Derap langkah tergesa menggema di lorong sepi rumah sakit kala larut menjelang. Tiga orang pemuda dengan panik di muka berlarian mencari ruang tindakan.
"BANG!!" Billkin yang berlari paling depan memanggil Luke kala mendapati si lelali kekar duduk sendirian menunduk di depan sebuah ruangan.
Luke berdiri. Menampakkan jelas merah basah bau besi yang seolah disiram pada kaos lengan panjangnya bagian depan.
"Bang, itu... Abang kenapa?" Lirih Nanon melirik noda darah di kaos Luke.
"Aku nggak apa-apa, Non. Ini punya Ohm." Jawaban Luke bagai bisikan. Takut membuat Nanon sedih.
Tapi nyatanya Nanon tetap saja menggeru sendu.
"Gimana ceritanya? Kok bisa?" Billkin ikut bertanya.
Si tertua menggeleng lemah. "Dia dikeroyok orang. Ditusuk."
"Siapa, Bang? Siapa orangnya yang berani lukain Ohm???" Billkin juga tak terima sahabat baiknya disakiti orang.
"Mike."
"ANJING!! DOSEN GILA ITU NGGAK ADA KAPOK-KAPOKNYA URUSAN SAMA OHM????"
"Ssstttt, tenang Pi, dia udah diurus polisi kok. Dan gue pastiin dia bakal dapet ganjaran setimpal buat perbuatan bodohnya." Luke menenangkan Pp yang juga menggebu.
"Terus, sekarang Ohm gimana?" Kembali pada Nanon yang nafasnya mulai berat.
"Di dalem. Lukanya....... lukanya lebar. Dan dokter bilang nafasnya nggak stabil."
Mata sewarna karamel yang memerah menahan genang kini membelalak tajam, beringsut hendak melangkah ke pintu ruangan.
"NON, JANGAN!!" Beruntung Pp berhasil mencekal dan menghentikan saat Nanon hampir kehilangan akal.
"Lepas Pi, aku harus masuk!!" Mencekal tangan Pp, Nanon berontak.
"Jangan, Non. Ohm lagi ditanganin sama dokter, kita nggak boleh masuk."
"KENAPA NGGAK BOLEH? AKU CALON ISTRINYA. ORANG TERDEKATNYA. AKU HARUS MASUK PI, AKU MAU KETEMU OHM!!"
"NANON!! JANGAN GINI."
Pp menarik keras tangan Nanon sampai keduanya terjatuh di lantai. Tak merasa sakit, seolah mati rasa. Nanon langsung bangkit duduk dan menangis meraung. Menumpah air mata yang sedari tadi ditahan di pelupuk saja.
"Hiks, Ohm jangan tinggalin aku.."
.....
Jarum pendek jam dinding sudah melewati angka dua belas. Itu tandanya sudah lebih dari satu jam Nanon menunggu tanpa kepastian.
Luke yang berpamitan lebih dulu karena harus berganti pakaian yang baunya anyir darah, menyisakan tiga pemuda lain di depan ruang tindakan. Pp dan Billkin duduk bersisian di kursi tunggu, sedang Nanon berdiri di depan pintu kaca tebal. Menunggu siapa saja yang keluar untuk ia tanyai keadaan sang pujaan.
"Ohm pasti baik-baik aja." Lirih Billkin kala mendapati raut khawatir di wajah kekasihnya. "Yang harus kita khawatirin itu Nanon..." Sambung Billkin, membuat Pp langsung menengok ke arah Nanon dimana si manis berdiri penuh raut rapuh menyajikan tatapan kosong dan sirat kesedihan mendalam.
"Tapi kalau Ohm ........."
"Stop berpikiran buruk, Pi." Potong Billkin sebelum Pp menyuarakan hipotesa terburuknya. "Mereka berdua nggak akan berakhir seperti ini."
....
Detik beranjak semakin membawa larut yang menyesakkan dada. Lelah jiwa, lelah raga. Bahkan Nanon tak menyadari kala dipamiti oleh Pp dan Billkin yang sekarang entah kemana pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARES (OhmNanon)
FanfictionAres; Dewa perang dalam mitologi kuno Yunani. Putra Zeus dan Hera yang lekat akan kebrutalan, liar, darah, dan kehancuran. Bagi Nanon, Ohm adalah perwujudan Ares di dunia nyata. Brutal, semena-mena, tak bisa lepas dari kekerasan, namun parasnya beg...