Chapter 26

2.1K 327 68
                                    

Vote dulu atulaaah ;)






Bertahun telah berlalu semenjak insiden buruk yang menimpa Nanon atas kelakuan tak manusiawi ayah tirinya. Bertahun pula si manis mencoba sembuh, mengembalikan harinya secerah sedia kala. Tapi hasilnya tetap nihil belaka. Nanon terlalu jatuh untuk kembali lepas dari terpuruk.

Masih dengan kubangan luka yang sama, malam ini sosok kehadiran yang ingin dihindar malah mencuat di depan mata, mengorek luka menganga dengan ujung belatinya. Di hadapan Nanon, sang ayah tiri berdiri. Sama-sama kaku, kaget dengan plastik sampah yang tadi dipegang jatuh ke samping tubuh.

Mungkin awalnya si lelaki paruh baya berniat membuang sampah sebelum terpergok Nanon yang hendak masuk rumah.

"Nanon.." hanya gumaman kecil. Namun bagi Nanon efek suara ayah tirinya terlalu menyesak dada.

"Jangan.. jangan... aku mohon jangan..." Nanon bergumam sambil kedua tangan menutup telinga, sesekali tangan kanannya menampik tak ingin didekati ayahnya.

Nanon mundur, menunduk. Terus mundur hingga menabrak kaki meja yang menimbulkan suara keras. Mengundang atensi ibunya yang sedang memasak di dapur.

"Nanon, maaf. Ayah tau semuanya salah ayah. Maafkan ayah, Non." Ayahnya makin mendekat. Memaksa Nanon yang sudah tak bisa bergerak di pojok ruang harus turun berjongkok, menciut ketakutan.

"Maaf, tolong maafkan ayah." Ada raut sesal di wajah tua tersebut. Entah nyata atau hanya ilusi yang dibuat sengaja.

"Nanon..."

"IBU!!" Nanon langsung berlari memeluk ibunya yang baru memunculkan diri.

Dengan telaten, ibunya menenangkan. Membawa tubuh Nanon duduk di ruang tamu. Bersiap dengan obrolan berat di malam yang mulai merangkak.

Butuh beberapa menit sampai ketakutan Nanon cukup mereda. Meski dengan jarak duduk yang jauh antar ia dan ayah tirinya, Nanon merasa siap dengan arah perbincangan berat yang akan diutarakan.

"Ini juga salah Ibu, Non. Maafkan kami." Mulai ibunya.

"Maksud Ibu?" Nanon masih menghindari tatap dari sang ayah.

"Ibu nggak pernah benar-benar ninggalin Ayah kamu. Ayah kamu masih sering berkunjung ke sini, Non."

Nanon tak tahu harus bereaksi apa. "Tanpa sepengetahuan aku?"

Dan ibunya mengangguk. Mengundang hela napas panjang dari Nanon yang menyugar rambutnya.

"Maafkan Ibu, sayang. Tapi tanpa ayah kamu, Ibu nggak tau lagi harus bergantung sama siapa. Penghasilan Ibu nggak cukup untuk kebutuhan kita, sewa rumah, dan kuliah kamu juga."

"Aku bisa putus kuliah dan cari kerja, Bu!!"

"Bukan itu yang Ibu mau, Nanon."

"Tapi dengan kaya gini........"

"Ayah menyesal, Non. Ayah tau Ayah salah, dan Ayah nggak akan melalukan kesalahan yang sama lagi." Lelaki di ujung meja yang sedari tadi diam kemudian ikut membuka suara.

Yang paling muda mendengus. Memeluk lengannya sendiri menyalur ketakutan yang tak bisa lepas total dari dalam diri.

"Ayah kamu udah janji bakal berubah. Dan selama ini dia udah buktiin itu semua, Non. Ibu tau."

Kenapa Nanon jadi merasa terpojok dalam obrolan ini??

"Jadi apa mau Ibu setelah ini?"

"Ayah minta kami kembali udah lama, sayang. Tapi Ibu belum menyetujui, karena Ibu mau tau pendapat kamu tentang ini. Dan ini saatnya ibu tanya. Nanon gimana?"

ARES (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang