Chapter 31

2.1K 328 51
                                    

Vote, follow, baca. Jangan di-skip ya ;)







Berdiri memaku, menatap segan gedung tinggi di hadapan. Ohm mengepal tangan, mengumpulkan niat yang sisa ceceran. Membuang ego, menepikan harga diri yang dijunjung tinggi, demi hidup bahagia sang pujaan hati.

Satu, dua, tiga -menghitung dalam hati, lalu lari menerobos masuk lobby bagai gelandangan yang haus rasa simpati.

"HEH MAU KEMANA KAMU???? TANGKAP!!"

"ANJING MINGGIR!!! GUE MAU MASUK!!"

Dikejar dua orang satpam, jadi pusat perhatian, tak lagi dihirau Ohm. Masa bodoh.

"GUE HARUS KETEMU BOS LU!!"

"NGGAK BISA MAS, HARUS BUAT JANJI DULU!!"

HAP- kedua tangan si tampan berhasil dicekal, ditahan dari sikap brutal. Tapi Ohm masih melawan. Memberontak kasar, membuat kedua satpam kewalahan.

"NGGAK PERLU! GUE HARUS MASUK!! AWAS!!!"

"RESEPSIONIS, TELFON POLISI, ADA PEMBUAT ONAR!!" Perintah si satpam di sela tugas menangani Ohm.

Rengka kekar hasil olahraga Ohm mempersulit kerja si satpam. Ia lolos, berhasil lepas menerobos masuk dengan langkah brutal. Sampai entitas seorang berdiri di hadapannya memberhentikan langkahnya paksa.

"Ohm? Ngapain kamu di sini?"

"Nona Vic, dia bikin onar di kantor." Si satpam yang berhasil menyusul langsung memegangi kedua tangan Ohm lagi sembari mengadu pada Victoria.

Si wanita mengangguk. "Lepasin dia."

"Tapi Nona...."

"Dia anak Tuan direktur." Empat kata yang membuat cekalan sontak dilepas dengan sorot kaget yang berganti segan secepat kilat.

"Ck. Makanya gue bilang lepas, bangsat!!" Desis Ohm mengusap bahu yang baru dipegang kedua satpam seolah menghilangkan kotoran. Tengil.

"Ikut saya Ohm."

Sebelum mengikuti langkah Victoria, Ohm sempat berujar dengan kata lantang menatap dua satpam di hadapan. "POTONG AJA GAJI MEREKA TUH!! NGGAK SOPAN!!"







....






"Masuk." Suruh Victoria di hadapan ruangan yang Ohm yakini milik Papanya.

"Dia tau kok kamu dateng." Lanjut Victoria setelah membaca keraguan di wajah sang pemuda.

"........."

"Dari CCTV.  Lain kali kalau mau dateng kamu bisa telfon dulu. Jangan masuk pake cara nerobos aja kaya tadi."

"Hm."

Pintu mahoni berukir cantik elegan dilewati memasuki ruang mewah dengan satu atensi duduk membelakangi di meja kerja. Di langkah ketiga Ohm masuk, kursi yang ditempati sang direktur berputar, menampakkan raut yang sebenarnya Ohm tatap enggan.

"Ke kantor bikin keributan, kebiasaan kamu sekali kan?" Sarkas jadi sapaan. Harusnya Ohm tak heran. Memang seperti apa sapa yang ia harapkan dari orang yang ia tinggalkan?

"Tapi kantor ini bukan wahana kamu bikin onar, Ohm. Apalagi kamu ganggu waktu kerja saya." Lanjut Papanya.

"Maaf." Hanya satu kata, menghunus di antara tatap datar Ohm dan Nichkhun yang saling diadu.

"Kedatangan kamu hari ini bikin Papa kaget. Tapi nggak mungkin kan kamu kesini tanpa tujuan? Jadi, apa?"

Di jarak yang masih dua meter lebih dari meja Papanya, Ohm tak berniat lebih maju. "Selain ke Anda, aku nggak punya cara lain."

ARES (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang