Chapter 22

2.4K 350 67
                                    

Jam makan siang tiba seiring selesainya kelas Pak Nicky. Mengikuti sang dosen yang memimpin langkah keluar, berbondong mahasiswanya juga meninggalkan ruangan.

"Non, ikut aku cari nasi kari ya?" Ohm menyapa Nanon yang sedang sibuk memasukkan buku-bukunya.

"Kemana?"

"Deket lampu merah pertigaan. Lagi pengen. Ayo." Bahkan sebelum Nanon bilang setuju Ohm sudah menarik tangannya, menuntun keluar dengan senyum tampan.

"Hahhhh.. ditinggal lagi gue." Gumam Billkin yang berjalan ke arah meja yang ditinggalkan Nanon di mana satu eksistensi masih ada di sana.

Pp yang merasa diajak bicara melirik sekilas. "Kenapa? Masih cemburu ya Ohm deket sama Nanon?"

Billkin mendengus. "Lu kali yang cemburu. Lu kan yang gencar ngejar-ngejar Ohm."

"Itu dulu. Sekarang mah udah ikhlas gue 100%. Lagian Ohm juga jelas nggak suka sama gue. Gue bukan pribadi yang mandiri kaya Nanon. Gue juga nggak cantik kaya Prigkhing. Udah jelas kalah telak gue mah."

"Tapi kan lu manis."

"Hah?"

"Muka lu kalau lagi maki-maki sambil nganjingin orang tuh kelihatan manis sumpah."

"Anjing!! Lu muji apa ngeledek nih???"

"Nah kan, tuh manis."

Pp menghela panjang napasnya. Sok pasang muka jengah padahal dalam hati jumpalitan tak karuan rasanya.

"Gombalan lu jelek Kin, sumpah. Makanya Nanon nggak mau sama lu." Candanya lalu melangkah menuju pintu yang sudah sepi. "Ayo kantin."

Dan Billkin tak akan menolak tawaran makan berdua pertama mereka ini.









....








Memasrahkan jemari dalam genggaman milik Ohm selalu membuat rasa bersyukur Nanon naik berkali. Hangat, aman, dan tak sendiri. Meski kasar dan lebih besar, tapi telapak tangan Ohm selalu pas bertaut dengan milik Nanon yang sehalus porselen.

"Teflon yang kemaren aku beli udah pernah kamu pakai belum?" Nanon bertanya dengan kesungguhan.

"Nggak lah, ngapain? Kamu pengen aku bakar apartment?" Tapi jawaban kekasihnya hanya canda belaka.

"Ck. Coba dong masak. Siapa tau masakan kamu malah enak kan??" Rengekan yang lebih muda dengan nada manja selalu Ohm suka.

Ohm menoleh, mengusak rambut tebal Nanon yang begitu lembut. "Dari pada repot masak kita makan kari aja yang banyak ya habis ini. Laper banget aku rasanya."

"Naik motor kamu?"

"Iya dong. Emang mau pakai bus?"

Nanon mengalih pandang. Memilih menatap ke depan. "Bukan gitu, tapi aku nggak enak aja sama Prigkhing."

Prigkhing. Satu nama yang membuat Ohm tiba-tiba sakit kepala kala memikirkannya. "Aku bahkan nggak pernah bayangin suatu saat dia bakal naik motorku, Non. Sampai saat ini cuma kamu."

Langkah masih beriring, berdua menuju motor Ohm terparkir. Meski hangat romansa yang sedari kelas tercipta sedikit terkikis canggung kala nama si gadis dibawa.

"Ohm.."

"Hm?" Ohm ikut menghentikan langkah saat Nanon juga berhenti. Menatap si manis tepat di mata mencari ragu atas apa yang dirasa kekasihnya.

"Soal Prig, aku nggak mau gara-gara ada aku malah menghambat kamu selesein masalah kamu sama dia. Maksudku kalau emang kamu masih ada perasaan, jangan bohongi diri sendiri, jangan lari lagi. Hadapi semuanya Ohm jangan jadi pecundang."

ARES (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang