Vote dulu kali ah ;)
Malam hampir mencapai larut, namun kerlip ramai lampu jalanan kota masih setia mewarnai malam yang tak menampakkan bintang meski tak mendung jua. Riak semangat makin membara saja pada Ohm Pawat yang berlarian melewati trotoar jalan dengan kunci motor di tangan.
Pria berkulit tan yang baru saja menggenggam kembali kebebasannya. Tak peduli lelah dan keringat, bahkan jas sudah tanggal dilepas entah di mana. Ia tertawa, lepas. Tak berhenti menarik sudut bibir merasa kepuasan yang teramat sangat.
Mirip seorang bocah, tawa pemuda itu mengundang senyuman bagi setiap yang memandangnya. Menebar aura positif sampai terengah di tujuan utamanya, basement perusahaan milik sang Papa di mana tunggangan kebanggaannya berada.
"Hah...hahh..." Ohm membungkuk, mengatur nafas yang terengah putus. Namun senyuman masih tak lepas menatap motor hitam di depannya yang tak berubah posisi, persis ketika ia tinggalkan di sana sendiri.
Pak tua itu nggak se-ngeselin yang gue kira ternyata -batin Ohm teringat senyum teduh Nichkhun yang tadi dilempar padanya
Tak ambil waktu lama Ohm dekati motornya, memasang anak kunci lalu bersiap menaikinya dengan perasaan lega. Tapi....
"Buru-buru banget, Pak. Mau ke mana?"
Deg.
Ohm menoleh ke belakang. Lalu segera mengurai tegang yang sempat mampir dengan kekehan mana kala yang ia dapati adalah sosok Nanon yang keluar dari balik tiang beton di belakangnya.
"Sayang, kok kamu bisa di sini?" Tanya Ohm setelah tawanya hilang dan Nanon mendekat.
Alis Nanon terangkat dengan tatapan jahil. "Harusnya aku kan yang nanya gitu? Katanya mau ikutan pesta, kok malah di sini mainan motor?"
Ohm awalnya bingung, tapi kemudian kembali mengulas tawa saat menyadari Nanon ada di balik peristiwa hebat malam ini. "Kamu sekongkol kan sama Papa? Hayo ngaku??"
Si manis yang ditunjuk dengan jemari tepat di hidung apelnya coba menggeleng tapi senyuman tak luntur sama sekali. Pembual yang buruk.
"Ck, jadi beneran ini kerjaan kamu? Gila ya sehebat itukah pengaruh seorang Nanon??" Tanya Ohm main-main, membawa Nanon dalan dekap hangat sambil mengelus rambutnya.
"Udah aku bilang kan, kamu harus raih cita-cita kamu, Ohm. Apapun bakal aku lakuin demi kamu."
"Astaga Nanon, sumpah aku cinta banget banget banget sama kamu." Satu kecupan cepat mendarat di bibir peach Nanon. "Kita nikah sekarang aja apa yaa??"
Dengan raut sipu Nanon pukul pelan lengan kekar Ohm yang masih merengkuhnya. "Sekolah dulu kali. Sarjana aja belum."
"Kelamaan, sayang. Toh kita udah tinggal serumah, sekamar. Atau ke catatan sipil aja deh, bikin surat nikah terus tanda tangan, beres. Gimana?"
Merah Nanon sudah tak hanya di wajah, tapi juga ke bagian telinga. Tapi sebisa mungkin raut biasa sajanya ia pertahankan. "Ish apaan sih, mendingan kita mikirin soal perlengkapan ke Jepang dari sekarang."
Ohm sadar kekasihnya mengalihkan pembicaraan. Tapi dari pada mengklarifikasi itu ada satu kata yang lebih mengusik rasa ingin tahunya.
"Jepang?"
Lelaki manisnya mengangguk. Mengeluarkan sesuatu dari saku hoodie abu-abu yang dikenakannya. "Taraaaaa.. tiket ke Jepang dari Kak New."
Ohm menatap tak percaya. "Non, kamu tau?"
Lagi-lagi anggukan jadi jawaban. "Aku tau semuanya. Dan aku janji aku sendiri yang bakal dampingi kamu waktu race di Jepang nanti. Makanya kamu latihan yang semangat ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARES (OhmNanon)
FanfictionAres; Dewa perang dalam mitologi kuno Yunani. Putra Zeus dan Hera yang lekat akan kebrutalan, liar, darah, dan kehancuran. Bagi Nanon, Ohm adalah perwujudan Ares di dunia nyata. Brutal, semena-mena, tak bisa lepas dari kekerasan, namun parasnya beg...