngosan milik Pak Nicky, dosennya yang mengejar sampai tempat parkir.

"Kenapa, Pak? Kangen saya ya habis liburan semester lama?" Si bocah malah bercanda.

"Kangen kepalamu!! Berapa kecepatanmu tadi, Ohm?" Tanya Pak Nicky sambil terus berusaha menetralkan nafasnya.

"Wah, kebetulan saya nggak merhatiin Pak."

"Saya perhatikan. 120, gila."

"Masa sih, Pak? Rasanya kaya 40 kok."

"Dasar!! Bapak peringatkan Ohm, jangan sampai hal ini terjadi lagi."

Tapi tanggapan Ohm hanya tersenyum tampan. "Kenapa? Bapak mau pasang alat pendeteksi kecepatan ya di kampus? Cuma gara-gara saya? Aduh jadi nggak enak. Udah ah Pak kangen-kangenannya, saya mau lihat pengumuman kelas dulu. Sampai jumpa di kelas, Pak."

"Heh, Ohm belum selesai Ohm!!!"

Tapi apa Ohm peduli? Tidak. Bahkan pada dosennya sendiri.





....







Kerumunan para mahasiswa di depan papan pengumuman besar diterobos Ohm begitu saja. Menekuri data demi data di mana kelasnya berada.

ARES (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang