Chapter 18

2.3K 382 124
                                    

Flashback

Hingar bingar para siswa berkerumun penuh rasa ingin tahu menyambut Ohm yang baru saja turun dari atap gedung. Lelaki berseragam sekolah menengah atas itu menunduk, memasang muka penuh kecewa pada pusat utama kerumunan.

"Ohm.." First mendekatinya. Namun Ohm tak menghiraukan. Langkahnya lurus ke arah tengah. Membuat riuh kerumunan otomatis membelah memberi jalan.

Berlatar suara jerit ketakutan, tangis Prigkhing yang mirip raungan, serta bisik jelas gunjingan demi gunjingan, Ohm menatap lurus jasad Dew yang sudah dingin tak bergerak.

Baru beberapa menit lalu raga serupa miliknya itu jatuh dari atas gedung. Kini yang tersisa hanya raga tanpa nyawa tertelungkup menatap aspal dengan darah menggenang.

"Ohm, tenang.." sekali lagi First mendekat, berharap Ohm tak terlalu terguncang.

Tapi...

"Gue yang dorong dia, First." Gumaman Ohm yang bisa didengar jelas setiap pasang telinga di sana.

"NGGAK!! BUKAN OHM!! DEW LOMPAT SENDIRI, BUKAN DIDORONG. AKU BERSUMPAH AKU LIAT DEW LOMPAT SENDIRI, BUKAN DIDORONG OHM!!!" Prigkhing histeris. Masih menangis menatap sekitar berharap orang-orang percaya akan ucapannya.

Karena bagaimanapun Prigkhing yang saat itu ada di bawah. Menatap jelas Dew yang berdiri di tepian gedung menjemput mautnya sendiri.






....







"Tapi kenyataannya Dew bunuh diri, Non." First masih melanjutkan ceritanya sambil sesekali menatap reaksi Nanon yang duduk di samping.

Si manis setia menaruh rasa penasaran atas setiap kalimat First. Reka cerita yang entah mana yang nyata soal kekasihnya.

"Setelah Polisi datang dan ngumpulin barang bukti, mereka bilang Dew murni bunuh diri. Nggak ada satu indikasipun yang mengarah ke Ohm yang dorong dia."

"Jadi....."

"Tapi di situ aku juga nggak percaya. Dew, walaupun nggak setangguh Ohm, tapi dia pribadi yang berpikiran jernih. Dia selalu pikirin setiap akibat dari tindakannya. Belum lagi antara dia dan Ohm, mereka bener-bener nggak terpisahkan. Selalu ada untuk satu sama lain, saling melindungi satu sama lain dengan caranya masing-masing."

"Apa karena Dew terlalu mencintai Prigkhing?"

First menggeleng. "Entah. Tapi Dew bukan orang yang pendendam. Terlebih pada kembarannya sendiri."








....






"Makasih banyak untuk hari ini, aku seneng banget." Prigkhing memberi senyuman pada Ohm yang mengantarnya sampai depan pintu rumah.

Rumah yang sama, yang beberapa tahun lalu pernah Ohm datangi. Rumah yang sama yang mengorek luka atas kelam masa lalu yang hampir membunuh mentalnya.

"Kira-kira kapan kita bisa ketemu lagi?"

Helaan napas panjang Ohm terdengar, jengah. "Nggak tau. Mungkin susah karena aku sibuk. Aku juga nggak ada tenaga buat 'main-main' sama kamu."

Prigkhing tahu kalimat sang lelaki mengandung sarkas, tapi senyumnya masih enggan dilunturkan. "Aku yang bakal cari waktu. Oh iya, makasih juga ya buat ini. Mau kan pasangin sekalian?" Sembari menyodorkan kalung berbandul hati dari Ohm yang sedari tadi ia simpan di saku.

Ohm mengangguk satu kali. Menerima kalungnya lagi, membiarkan Prigkhing pasang badan membelakanginya sembari menyibak rambutnya yang panjang siap untuk dipasangkan kalung.

ARES (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang