Vote dulu boleh nggak?? ;)
"Ohm, sini!!"
Ohm tengah menikmati sarapan ketika Nanon melambai jemari dari arah balkon, di mana si lelaki manis menjemur pakaian sedari tadi. Raut antusias dan pandangan binar di mata Nanon membuat Ohm memutuskan mendekat, mengikuti arah pandang sang kekasih ke arah bawah, jalanan di depan apartment mereka.
"Itu pasti suruhan Papa." Jelas Ohm tanpa menunggu Nanon bertanya. Mendapati sebuah mobil mahal berhenti di sana.
"Itu Civic kan? Mobil mahal-malah dibawa lewat gang sempit begitu. Nggak takut kegores?"
Ohm hanya diam, lebih memilih memandangi dua orang berjas hitam rapi yang keluar dari dalam mobil. Ohm ingat, mereka adalah bawahan sang Papa.
"Ohm, apa jangan-jangan keluarga kamu sebenernya mafia??" Pertanyaan Nanon membuat lelaki di sampingnya terpingkal tak menyangka ditanya sepolos itu.
"Jangan kebanyakan nonton drama deh, Non." Ujar Ohm sembari mengusak rambut tebal Nanon, macam bertingkah pada bocah kecil.
Nanon cemberut tentu saja. Bibir dimajukan tanda mood-nya tak sebaik tadi. Tapi wajah kesalnya berubah lagi ketika suara ketukan terdengar dari arah depan.
"Itu pasti mereka." Ujar Ohm mendahului Nanon membukakan pintu.
Cklek..
"Selamat pagi Tuan Muda Ohm. Kami kemari diperintahkan Tuan Nichkhun untuk menjemput Tuan Muda."
Dan prediksi Ohm berjalan tepat ternyata.
....
Hanya dua koper tak terlalu besar yang dibawa Ohm dan Nanon, bahkan bagasi sedan masih sisa ruang mereka gunakan. Tak banyak perdebatan maupun perlawanan, Ohm memutuskan mengikuti rencana sang Papa sesuai janjinya jika Nanon berhasil dibawa pulang.
"Woahh. Sebesar ini?" Bagaimana Nanon tak menatap takjub, rumah yang letaknya agak di pinggir kota itu begitu luas dan lebar serta mewah meski hanya dilihat dari luar saja. Sentuhan klasik Jepang di beberapa bagian membuat Nanon yakin Nichkhun cukup menyukai hal tentang negara sakura tersebut.
Ohm menoleh ke arah si lelaki manis di sisi kiri. Tak ada kata terucap, hanya tarikan sudut bibir teramat tipis seolah menyatakan jika ia tengah mengagumi wajah menawan Nanon dengan berbagai raut tersaji.
"Silahkan Tuan, Tuan Besar sedang ada di kantor. Tuan mau langsung ke kamar atau istirahat di sini dulu?" Seorang maid maju mendekat ketika Ohm dan Nanon sampai di ruang tamu yang besarnya bahkan melebihi aula di kampus mereka.
"Non, gimana? Mau di sini apa ke kamar aja?" Bukannya menjawab, Ohm malah bertanya pada sang kekasih menunggu pendapat.
"Kamar aja." Bukan apa, Nanon hanya merasa sungkan di tatap orang-orang asing pekerja Papa Ohm yang berseliweran.
"Ok. Ke kamar." Ohm memberi tahu sang maid yang kemudian menyuruh dua maid lain yang lebih muda untuk membawa koper Ohm dan Nanon lebih dulu ke kamar si tampan.
Kedua sejoli mengikuti dari belakang. Naik ke lantai dua, melewati tangga dengan pinggiran kaca tebal sebagai pembatas. Begitu mewah, tak menyangka jika si tuan muda pemilik rumah malah hanya tinggal di apartment yang lusuh tinggal tunggu roboh.
"Silahkan beristirahat Tuan. Jika butuh sesuatu anda bisa menghubungi kami di bawah lewat telefon." Ujar sang maid sebelum kemudian undur diri meninggalkan Ohm dan Nanon duduk berdua di tepi ranjang.
"Kamar ini, rasanya bukan Ohm Pawat sekali." Gumam Nanon menelisik pandang ke segala arah dalam ruang.
Cat cream hangat dengan jendela besar bertirai sewarna mocha polos. Ranjang king size dengan ukiran klasik di bagian kepala yang serupa dengan almari besar dan meja yang ada di sana. Satu sofa panjang berwarna putih elegan diletakkan menghadap kaca balkon, sarana menikmati pemandangan elok taman yang terlihat dari posisi sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARES (OhmNanon)
FanfictionAres; Dewa perang dalam mitologi kuno Yunani. Putra Zeus dan Hera yang lekat akan kebrutalan, liar, darah, dan kehancuran. Bagi Nanon, Ohm adalah perwujudan Ares di dunia nyata. Brutal, semena-mena, tak bisa lepas dari kekerasan, namun parasnya beg...