Vote dulu dong ;)
Geliat nyaman di meja makan sewaktu pagi menyapa kembali dirasa Nanon hari ini. Ibunya yang biasa sibuk bekerja ada di sisi menyiapkan segalanya. Pun ayah tirinya yang sedari tadi menyanjung tinggi hasil masakan istrinya. Kelihatan bagai keluarga yang sempurna.
"Semalem diantar siapa, Non? Malem banget."
Tapi nyatanya kenyamanan Nanon tak berlangsung lama. Lirikan serius dengan desis pertanyaan sang Ibu benar-benar mengusik tenangnya.
"Si pebalap jalanan itu ya?" Sambung Ibunya di sela makan.
"Namanya Ohm, Bu. Dan dia bukan pebalap jalanan."
"Ck, lihat aja tuh motornya macem begitu. Kelihatan urakan."
Nanon menghentikan gerakannya. Meletakkan sendok meski acara makannya belum selesai dan menatap Ibunya tepat di mata. "Ohm beda sama yang Ibu pikirin. Dia bahkan udah ikut balapan profesional di Jepang Bu, bukan balapan liar di jalan kaya orang yang nabrak Ayah dulu."
"NON!!"
"Hei, udah-udah masih pagi loh ini masa udah debat aja? Lanjutin sarapannya aja yuk?" Beruntung ada si ayah tiri yang jadi penengah pagi itu.
Baik Nanon maupun ibunya lantas diam dan melanjutkan makan yang sempat tertunda.
Tak lama si ayah melanjutkan kalimatnya. "Nanon udah besar Bu, pasti dia tau batas kok. Lagi pula cara kamu ngelarang gitu malah kesannya kaya kamu lagi marahin dia. Coba aja kasih Nanon kepercayaan."
"Hm." Hanya gumaman yang jadi jawaban.
"Oh iya, nanti jadi mau belanja ke supermarket? Bareng aku berangkat kantor sekalian aja ya?" Sepertinya si lelaki baya tengah coba mencairkan lagi suasana.
"Nggak usah lah, aku pakai taksi aja. Nanti kamu telat ngantor." Jawab ibu Nanon.
"Aku anter aja pokoknya. Kalau pakai taksi aku malah jadi khawatir."
Diam-diam Nanon menyaksikan adegan penuh gula di hadapannya sambil meyakini jika keputusannya tepat. Ibunya butuh sandaran, dan ayah tirinya inilah yang jadi jawaban.
Semoga ayahnya benar-benar berubah.
....
Libur kuliah di tanggal merah dimanfaatkan Ohm untuk bermain basket seorang diri di lapangan dekat apartment-nya. Hanya ia dan bola, semenjak pagi bergerak lincah berlarian lalu melempar si bundar pada ring yang tersedia. Lelah? Memang. Tapi lebih pada menyenangkan bagi si tampan.
"Minum dulu bisa kali."
Sebuah suara familiar membuat permainannya terhenti. Mengulas senyum, mendekat pada si pemilik suara yang menawarkan sebotol air mineral di pinggir lapangan. Membiarkan bolanya menggelinding sendirian.
"Tumben bukan bawa bir lu Kin." Ohm duduk di samping Billkin, si pemilik suara di tepi lapangan.
"Anjir!! Ya kali mau mabok habis olah raga lu?"
Ohm hanya tertawa kecil menanggapinya lalu menenggak botol di tangan hingga isinya sisa separuh.
"By the way, lu baikan beneran ya sama Nanon? Bentar amat putusnya, Boss??" Sindiran Billkin main-main.
"Anjing emang lu. Nggak suka banget temennya seneng. Tapi ya gimana ya Kin, gue nggak bisa kalau nggak sama Nanon deh kayaknya."
"Bucin."
"Serah lu dah. Tapi makasih banyak Kin, lu sama Pp udah bantu gue sama Nanon buat sejauh ini."
Mata keduanya sama-sama menegadah bertumpu kedua telapak tangan, menatap langit biru cerah tanpa awan yang menaungi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARES (OhmNanon)
FanfictionAres; Dewa perang dalam mitologi kuno Yunani. Putra Zeus dan Hera yang lekat akan kebrutalan, liar, darah, dan kehancuran. Bagi Nanon, Ohm adalah perwujudan Ares di dunia nyata. Brutal, semena-mena, tak bisa lepas dari kekerasan, namun parasnya beg...