Waktu skorsing seminggu yang diberikan pada Ohm sudah lewat beberapa hari lalu. Namun damai kampus tanpa si berandal masih berlanjut tanpa tanda-tanda Ohm Pawat kembali masuk.
"Non.."
"Huh?" Lamunan Nanon terputus karena panggilan dari Billkin yang duduk di belakangnya.
Billkin bangkit, menyampir tas di pundak kanan dan berdiri tepat di samping Nanon yang belum sepenuhnya sadar. "Nggak ke kantin? Dosennya udah keluar loh.."
"Hah? Oh iya." Lirih Nanon setelah memastikan memandang sekitarnya yang mulai kosong. Ia terlalu lama tenggelam dalam pikiran kosong ternyata.
"Kenapa? Kepikiran Ohm ya?" Tebakan Billkin tak dielak sama sekali.
"Udah sembilan hari, Kin. Dia kemana sebenarnya?" Gelisah Nanon.
Yang ditanya tertawa kecil. "Holiday, kan? Si anjing itu memang."
Tapi Nanon tahu, baik Billkin maupun Ohm tak ada seriusnya ketika mengatakan soal 'holiday' tersebut.
"Aku chat sama telfon beberapa kali, tapi nggak bisa. Dia ngehindar?" Sendu Nanon menarik senyum maklum Billkin.
"Aku rasa enggak. Bukan cuma kamu kok, Non. Aku juga nggak bisa hubungin dia. Sengaja matiin hape kayaknya."
Nanon mengangguk. "Kamu tau alamatnya?"
Kerutan di dahi jadi tanda Billiin tak percaya akan pendengarannya sendiri. "Alamat Ohm? Kamu mau apa?"
"Ke sana, tengokin dia. Apa lagi?"
Jawabannya pelototan kaget. "Sendiri? Enggak, Non bahaya. Area apartment Ohm itu bukan area biasa."
"Maksudnya?"
"Mmm.. ya pokoknya bahaya." Dalam benak Billkin tak membayangkan sosok selugu Nanon memasuki area kumuh penuh kebebasan serta banyak preman dan kejahatan di sekitaran apartment sahabat baiknya.
"Kalau mau nanti bareng aku aja. Rencananya lusa aku mau ke sana. Gimana?" Tawar Billkin pada akhirnya tak suka melihat Nanon menyendu tatap.
"Iya, deh. Makasih ya, Kin."
"Sama-sama. Itu gunanya teman kan? Mau ke kantin bareng?"
Kali ini Nanon kembali menggeleng. "Mau ke ruang club kesenian."
"Ok deh. Aku duluan ya?"
"Hm." Dijawab anggukan lucu macam anak anjing ditepuk kepalanya oleh sang tuan.
Sepeninggal Billkin, Nanon membereskan barang-barangnya yang berserak di atas meja untuk kemudian berjalan sendirian menuju ruang club kesenian. Menurut si manis, dari pada ia terlalu memikirkan Ohm dan membuat isi kepalanya kacau, lebih baik ia selesaikan lukisannya yang merupa wajah si tampan. Meski tak ada Ohm sebagai model asli, tapi bayangannya membekaa jelas di otak Nanon.
Ah, ujungnya sama saja. Memikirkan Ohm.
Terakhir Nanon bertemu dengan Ohm adalah hari di mana Ohm mendapat vonis skors seminggu. Setelah si tampan merosot jatuh di hadapan Nanon, bahkan menitikan air mata meski dihapus detik itu juga. Ohm langsung pergi, tanpa peduli Nanon dan Billkin yang membantu Luke dan beberapa anak buahnya.
Terhitung sembilan hari. Tapi Ohm bahkan bagai sirna ditelan bumi. Tentu saja Nanon tersiksa dengan rindu yang menikam hati.
Tak terasa langkah yang diayuh sampai di depan ruang yang dituju. Bertepatan dengan itu seorang familiar baru saja keluar menutup pintu.
"Kak Plustor.." Panggil Nanon.
Plustor yang mendengar panggilan si manis langsung bergerak panik dan berusaha pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARES (OhmNanon)
FanfictionAres; Dewa perang dalam mitologi kuno Yunani. Putra Zeus dan Hera yang lekat akan kebrutalan, liar, darah, dan kehancuran. Bagi Nanon, Ohm adalah perwujudan Ares di dunia nyata. Brutal, semena-mena, tak bisa lepas dari kekerasan, namun parasnya beg...