Chapter 5

3.9K 545 42
                                    

Nanon turun dengan tergesa ketika motor milik Ohm sampai di depan rumahnya. Kedua tangannya memilin ujung jaket milik Ohm yang ia kenakan sembari terus menunduk.

"Terimakasih banyak." Gumamnya yang dijawab Ok dan tawa kecil oleh si pemuda.

"Eung, jaketnya?"

"Pakai dulu aja. Walaupun udah di depan rumah tapi kalau lu telanjang tetep nggak enak kan dilihat tetangga." Tawa lagi, karena bagi Ohm kalimatnya memang gurauan.

Nanon yang masih menunduk sedikit menaikkan tatap. "Aku nggak suka cara bercanda kamu."

Kalimat yang membuat Ohm sedikit tercengang. "Hah? Oh. Gue pikir itu candaan umum."

Nanon tak menanggapi soal itu. "Kali ini kamu bantu tolong aku pulang. Waktu itu juga bilang bakal lindungin aku di kampus. Aku nggak tau itu serius atau sekedar candaan, tapi terimakasih. Buat aku itu semua berarti, karena udah lama aku nggak deket sama orang."

"Non..."

Tapi Nanon langsung berbalik dan berniat lari masuk ke dalam rumahnya. Tak peduli Ohm yang mencoba mengejar dan menahannya sampai entitas sang Ibu yang baru kembali dari warung menarik atensi mereka.

"Hehh, kamu apain anak saya? Kenapa Nanon ditarik-tarik??" Sepertinya sang wanita salah paham.

"Bu, udah Bu. Dia temen Nanon, dia yang nolongin Nanon tadi." Nanon yang merasa bertanggung jawab agar Ohm tak dicurigai Ibunya.

Sang Ibu yang hampir memukuli Ohm menatap putranya mencari penjelasan.

"Tadi aku jatuh di kampus dan Ohm yang bantuin aku, anterin pulang." Lanjut Nanon.

Pandangan si wanita menelisik Ohm. Dari sosoknya sampai motor di belakangnya. Ada raut tak suka mendera di sana.

"Saya Ohm Pawat, temen Nanon di kampus. Salam kenal Tante."

"Hm. Masuk Non, buruan." Perintah si wanita meninggalkan dua pemuda yang masih di posisinya.

"Aku duluan."

"Tunggu!!"

Nanon berbalik lagi, menatap Ohm menunggu.

"Soal Billkin. Menurut lu Billkin gimana?"

Nanon mengerut bingung tentu saja. Apa-apaan Ohm tiba-tiba bertanya soal teman lamanya tersebut? Teman? Ah mungkin hanya sekedar kenal.

"Dia orang baik."

"Cuma itu?"

Nanon mengangguk. Lalu berbalik dan benar-benar masuk. Sedang Ohm menyungging satu senyum. Mungkin dia bisa jadi orang baik kali ini.









....









Sepulang mengantar Nanon, Ohm tak lantas kembali ke kampus melanjutkan kelas. Tujuannya melenceng, memilih mengunjungi Tay yang katanya punya hal penting untuk dikatakan.

Berakhir dua lelaki beda usia itu bercengkrama di taman rumah sakit, sembari Ohm ditugasi New menjaga sang senior yang kini mulai fasih menggunakan tongkat untuk mengganti kursi rodanya.

"Jadi gimana? Mau kan?" Tanya Tay memastikan.

Ohm meraut ragu. "Tapi gue nggak ada motor buat balapan resmi gitu Bang. Lagian gue nggak yakin."

"Motor jadi urusan gue. Lu tinggal bawa badan dan menang. Soal latihan, gue bakal bentuk team dan ngelatih lu cara balap profesional. Gimana? Apa lagi yang bikin lu mikir dua kali?"

"......."

"Nggak tertarik gabung sama Yamaha?"

"Hah?"

ARES (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang